Apa yang ada di pikiran pembaca ketika melihat judul tulisan ini? Kenapa buaya harus memakai kalung? Kalung ban lagi. Ada ada saja. Akrobat kali’.
Buaya berkalung ban sangat populer dalam beberapa tahun belakangan ini. Sekitar tahun 2018 buaya ini memulai aksi uniknya tersebut.
Sungai Palu membelah kota Palu menjadi Palu Barat dan Palu Timur. Sungai ini sejak zaman dahulu memang sudah dihuni oleh buaya.
Konon menurut cerita orang tua, buaya yang hidup di sungai itu adalah kembaran manusia. Sehingga tidak menggangu meski ada orang di dalam sungai ketika buaya lewat.
Pada saat tertentu buaya tersebut sering muncul ke permukaan dan berjemur di tengah sungai yang ada tanahnya saat air surut pada musim kemarau.
https://images.app.goo.gl/Ym9oS4kaiN62geve6
Mereka sering jadi tontonan warga sekitar. Pemunculan nya mengundang masyarakat untuk datang memberikan makanan berupa anak ayam ataupun sejenisnya misalnya ayam peranggang atau ayam mudah.
Buaya ininya sangat besar dan panjang. Yang sering muncul adalah buaya kuning, hitam dan putih.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat khususnya yang tinggal di pinggiran sungai, bila buaya sering naik ke permukaan berarti mereka lapar dan minta makan.
Belakangan muncul anak buaya yang lehernya terlilit oleh ban mobil. Sungguh kasihan. Sampai saat ini buaya tersebut sudah besar dengan kalung bannya.
Para pawang buaya sudah banyak yang didatangkan untuk membantu melepaskan ban dari leher nya, namun tidak pernah berhasil menangkap buaya malang itu.
Sebut saja Panji. Beliau datang ke Palu khusus untuk membantu buaya terbebas dari cekikan ban mobil yang merupakan sampah dalam sungai.
Bukan hanya Panji yang datang, pakar reptil berpengalaman dari Australia juga didatangkan. Matthew Nicholas Wright dan Chris Wilson datang dengan team dan peralatan lengkap termasuk krangkeng buaya yang dipasang di dalam sungai.
https://images.app.goo.gl/QZwUupSAB7iGShiD8
Anehnya para penghuni sungai Palu menjauh dan jarang muncul di permukaan air. Seolah mereka tahu ada yang sedang memburunya.
Masyarakat sangat antusias berkumpul bagaikan pasar malam di dua sisi sungai yang berseberangan selama masa evakuasi buaya.
Penangkapan buaya dijadikan tontonan gratis. Bahkan badan jembatan pun jadi macet karena penuhnya pengunjung buaya berkalung ban yang telah menjauh entah ke dasar sungai.
Sesekali masyarakat melihat nya melintas . Tapi hanya dari kejauhan.
Mr Reptil dari Australia pulang dengan tangan hampa. Nihil.
Seolah komunitas buaya sungai Palu sudah sepakat untuk mengurung diri dan jaga jarak bila ada orang baru datang memburu mereka.
Hingga saat ini pemunculan mereka di tengah sungai ketika berjemur selalu menyedot perhatian warga yang lewat di jembatan.
Ada yang menonton sampai puas, ada yang merekam untuk konsumsi medsos. Pokoknya bila buaya lagi manggung, jalan jadi penuh dan macet terutama di jembatan satu dan empat kota Palu.
Amazing… buaya berkalung ban.