KERIKIL PENGHALANG

Terbaru32 Dilihat

“Ayo Fari bangun! matahari sudah tinggi. Mau sekolah tidak kamu?” Ibunya membangunkan Fari sambil mengguncang badannya yang masih terbungkus sarung itu. Fari hanya menjawab pelan, “Malas saya ke sekolah hari ini”   Ibu Fari tambah kesal melihat anaknya mandek sekolah seperti iti. “Kemarin malas hari ini malas lagi. Kapan sekolah yang benar ini? “

Setelah masuk SMP, Fari lebih banyak bolosnya daripada hadir di sekolah. Berbagai alasan ia kemukakan pada orang rumah. Misalnya  sudah terlambat, takut dihukum guru BP, belum kerja PR, belum menghafal, dan masih banyak alasan lain yang disampaikan. Kondisi ini membuat orang tua resah dan berpikir terus. Apa sesungguhnya mau anak – anak ini. Di sisi lain pihak sekolah pasti akan menghubungi melalui wali kelas bila siswa tiga hari tanpa kabar berita. Bagaimana aku harus menjawab. Mengatakan sakit, rasanya itu sangat tidak baik karena berbohong. Bukankah bohong yang satu akan menghadirkan bohong berikutnya? Mendingan jawab saja yang jujur bahwa si Fari memang ada masalah kelihatannya sehingga tidak mau ke sekolah. Ibunya  terus berpikir sambil  duduk merenung lesu melihat perkembangan baru bocah ingusan yang kini beranjak remaja.

Pada suatu sore ibunya Reza bertemu ibunya Fari di tempat jual pisang goreng di depan kompleks Madrasah. Beliau juga curhat tentang Reza yang juga mulai menunjukkan perilaku sama dengan Fari. Penyakit sejenis muncul, rasa malas. Ketika ditanya mereka juga hanya bungkam. Mungkin takut dimarahi orang tua sehingga memilih hanya diam.

Hal ini sudah disampaikan ke guru BP melalui wali kelas. Fari juga langsung dikonseling. Namun yang bersangkutan juga tidak mengatakan ada apa sebenarnya, sehingga tidak bergairah ke sekolah. Atau itu juga bukan sekolah pilihan hati barangkali. Masuk disitu karena tidak ada pilihan lain lagi. Ketika di tengah jalan, semangat untuk terus sekolah, kendor. Memang seringkali rasa tidak nyaman memicu sesuatu yang tidak nyaman pula. Anak enggan ke sekolah dan orang tua pun jadi bingung dibuatnya.

Demikianlah profil anak sekolah masa kini. Mereka dengan mudah mengatakan suka atau tidak suka atas sesuatu. Makin keras orang tua, makin liar mereka. Sebaliknya orang tua yang lemah lembut sering tidak berdaya dengan ulah anaknya. Inilah potret perbedaan sistem pendidikan zaman dahulu dan kini. Anak yang sekolah, orang tua yang sibuk.

Entah bagaimana kondisi sekolah Fari dan Reza ke depannya. Tidak mungkin mereka dibiarkan seperti ini terus tanpa solusi. Beruntunglah Rival, ia tidak banyak tingkah dan cenderung menurut pada orang tuanya.

Salam Literasi

Astuti, S.Pd,M.Pd.

SMPN 14 Palu Sulawesi Tengah

Tinggalkan Balasan