Di tengah malam seperti ini, sungai menghembuskan napas dingin. Angin malam bertiup perlahan membuat Fari yang tanpa jaket sedikit merinding. Di kejauhan lolongan anjing malam mengalun pilu. Menurut cerita orang tua, kalau ada lolongan anjing seperti menangis tandanya melihat sesuatu. Entahlah, kasat mata manusia biasa mungkin tidak bisa menjangkaunya. Fari bermain dengan pikirannya sambil melipat kedua tangannya erat – erat ke dada. Menghalau rasa dingin dan semburat kengerian, teringat lagi cerita horor di radio setiapJum’at malam.
Sejenak rombongan ‘pencari anak hilang’ berhenti. Ayah Rival menyebarkan cahaya senter ke alang – alang yang tumbuh liar ke jalan setapak menuju sungai. “Coba komiu (kamu; panggilan halus dalam bahasa Kaili) panggil Reza Nek,” kata ayah Rival. Nenek Sadiyah pun mencoba memanggil Reza dengan suara khasnya yang sering menghalau anak – anak. Sekali, dua, dan tiga kali tidak ada sahutan atau pun tanda kalau Reza ada di situ.
Mereka terus berjalan sambil mata dan telinga awas. Siapa tahu ada petunjuk akan hilangnya Reza. Fari terus mengingat – ingat akan percakapannya dengan Reza siang tadi. Adakah Reza menyinggung soal sungai dan segalanya? Memang di antara nereka tiga sekawan, Reza tergolong yang paling berani dengan rasa ingin tahu yang besar pula. Selain itu Reza juga terlihat banyak mengetahui seluk beluk sungai Palu dan penghuninya dari para orang tua. Di kampung ini memang ada mitos yang masih dipegang teguh oleh masyarakatnya akan keberadaan sungai Palu. Para generasi muda bahkan anak – anak pun sudah diturunkan pengetahuan akan hal ini. Jadi wajarlah bila pemikiran Fari mengarah kesitu. Mungkinkan Reza sedang testimoni di tengah malam?
Tiba – tiba nenek Sadiyah berucap pelan ” hey, kamu semua coba lihat itu di atas batu ada yang bayangan warna hitam” Nenek Sadiyah menunjuk ke arah tepi sungai bagian selatan, sekitar lima puluh langkah dari tempat merekai berdiri. Seketika mereka menajamkan penglihatan masing – masing di tengah kegelapan malam dan deru air sungai yang menabrak bebatuan. Perlahan mereka mendekat sambil mengarahkan cahaya senter di jalan setapak agar tidak terkait ujung semak yang menjuntai ke kaki.
Apakah itu Reza? Benarkah apa yang mereka lihat? Ada bayangan yang tidak bergerak – gerak nampak dalam keremangan cahaya senter . Kondisi gelap membuat mereka belum bisa memastikan apa itu sesungguhnya.
Bersambung
salam Literasi
Astuti, S.Pd,M.Pd
SMPN 14 Palu Sulawesi Tengah