Sebuah Catatan Sederhana Dari Kegiatan SIA di Perkebunan Membang Muda

Terbaru303 Dilihat

Sesuai undangan dari pihak manajemen PTPN III Membang Muda, pagi ini saya menghadiri kegiatan Social Impact Assesment (SIA) bersama Lurah Aekkanopan Timur, Ibrahim Cholili Nur S.Pd.I. Selain pak Lurah, turut hadir tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan saya sendiri sebagai tokoh wanita. Sebelum kegiatan dimulai, Pak Lurah memberikan briefing singkat, bahwa informasi yang akan digali hari ini harus objektif. Oleh sebab itulah maka Lurah menyertakan kami, orang-orang yang sama sekali tidak bersentuhan dengan kegiatan di kelurahan.

Diawali dengan sambutan dari Bapak Camat Kualuh Hulu, Panji Tri Asmara S.STP, M.Si. Beliau menyampaikan bahwa jika ada efek negatif dari pembangunan, segera sampaikan kepihak Kecamatan supaya diambil solusinya. Mewakili pihak manajemen PTPN-3, hadir Bapak Ade Darmawan. Dalam sambutan singkatnya, beliau menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini adalah sebagai media untuk bersama-sama memberi penilaian kinerja terhadap dampak keberadaan perkebunan. Kegiatan SIA ini menghadirkan pihak kampus sebagai lembaga independen. Sehingga, jika dilakukan secara independen, bisa memberikan asesmen secara transparan, objektif, dan independen.

Selanjutnya, kegiatan langsung diarahkan oleh Ketua Lembaga Penelitian USU ( LP-USU), Zulkifli Lubis. Beliau memaparkan langkah-langkah apa yang akan dilakukan pada kegiatan SIA hari ini. Seluruh pihak yang mengikuti kegiatan SIA dibagi menjadi lima kelompok, yaitu Kelurahan Aekkanopan, Aekkanopan Timur, Guntingsaga, Desa Membang Muda, dan Desa Parpaudangan. Masing-masing kelompok dipandu oleh tim LP-USU, melakukan diskusi tentang penilaian dampak sosial secara bersama-sama.

Langkah pertama dalam pelaksanaan SIA adalah mengisi kuesioner yang disediakan untuk menggali informasi akurat sebagai masukan buat pihak manajemen. Dalam kuesioner tersebut, peserta diminta untuk menuliskan secara gamblang hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dengan hadirnya PTPN III di daerah Labuhanbatu Utara. Selanjutnya pada tahap kedua, Focus Group Discussion ( FGD ), mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi di desa, yaitu problem sosial, serta apa solusi untuk mengatasinya.

Dengan solusi yang diharapkan mampu mengatasi problem sosial, maka Camat juga bisa memberikan dukungan lewat Musrenbang. Sehingga, keterlibatan semua pihak diharapkan mampu bersinergi untuk percepatan kesejahteraan sosial, yaitu kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial masyarakat. Jika kondisi ini telah tercapai, maka masyarakat dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Untuk kelurahan Aekkanopan Timur yang terdiri dari 12 lingkungan, ditemukan berbagai problem sosial yang berpotensi menjadi ancaman (threat) bagi keberlangsungan program pembangunan. Maka, pada FGD tersebut seluruh problem sosial diidentifikasi sesuai dengan wilayah lingkungan masing-masing. Selanjutnya, dilakukan juga identifikasi terhadap potensi yang dimiliki kelurahan, mulai dari sumber daya manusia, sumber daya alam, serta sumber daya modal.

Sumber daya manusia di kelurahan Aekkanopan Timur  terdiri dari  ASN, pegawai non-ASN, pedagang, petani, dan profesi lainnya. Sementara untuk sumber daya alam, terdapat lahan perkebunan milik warga; sungai yang mengalir sepanjang beberapa wilayah/lingkungan; peternakan lembu dan kambing. Potensi lain yang turut mendukung program pembangunan adalah keberadaan sekolah mulai dari tingkat PAUD hingga Perguruan Tinggi. Sekolah/Perguruan Tinggi milik negeri maupun swasta yang berada di kelurahan Aekkanopan sangat berperan dalam penyelenggaraan pendidikan, karena dominan sekolah-sekolah yang berada di Kecamatan Kualuh Hulu berada di Kelurahan tersebut. Selain itu, terdapat juga sanggar seni tradisional, seperti Marawis, Bordah, Tambur yang kegiatannya masih eksis hingga hari ini.

