Alangkah terkejutnya mereka ketika helai taplak meja yang terjuntai hampir menyentuh lantai itu ditarik oleh sang pemilik warung tante Patoma. Seorang anak lagi tertidur pulas di bangku yang sengaja disandarkan di belakang lemari. Tante Sadiyah merapat ingin memastikan. Iya ternyata benar dugaannya semalam bahwa keberadaan Reza memang tidak jauh dari situ.
Nampak Reza tertidur pulas sambil meringkuk kedinginan dengan suara dengkuran yang tidak terlalu keras. Ayah Rival, Fari serta saudara yang ada di situ segera merapat melihat sosok yang lagi terbuai dalam alam mimpi pagi. “Astaga ini dan Reza, sudah satu malam kita bacari ternyata dia hanya enak – anak tidur,” kata Fari sambil ikut melongok ke belakang lemari itu.
“Reza bangun, bangun Reza” Nenek Sadiyah menggoncang goncang badan Reza yang sedikit bertulang dan agak gelap itu. “Kenapa kamu tidur di sini nak. Mari kita pulang sudah,” lanjut nenek Sadiyah. Reza pun membuka mata, berusaha bangun dan duduk. Nampak dia masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Mengapa pagi ini dia berada di warung tante Patoma dan telah dikelilingi oleh mereka? Reza berusaha merekam kembali kronologis kejadian yang dialaminya semalam. Belum sempat berkata apa – apa, Ayah Rival langsung menjulurkan tangannya pada Reza dan mengajaknya segera bangkit dan keluar dari warung.
Mereka semua mengikuti Ayah Rival dan Reza yang sudah berjalan duluan. Antara kesal dan lucu mereka berceloteh “Kitorang kira Reza sudah lenyap tadi, eh ternyata bajaga warung tante Patoma dia, ha ha ha.” Suasana pagi itu ditemani dengan sepoi angin sejuk yang bertiup tanpa penghalang di area sungai yang telah menjadi saksi rangkaian aksi evakuasi bocah hilang.
Salam Literasi dan Persahabatan
Astuti, S.Pd, M.Pd.
SMPN 14 Palu Sulawesi Tengah