Acungan jempol buat keluarga besar Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Lebak. Meski dalam usia balita, hari ini, Sabtu 12 Maret 2022 sukses menggelar webinar bertajuk ‘ Broadcast dan Jurnalistik’.
Kegiatan ini ditangani langsung oleh pengurus IGI Lebak, kolaborasi dengan Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). FYI, YPTD adalah yayasan yang bergerak dibidang penerbitan buku ber-ISBN gratis.
Nara sumber pertama menampilkan Madame Heddy. Beliau menyandang berbagai predikat, mulai dari pelatih sekaligus pemilik sabuk hitam Karate, Influencer nasional Guru Ahli, Duta literasi Blog IGI pusat, Ketua penanggung jawab Road Blog to Book Attribute IGI-YPTD.
Dengan berbekal pengalaman tersebut, Heddy memaparkan bagaimana trik-trik praktis untuk membangun informasi dan memperluas jaringan di era digital .
Ayahanda Thamrin Dahlan, owner YPTD tampil sebagai nara sumber kedua. Ayah menyampaikan pengalaman beliau sebagai seorang penulis, dosen, bahkan sebagai purnawirawan Polisi.
Untuk menyikapi bagaimana supaya menjadi seorang penulis yang memiliki pengetahuan dan kode etik jurnalistik. Ternyata, beliau lebih aktif menulis setelah menjalani masa pensiun.
Salah satu quotes dari ayah adalah ‘ Luruskan niat ketika menulis, sebar kebaikan dimana saja ‘.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis adalah:
1. Jangan sebar berita hoax
2. Hindari plagiat. Boleh mengutip pendapat, namun cantumkan sumbernya
3. Tulisan seyogyanya bisa menjadi problem solving.
Untuk tulisan-tulisan yang berserak diberbagai media, blog, maka rajutlah menjadi buku. Dengan mengumpulkan tulisan tersebut menjadi buku ber-ISBN, maka nama kita akan tercantum di Perpustakaan nasional.
Pengalaman ayah TD menerbitkan buku pertama, sangat membekas direlung hati beliau. Ayah TD mulai berpikir, andai banyak guru di Indonesia yang ingin terbitkan buku dengan biaya yang lumayan besar, maka boleh jadi hanya tinggal niat. Sebab, terkendala dengan biaya yang relatif besar.
Akhirnya, ayah TD mewujudkan niat keluarga besar Peto Kayo untuk terbitkan buku gratis, dibawah nama YPTD.
Berikutnya, duta literasi Sumut, Chrisma Juita Nainggolan sebagai nara sumber ketiga. Sebagai seorang guru yang awalnya tidak nyaman dengan profesi tersebut, selama dua tahun dijalani dengan setengah hati.
Beruntunglah kesadarannya segera bangkit di tahun ketiga. Setelah mengikuti diklat, segera banting setir. Berbagai diklat diikuti, yang mampu merubah beban menjadi nyaman.
Untuk menulis berita, maka harus berpedoman pada lima kata kunci, yaitu what, how, why, when, dan where. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisan berita yaitu:
a. Akurat
b. Tidak mencampurkan fakta dan opini
c. Lugas
d. Berimbang ( cover both side ).
Jika anda ingin menulis berita dengan type feature, maka pakailah gaya menulis yang anda miliki. Jangan terjebak dengan gaya kepenulisan mentor yang anda kagumi. Sebab, seorang penulis adalah ibarat disainer, dengan model dan disain pakaian yang dia kuasai.
Kelak, pembaca akan tahu, bahwa itu adalah tulisan anda, meski nama anda tidak tercantum sebagai penulis.
Nara sumber keempat, seorang anak muda yang energik, M.Rafi Darmawan, seorang jurnalis. Rafi adalah putra kedua Heddy, maka hari ini, anak dan emak berada satu panggung, luar biasa. Dengan gaya khas anak muda, Rafi memaparkan apa dan bagaimana foto jurnalistik serta implementasinya.
Seorang jurnalis, tentu berharap bahwa foto yang ditampilkan menyampaikan pesan atau peristiwa yang terjadi. Maka, ketika membidik sebuah objek, akan memakai tiga angel, yaitu high angel, eye angel, dan low angel. Tentu saja, pilihan akan jatuh pada jarak pandang atau ketinggian dari sudut bidik.
Untuk pengambilan foto ( Shoot ), maka ada delapan jenis type shoot, yakni:
1). Extreme close up
2). Big close up
3). Close up
4). Medium close up
5). Full shoot
6). Medium long shoot
7). Long shoot
8). Ekstra long shoot.
Sebagai tuan rumah yang baik, Mas Andi Nuryani tampil menjadi nara sumber pamungkas. Dengan topik ‘ Radio Broadcasting, Analog vs Digital ‘, Mas Andi menyampaikan pentingnya penguasaan teknologi terutama di era serba digital.
Apa esensi dari materi yang disampaikan oleh Mas Andi ditengah pandemi yang belum usai?. Jawabannya adalah, kemajuan zaman tidak bisa ditawar-tawar lagi, bahkan merupakan keharusan. Maka, sebagai guru pembelajar, yuk belajar menyampaikan materi pelajaran melalui radio.
Untuk itu, dibutuhkan jenis ekstra kurikuler di sekolah, khusus Radio Broadcast. Siswa yang memiliki minat terhadap Radio Broadcast, dibimbing supaya kelak mahir dibidang broadcast.
Akhirnya, usai juga webinar ‘Broadcast dan Jurnalistik’, program perdana yang diselenggarakan oleh IGI Lebak.
Semoga berbagai ilmu dan pengalaman yang disampaikan oleh berbagai nara sumber memberi efek candu menulis bagi pegiat literasi. Kedepan, berharap banyak, agar kegiatan-kegiatan seperti ini digalakkan oleh para pegiat literasi, pun juga berbagai komunitas dan organisasi literasi.
Sukses buat Mas Edi Cahya, Mas Dian Rahmad, Mas M. Abdul Van Fasya dan seluruh keluarga besar IGI Lebak. Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat babontuk elok.