Matematika Ekonomi, Kusuka

Terbaru57 Dilihat

Sebagian besar siswa menganggap bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat ditakuti, bahkan guru Matematika disebut ‘ Killer “. Entah kenapa sebutan itu sangat melekat dihati anak usia sekolah ( Barangkali juga buat mahasiswa ). Dulu, sebelum menjadi guru, aku juga heran dengan sikap kawan-kawanku yang selalu gelisah jika bertemu mata pelajaran yang satu ini.

Sejak dibangku SD, pelajaran yang paling kusenangi adalah Matematika dan Bahasa Indonesia, Ketika disuruh guru menulis karangan, hatiku berbunga-bunga, sebab dapat mengekspresikan perasaanku lewat tulisan. Apa yang terlintas dalam pikiran, sering kutorehkan dibagian akhir lembaran buku tulis. Suatu ketika, aku melihat anak anjing menggonggong di pancuran belakang rumah, diatas pancuran itu ada kolam berisi anak-anak kodok. Segera aku berlari-lari menjumpai ayah,: “ Ayah, anjing kecil bernyanyi, katanya dia gak bisa manjat ke kolam cebong “. Mendengar ucapanku, ayah tertawa-tawa, mana mungkin aku mengerti bahasa hewan.

Masa SMP,  aku pernah ditanyai guru, kenapa tugas membuat surat lamaran kerja bernuansa romantis. Ketika itu aku memberi nama Jalan Teratai Mengayun, Kelurahan Sulur Asmara, dan seterusnya. Setelah dibangku kuliah, ternyata aku gagal ujian pertama mata kuliah Statistik, hanya satu orang yang lulus dengan nilai B, yaitu Darmauli. Ujian ketiga kali barulah aku lulus. Setelah itu barulah aku menyadari dua hal, mungkin kemampuan matematikaku mulai menurun, atau aku yang larut dalam kesibukan lain sehingga abai dengan prioritas utama yaitu belajar.

Memasuki tahun ketiga mengajar di salah satu SMA Negeri, aku berhadapan dengan materi baru di mata pelajaran Ekonomi, yaitu Matematika Ekonomi ( Ekonometri ). Aku terperangah, konsep dan pola Matematika Ekonomi berbeda dengan Matematika umum. Jengah, sebab aku diharuskan belajar sendiri, mencari tahu sendiri apa dan bagaimana itu Matematika Ekonomi. Ketika itu tahun 1997, belum ada teknologi canggih seperti internet yang dapat menjadi mesin pencari jika terbentur dengan topik yang belum dipahami. Solusinya adalah aku melewatkan materi pelajaran tersebut, solusi yang bukan solusi.

Tahun 1998, aku mengikuti pelatihan guru Ekonomi di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ( LPMP ) Padang. Salah satu materi pelatihan adalah Matematika Ekonomi. Awalnya aku berharap, sekembalinya dari pelatihan akan mengantongi ilmu baru, namun betapa kecewanya. Entah kenapa materi yang disampaikan tutor tidak dapat kuserap dengan baik, walau ketika itu aku berhasil meraih peringkat 1 untuk Provinsi Sumatera Utara. Akhirnya kembali pada solusi lama, melewatkan materi pelajaran tersebut.

Waktu berjalan terus. Tahun 2001 aku beroleh kesempatan mengikuti pelatihan di Aceh. Untuk in service 1 kami ditempatkan di hotel Medan, in service 2 di daerah Ulee Lheue. Dari seluruh peserta, akulah yang termuda, sehingga sering diberi tugas menjadi sekretaris. Menjadi sekretaris ternyata mendapat tugas tambahan, harus berkutat untuk menyelesaikan laporan setiap hari. Rekan guru satu kelompokku menemani sembari membelikan camilan dan bandrek.

