KE BUNGI/KEBUN

Terbaru22 Dilihat

Puisi DarikPuisi darik

Hari ini hari Minggu. Enaknya kemana dan main apa ya hari ini? Pikir Fary di suatu pagi. Saat itu waktu sudah menunjukan pukul 09.30 waktu Indonesia bagian tengah. Matahari bersinar terik meski masih pagi. Sudah mandi, sudah sarapan. Terus apa lagi? Suara hati Fary berkata..

“Mak saya ke rumahnya Rival dulu,” pamit Fary pada ibunya yang lagi mencuci piring di dapur. “Iya tapi jangan pergi mandi di kuala” Sahut ibunya Fary sambil terus menmbilas piring yang bertumpuk di sumur. Tanpa menunggu komando si Fary langsung menghilang di balik pagar di samping rumah.

Sambil berlari kecil Fary menuju rumah Rival yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Nampak Reza dan Rival tengah duduk di teras  depan rumah Rival. Rupanya mereka berdua sudah menunggu kedatangan sahabat kentalnya yang berambut ikal ini. “Hey, sudah lama kamu batunggu”? Teriak Fary sambil berjalan menghampiri kedua temannya itu. “Belum juga” Reza menjawab serempak dengan Rival.

“Bagaimana kalau kita ke ‘bungi’ lihat orang bapanjat kelapa. Biasanya hari minggu begini banyak orang panjat kelapa disana” Rival menawarkan rencana. “Terserah, mana – mana saya. Kau Fary bagaimana”? Reza bertanya pada Fary yang lagi duduk bersandar di kursi. “Saya baikut kamu saja bro” Jawab Fary santai. Tanpa berpikir panjang tiga sahabat ini langsung bergerak meninggalkan teras rumah Rival setelah pamit dengan ibunya.

Dasar anak – anak, di tengah jalan pun masih saling kejar dan dorong dorongan satu sama lainnya. Sekitar sepuluh menit sampailah mereka di area kebun di pinggir kampung Beringin alias “Nunu”. Kebun itu adalah milik neneknya Reza. Nenek Sadiyah  panggilannya. Selain pohon kelapa, di kebun nenek Sadiyah juga banyak hasil kebun yang lain misalnya pisang, kangkung, terong, rica, tomat, dan jagung.

“Kemari kamu tiga” Teriak Nenek Sadiyah dengan suara lantang. “Ambil kelapa itu bawa ke pinggir” Ketiga bocah ini langsung tertawa dan melaksanakan perintah nenek Sadiyah tanpa banyak bertanya lagi. Baru datang sudah disuruh. Fary berkata dalam hati. Tapi tak apalah. Biasa rejeki anak sholeh.

“Kamu suka kelapa muda” Teriak  sang nenek lagi. Serempak mereka menjawab “iye…suka sekali”. Nenek Sadiyah menyeret beberapa kelapa muda yang baru saja dijatuhkan oleh om Mistar dari pucuk pohon kelapa. “Ambe parang Reza”, Rival menyuruh Reza mengambil parang yang  ada di samping pohon kelapa.

 Dengan cekatan ketiga anak ini membelah kelapa muda yang begitu segar di tengah suhu udara yang semakin terik meski belum jam 12 siang. Beruntunglah di kebun yang tidak jauh dari tepi sungai itu banyak pohon yang menaungi. Tidak memakan waktu setengah jam tiga kelapa muda beserta airnya hampir bersih disapu  bersih oleh bocah tengil yang tidak kenal capek ini.

“Hayi, habis kami makan kelapa muda ini nek ” Rival berkata pada nenek Sadiyah yang sedang  membantu om Mistar mengumpulkan kelapa yang jatuh. “Tidak apa, makan saja. Habis ini kamu bantu bawa pulang ke rumah Mina nanti ini kelapa. Satu orang bawa dua kelapa nanti” Nenek Sadiyah menjelaskan isi perintahnya pada tiga bocah yang hanya tertawa lepas.

Setelah membersihkan bekas batok kelapa yang mereka makan, ketiga anak ini lanjut duduk di atas rumput  sambil bersendawa atau “notoga” (bahasa Kaili). Nampak mereka bertiga puas dan kenyang dengan sajian nenek Sadiyah yang begitu nikmat di siang itu. “Alhamdulillah, rejeki anak sholeh” Fary berucap sambil mengelus pertnya yang sudah penuh terisi air dan daging kelapa muda segar.

Beberapa saat kemudian nenek Sadiyah sudah siap dengan bawaan berupa kelapa dan sayuran hasil kebun yang baru saja dipetik. “Mari sudah anak – anak kamu bawa ini kelapa”  Katanya sambil menunjuk tiga pasang kelapa yang sudah diikat di bagian kulitnya agar mudah dijinjing pulang ke rumah. “Iye nenek nanti kitorang bawa” Jawab tiga bocah sahabat itu.

Mereka jalan berbarengan meninggalkan area kebun alias bungi di minggu siang yang terik namun tetap menyenangkan.

Salam Literasi

Astuti,S.Pd,M.Pd.

SMPN 14 Palu Sulawesi Tengah.

Tinggalkan Balasan