Seakan mengakar kuat dalam benak siswa bahwa guru adalah sosok yang sering memerintah, menyuruh, disiplin, kaku, tegas, beberapa di antaranya bahkan bisa jadi dianggap kejam, tinggi tak terjangkau dan seterusnya. Demikian menurut pandanganku, bila kuperhatikan para siswa. Sementara di sisi yang lain, dari sudut pandang beberapa guru di dekatku beranggapan bahwa para siswa (yang dimaksud: di daerah kami) akan ngelunjak hingga mungkin menginjak bila gurunya selalu bersikap lemah lembut. Sehingga para guru tersebut memilih untuk bersikap amat serius tanpa gurauan hingga acap kali selalu menampilkan wajah datar di hadapan siswa agar tercipta image killer.
Karena itu, kutampilkan diriku seadanya. Menebar senyum dan tak jarang melebur dalam canda bersama anak-anak termasuk ketika pembelajaran berlangsung baik di dalam kelas ataupun di luar ruangan. Dan rupanya sebagian besar rekanku pun demikian. Bersahaja. Apa adanya. Di samping membiarkan para siswa mendapati sisi humoris, di mataku rekan-rekanku tetaplah sosok tegas lagi berwibawa.
Mengajar itu menyenangkan. Kita sedang bermain peran sebagai fasilitator sekaligus jembatan pengetahuan untuk siswa/i kita. Kita bahkan tanpa sadar sedang melakoni profesi sebagai model yang tak terbatas hanya dalam hal penampilan secara fisik. Melainkan tiap tutur dan gerik kita sedang ditonton oleh segenap siswa/i, kita pun bak ator dan aktris. Segala yang tampak dari diri kita akan diikuti oleh anak-anak itu. Kitalah trendsetter.
Ujungnya adalah sejatinya kita sedang mengukir sejarah diri kita. Maka sudah pasti kita berkeinginan menjadi pribadi yang dikenang. Nah, sangat jarang orang berkenan mengenang hal, peristiwa dan keadaan yang tidak megenakkan hati. Bila pun terbayang dalam ingatan, pastilah ditepis dan ditapis hingga terusir agar tak semakin menimbulkan perasaaan-perasaan negatif dalam diri mereka yang mengingat kenangan tak enak itu.
Maka, hanya ada satu pilihan untuk kita. Ciptakan kenangan indah. Jelmakan diri menjadi model rupawan. Ekspresikan diri dan jadilah aktor protagonis di kehidupan kita. Sehingga bagi siswa/i, kita merupakan sang tritagonis yang mengantarnya pada kesuksesan hingga kelak dengan sendirinya kita menjadi bagian dari kehidupan mereka yang senantiasa dikenang.
Lebih dari itu semua, mari sama-sama kita saling mengingatkan tentang potongan ayat 159 dalam Qur’an Surah Ali Imran yang diterjemahkan “… sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…”, sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak tertawa bersama anak-anak dalam proses belajar mengajar serta berinteraksi dengan santun dan ceria. Sebagai tujuan tertinggi, niatkan dalam hati bahwa kita bukan hanya mengajar tentang materi-materi pelajaran yang kemudian diujikan dalam Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian Akhir Tahun (PAT) ataupun Ujian Madrasah (UM) dan Assesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) melainkan di dalam interaksi belajar itu kita juga menyertakan Sang Maha Mengetahui dan pada akhirnya semua yang kita lewati bersama akan kita pertanggungjawabkan masing-masing di hadapanNya.
#KSGN
Astuty HAR
1 komentar