Salah satu materi pelatihan adalah Matematika Ekonomi, bagai dilemma. Disatu sisi cemas, namun disisi lain berharap semoga pelatihan kali ini benar-benar beroleh ilmu baru. Qadarullah, harapanku terkabul. Tutor Matematika Ekonomi yang tampil bersahaja, Yohan Yunus, S.E.,M.M., demikian nama lengkapnya. Pak Yohan benar-benar memukau. Dengan penjelasan yang praktis, santai, akhirnya aku mampu memahami. Uniknya ketika diberi tugas mandiri, aku malah menemukan cara ketiga ( Beliau minta dengan dua cara ). Betapa bahagianya ketika beliau memberi apresiasi padaku, sehingga makin bersemangat untuk menunggu jadwal berikutnya.

Sebelum beranjak tidur, aku dan teman-teman menyempatkan diri untuk menikmati siaran TV di lobby hotel. Pak Yohan melewati tempat kami duduk, kami menyapa beliau, satu kalimat yang membuatku terperangah ketika beliau menyapa,; “ Dek Chrisma belum tidur ya “. Betapa ramahnya tutor yang juga dosen di Unsyah tersebut. Dalam hati aku berjanji, setiba di sekolah akan kuterapkan ilmu yang didapat dari pak Yohan. Pada pelatihan kali ini kembali aku meraih peringkat 1 untuk Provinsi Sumatera Utara.

Tahun 2002 aku diminta membantu mengampu mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri Kualuh Hulu. Aku  mengampu kelas XII IPS-1 ( Kelas unggul ) termasuk beberapa kelas lainnya. Saking sudah jatuh hati pada Matematika Ekonomi, sebelum masuk kelas aku selalu belajar pada beberapa orang guru Matematika, pak Ali Amri Halomoan Siregar, pak Thalib Ali,  pak Robert Nainggolan, dan pak Jesman Sijabat. Aku tidak ingin siswaku bingung menerima pelajaran, sehingga aku harus prima. Matematika ekonomi merupakan ilmu terapan, sehingga butuh pemahaman dari sudut pandang berbeda dengan ilmu murni.

Kini, setelah semakin memahami bahwa tidak setiap siswa memiliki passion yang sama, barulah aku memahami kenapa teman-teman sekolahku dulu kurang menyukai mata pelajaran tersebut. Pun juga, ilmu baru yang kudapat dari pelaihan Wardah Inspiring Teacher mengedepankan empati terhadap siswa. Yang artinya, guru harus memahami latar belakang siswa, minat, serta berbagai elemen lainnya supaya pembelajaran berjalan dengan baik.Terlebih di masa pandemi, walaupun sudah menjalani Pembelajaran Tatap Muka Terbatas ( PTMT ), tetap dibutuhkan kreatifitas seorang guru.

Untuk siswa kelas X, kuberi pemahaman bahwa tujuan mereka bersekolah bukanlah supaya pintar. Tujuan Pendidikan adalah untuk membentuk watak serta peradaban, dan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Maka, kepada siswaku juga kuberi motivasi, senangi lebih dahulu gurunya, barulah mampu untuk menyukai ilmu yang diajarkan. Selain itu mereka juga kuberi ilustrasi, betapa bahagianya jika melakukan sesuatu dengan suasana hati yang tenang dan nyaman. Dengan menerapkan  hybrid learning, seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran di kelas mampu menyelesaikan tabel dan kurva The Law of Diminishing Marginal Returns.

Masihkah beranggapan bahwa Matematika itu sesuatu yang menakutkan?. Yuk, mulai dari diri sendiri, yakinkan diri bahwa kita bisa. Kegagalan kita memahami sesuatu adalah berawal dari rasa tidak percaya diri. Poin terakhir yang ingin saya sampaikan pada anda, siswa yang masih tidak yakin dengan statement saya bahwa belajar Matematika Ekonomi itu asyik, “ Pandanglah gurumu dengan penuh kasih sayang, maka ilmunya akan berkah “. Terlihat tidak sinkronkan, tetapi silahkan dicoba. Ketika anda menerima pelajaran dari  guru dengan niat yang ikhlas, maka pada saat itulah keberkahan ilmu telah tercurah kepada anda. Mari belajar Matematika Ekonomi dengan santai tapi cerdas. Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat babontuk elok.

 

 

Tinggalkan Balasan