YUK MENGENAL BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

Terbaru119 Dilihat

Hai gaesss, pernah denger orang Henti Jantung Mendadak kan …? Sebenernya apa dan bagaimana itu Henti Jantung Mendadak trus gimana cara pertolongannya ?  Yuk kita simak  …..

Henti jantung mendadak (HJM) adalah berhentinya secara tiba-tiba dari aktifitas normal jantung yang disertai dengan kolaps hemodinamik yang berasal dari masalah jantung. Kejadian HJM seringkali ditemui di tempat umum dan keramaian. HJM menempati 50 % dari kematian pada masalah jantung, dan yang menjadi masalah adalah kejadian HJM ini sebanyak 50 % merupakan gejala pertama yang muncul pada pasien yang sebelumnya tidak memiliki riwayat masalah jantung, sehingga dapat juga diartikan sebagai silent killer

Keadaan henti jantung saat ini menjadi penyebab tertinggi kasus kematian di berbagai belahan dunia. Di negara barat, HJM paling sering terjadi akibat penyakit jantung koroner (PJK), dimana terjadi pada 75-80 % kasus. Prevalensi henti jantung mendadak di Indonesia belum terdata dengan maksimal. Namun insidensi henti jantung mendadak dapat meningkat seiring dengan peningkatan insidensi penyakit jantung koroner (PJK). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi tertinggi untuk penyakit kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar 1,5%. Dari prevalensi tersebut, angka tertinggi ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%) dan terendah di Provinsi Riau (0,3%). Masih dari data yang sama, menurut kelompok umur, PJK paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74 tahun (3,6%) diikuti kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55-64 tahun (2,1%) dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3%)

Henti jantung dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan disebabkan oleh berbagai kondisi dan lingkungan yang beragam, aktifitas fisik dan olahraga terutama yang berat justru menjadi pencetus HJM saat atau setelah olahraga pada beberapa populasi. Pihak pusat pengendalian pencegahan dan kontrol penyakit Amerika Serikat memperkirakan sekitar 330.000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner diluar rumah sakit. Di Indonesia angka kejadian henti jantung mendadak belum didapatkan. Ketika menyaksikan kejadian henti jantung mendadak maka harus segera dilakukan tindakan berkesinambungan untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

Untuk melakukan pertolongan terhadap kejadian ini, diperlukan sebuah teknik untuk menolong nyawa pasca henti jantung. Teknik ini dinamakan dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Bantuan ini tidak hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan, namun setiap warga pada umumnya dapat melakukan BHD ini dengan mempelajari langkah-langkahnya, sebagai berikut :

  1. Perhatikan keamanan (Danger), Aman Diri, Aman Korban, dan aman Lingkungan
  2. Menilai Tingkat Kesadaran Korban (Response), dapat dilakukan dengan menepuk/menggoyang bahu korban (waspada jika curiga ada cedera) dan panggil namanya, jika tidak ada jawaban & tidak buka mata,serta tangan kaki tidak gerak maka disebut Tidak Sadar
  3. Mengaktifkan pertolongan Panggil Bantuan dengan memberitahu orang terdekat (Berteriak minta tolong)
  4. Cek Nadi (<10 detik)
  5. Dewasa : Arteri Karotis
  6. Anak : Arteri Brakhialis
  7. Jika nadi tidak teraba, lakukan Kompresi (Penekanan Dada) 30 kali
  8. Bersihkan jalan napas, Buka mulut korban untuk melihat apakah ada sumbatan dengan teknik Cross Finger, bersihkan sumbatan jika terlihat dengan teknik Swipe Finger
  9. Buka jalan napas dengan Teknik head tilt chin lift (Non trauma) atau Jaw Trust (Trauma Leher)
  10. Berikan ventilasi/ bantuan napas sebanyak 2 kali tiupan
  11. Ulangi lagi kompresi 30 kali : Bantuan napas 2 kali hingga 5 siklus atau 2 menit

(1 siklus terdiri dari 30 kompresi dada : 2 ventilasi)

  1. Lakukan evaluasi setelah/ setiap 5 siklus atau 2 menit
  2. Jika nadi tidak teraba, lanjutkan kompresi dan ventilasi 5 siklus/2 menit
  3. Jika nadi teraba, cek pernapasan, beri bantuan napas (10x/menit) jika napas tidak ada/belum adekuat, kemudian lakukan re-evaluasi
  4. Atur posisi sisi mantap (Recovery Position) jika nadi korban sudah ada dan napas adekuat

 

RJP yang berkualitas (High Quality CPR) harus memperhatikan beberapa unsur :

  1. Kecepatan 100‒120 kali/menit
  2. Kompresi dilakukan dengan cepat dan kuat, dengan kedalaman minimal 5 cm dan maksimal 6 cm
  3. Pastikan dada recoil sempurna, yaitu kembali ke posisi awal sebelum ditekan kembali
  4. Minimal interupsi, dan
  5. Hindarkan hiperventilasi

 

So gaesss, itu saja bahasan BHD kita kali ini ya, semoga bermanfaat …. See you…..

 

 

Tinggalkan Balasan