Keputusan untuk kuliah lagi di UT sudah bulat. Karena memang sudah saya putuskan untuk terjun dalam dunia pendidikan, totalitas pun harus dilaksanakan . Membaca wacana yang ada, bahwa guru harus linier. Saya putuskan mengambil jurusan pendidikan guru sekolah dasar (PGSD).
Maret 2011 adalah tahun dan bulan dimana saya memulai menempuh kehidupan baru. Tepat pada hari jumat, tanggal 11 maret di rumah sedang ada persiapan walimatul urs. Tetapi dihari itu saya juga harus melakukan registrasi perkuliahan saya di Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik. Tidak ada acara pingitan, karena mengharuskan saya datang untuk melakukan registrasi perkuliahan.
Dengan izin orangtua juga calon suami saya, mereka mendukung. Teriring bismillah dan juga air mata, ditengah hari bahagia saya, namun saya masih berjuang untuk meraih pendidikan (lagi).
Mungkin ini sudah menjadi takdir Allah. Saya berangkat ke Dispendik Gresik dengan dibonceng teman. Kurang fokus, karena disatu sisi saya akan melaksanakan pernikahan, disisi lain daftar perkuliahan ini wajib dan harus jika saya tidak mau kehilangan kesempatan. Mungkin Allah memberikan hikmah terbaik dibalik rencanaNya ini. Saya melangkah dengan bismillah…
Wayang namung nurut dalang, mungkin itu pepatah Jawa yang pernah saya dengar. Saya hanya bisa menjalankan skenario Tuhan. Setelah proses arahan dan registrasi perkuliahan di Dispendik Gresik selesai, saya minta tolong teman saya dan mengajaknya segera pulang. Pukul 17.00 WIB hujan deras pun turun, sangat deras hingga kami terjebak banjir selutut. Teman saya tidak berani melanjutkan perjalanan. Kami berteduh hingga menunggu hujan agak redah. Adzan magrib pun terdengar. Banjir masih selutut, namun hujan berangsur redah. Kami melanjutkan perjalanan.
Alhamdulillah, tepat kumandang adzan isya’, saya sampai di rumah. Tamu undangan untuk pembacaan doa walimatul urs sudah berdatangan. Saya baru tiba dengan badan basah kuyup. Hampir semua orang yang ada bertanya, kenapa calon pengantinya kok baru pulang. Malu.. tapi ya bagimana lagi.
Sehabis membersihkan badan, saya pun ikut bergabung dengan keluarga di rumah, membantu persiapan-persiapan yang ada.
Alhamdulillah, acara pembacaan doa pun berjalan lancar. Hujan masih turun rintik-rintik sepanjang malam. Semoga ini bagian dari RahmatMu dalam pernikahanku.. harapan saya dalam doa-doa saya sepanjang malam.
Sabtu pagi yang cerah, seolah Tuhan memberikan jawaban atas doa-doa saya semalam. Menghilangkan kabut hitam yang menyelimuti sepanjang jumat malam. Tepat pukul 09.00 WIB, saya melaksanakan ijab qobul. Tangis pun tidak dapat saya tahan. Saya merasa sudah “lepas” dari orangtua, padahal saya belum bisa membahagiakan mereka, saya belum bisa membalas keringat mereka, teringat perjuangan orangtua dalam mendidik saya dan adik-adik. Mengantar mendaftar kuliah, mengantar seleksi cpns di sipil TNI AL, menunggui saya dari subuh hingga isya’, bagaimana susahnya orang tua mencari hutangan ketika saya dan adik-adik saya bersamaan membayar sekolah, semata-mata agar anaknya dapat meraih pendidikan dan kehidupan yang lebih baik. Lebih baik dari orangtuanya yang haya seorang petani kecil.
Sambil mencium punggung tangan, saya hanya bisa meminta maaf. Dalam hati saya berjanji, atas izin Allah semoga saya bisa membahagiakan kedua orangtua dan keluargaku.
ditulis oleh : atik puspita
Gresik, 6 Februari 2021