BU Mayor Datang
Oleh: Sri Sugiastuti
“Persahabatan bukanlah sesuatu yang bisa kau pelajari di sekolah. Tapi kalau kau belum belajar memahami maknanya, maka kau belum belajar apapun.”
Muhammad Ali, petinju
Kata bijak yang diungkapkan Muhammad Ali seorang petinju sejati, tidak bisa dipungkiri Bu Kanjeng. Memang sejatinya hubungan antar manusia cukup rumit dan tak bisa dipelajari lewat sekolah. Layaknya cinta sejati, dimana harus melakukan praktik secara langsung untuk mengetahui makna persahabatan. Tapi begitu menemukan dan memahaminya, kita akan mendapatkan hadiah yang tak ternilai harganya.
Artinya Bu Kanjeng pun harus pandai menjalin suatu persahabatan di muka bumi ini seperti yang dianjurkan di dalam Alquran dan dicontohkan Rasulullah. Pada surat Al Hujurat ayat 10, Allah berfirman:
Innamal-mu’minuna ikhwatun fa aslihu baina akhawaikum wattaqullaaha la’allakum tur-hamun”
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
“Seorang Muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak mendzaliminya, merendahkannya, menyerahkan (kepada musuh) dan tidak menghinakannya”.
(HR Muslim)
Karena Bu Kanjeng manusia biasa yang membutuhkan orang lain dan ingin menjalin komunikasi yang baik. Tak heran bila ia punya banyak komunitas. Yang diharapkan bisa bersinergi juga berlomba dalam kebaikan. Dari sekian banyak teman Bu Kanjeng dengan latar belakang yang berbeda tetapi punya passion yang sama ternyata bisa klik. Dalam artian bisa saling support dan menguatkan sesuai yang dianjurkan dalam Alquran dan yang dicontohkan Rasul.
Pada suatu sore pesan WA masuk. Pesan dari Bu Nani sahabat Bu Kanjeng yang ada di komunitas Literasi. Ada yang memanggilnya Mayor Nani. Bu Kanjeng lebih sering menyapa dengan panggilan Jeng Nani, atau Dinda. Di dalam pesannya ditulis bahwa Jeng Nani mau silahturahmi ke Jawa Timur dan insyaallah mau berkunjung ke rumah Bu Kanjeng. Tentu saja Bu Kanjeng menyambutnya dengan gembira. Persahabatan di dunia maya sudah cukup lama dan hampir tiap hari saling sapa. Semangat menulis sudah menyala. Lanjutkan saja untuk bisa berjumpa.
Alhamdulillah kodratullah, Jeng Nani dengan dua pengawalnya. Si buah hati dan temannya sampai juga di rumah Bu Kanjeng. Bermodalkan shareloc banyak kemudahan. Gresik Surabaya, Ponorogo Wonogiri dan Solo menjadi tempat yang dikunjungi. Jeng Nani berbekal surat jalan. Walaupun ada larangan Mudik bisa teratasi. Alasannya tepat dan mengikuti prosedur yang berlalu.
Jeng Nani seorang mayor dengan postur tubuh ideal berkulit kuning langsat. Yang lebih cantik aslinya daripada di foto. Padahal yang di foto sudah cantik. Jeng Nani banyak belajar menulis dari berbagai komunitas. Tak heran bila karya Antologinya puluhan. Dan buku tunggalnya sudah muncul satu judul, insyaallah karya berikutnya menyusul.
Bu Kanjeng tidak menyangka kalau Jeng Nani serius mau mampir bersilahturahmi. Ternyata niat yang kuat dan perasaan untuk berjumpa di dunia nyata Allah mudahkan. Rasanya ingin memeluk erat dan saling menguatkan. Namun prokes dan situasi berkata lain, kami pun harus patuh. Perasaan haru dan bahagia menyatu. Maklum usia kami beda 5 tahun mungkin masuk kategori generasi kolonial yang sedang beradaptasi di zaman milenial.
Sebenarnya Jeng Nani punya banyak peluang menjadi penulis hebat. Kesempatan ada, pengalaman banyak, ide berlimpah dan mau belajar di berbagai komunitas. Saat ini Jeng Nani sedang menyelesaikan disertasinya. Bu Kanjeng doakan satu- satu apa yang menjadi skala prioritas Jeng Nani terselesaikan. Begitulah sahabat selalu mendoakan yang terbaik. Sahabat yang bisa ikut merasakan suka duka seorang teman.
Sepertinya pertemuan itu durasinya sangat singkat. Tetapi cukup berkualitas. Jeng Nani sempat melirik tumpukan buku pendamping yang dimiliki Bu Kanjeng. Sebenarnya Jeng Nani sudah banyak cetak tambahan buku antologi yang Jeng Nani ikut menulis.
Alhamdulillah Jeng Nani memang paling bisa nyebar roso seneng. Dimanfaatkannya waktu yang singkat di saat ambil cuti dan Bu Kanjeng bagian dari urutan skala prioritas itu. Alhamdulillah.
Kembali Bu Kanjeng mengutip apa yang pernah dibaca. Menurut Al-Hasyimi, satu hal lagi yang perlu diperhatikan dalam menjalin persahabatan adalah mengedepankan saling tolong menolong. Nabi menganjurkan agar seorang Muslim tidak segan membantu sahabatnya yang membutuhkan bantuan. Muslim sejati.
Bagaimana mengikuti tuntunan Nabi dalam menjalin hubungan antar sesama, apakah mereka baik atau jahat, sehingga ia bisa diterima semua orang.
Persahabatan yang akan saling menyebarkan rasa kasih sayang juga ditekankan dalam Alquran.
Seperti tertera dalam surat Ali Imran ayat 103,
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”.
Akhirnya Bu Kanjeng pada kesimpulan bahwa sejatinya persahabatan bukan terbina atas dasar kepentingan semu, melainkan yang bisa saling memahami. Ia ada dalam suka dan duka. Pepatah menyatakan, lebih mudah mencari musuh ketimbang sahabat sejati.
Bagaimana menurut Anda?
Catatan 09 Syawal 1442