Dari hasil diskusi dengan tim LP-USU, maka diambillah kesimpulan sesuai analisis manajemen SWOT. Adapun potensi  yang menjadi kekuatan ( Strength ) bagi Kelurahan Aekkanopan Timur terdiri dari 5 poin, yaitu:

  1. Jumlah warga yang berpendidikan tinggi ( Strata 1 )
  2. Keberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM )
  3. Jangkauan pasar yang luas untuk pemasaran hasil UMKM
  4. Minat belajar dan baca cukup tinggi
  5. Sinergi yang baik antar pemuda

Sementara untuk kelemahan ( Weakness ) adalah:

1). Kurangnya lahan untuk pendidikan; taman bacaan; dan sarana olah raga

2). Rendahnya modal untuk pengembangan UMKM

3). Rendahnya skill yang dimiliki oleh Angkatan kerja produktif

Berikutnya peluang ( Opportunity ) adalah:

  1. Penghibahan lahan untuk Pendidikan, taman bacaan masyarakat, serta sarana olah raga
  2. Bantuan pinjaman lunak dari program Kemitraan Bina Lingkungan ( KBL )
  3. Mendapatkan pelatihan skill bagi angkatan kerja produktif

Komponen terakhir dari SWOT adalah ancaman ( Threat ):

1). Narkotika dan obat-obat terlarang lainnya

2). Penyakit sosial masyarakat.

Langkah berikutnya adalah rencana aksi yang terdiri dari:

  1. Usulan Kegiatan: Penghibahan lahan untuk Pendidikan; Bantuan pinjaman lunak; dan Pelatihan skill
  2. Rencana Pelaksanaan: Surat permohonan dan proposal
  3. Perkiraan Kebutuhan: Dana tunai; Bantuan teknis; dan lahan seluas 5 Ha
  4. Rencana Tahun Pelaksanaan: tahun 2022
  5. Lembaga/Instansi yang diharapkan ikut mendukung: PTPN III
  6. Penanggung jawab: Lurah, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh wanita,

dan pihak peminjam

  1. Kondisi yang diharapkan: Penghibahan lahan untuk kepentingan pendidikan, taman baca,

dan sarana olah raga dari lahan milik PTPN III ke pihak Kelurahan Aekkanopan Timur.

Usai rehat siang, kegiatan masih berlanjut untuk menyimpulkan hasil akhir penilaian dampak sosial. PTPN III merupakan penggabungan dari 3 BUMN Perkebunan yang terdiri dari PTP III ( Persero ), PTP IV ( Persero ), dan PTP V ( Persero ) melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996. Selanjutnya diberi nama PT Perkebunan Nusantara III ( Persero ) yang berkedudukan di Medan.

Sumatera dikenal sebagai penghasil karet bermutu tinggi. Lebih dari 38.000 hektar lahan karet milik PTPN III diupayakan untuk menghasilkan karet dengan kualitas terbaik di dunia. Dengan mengantongi mutu produk RSS-1, SIR-10, SIR-20 dan lateks pekat, mampu menembus pasar internasional. Sejumlah produsen ban terkenal seperti Good Year, Bridge Stone, Fire Stone, Han kook dan lainnya menggunakan bahan baku dari PTPN III.

Untuk Kebun Membang Muda sendiri, mampu memproduksi Lateks Pekat dan Crumb Rubber masing-masing 30 ton per hari. Dengan angka produksi tertinggi diantara 8 kebun milik PTPN III tersebut, maka pihak manajemen berusaha menjalin keharmonisan dengan masyarakat disekitar lahan perkebunan. Tujuannya adalah untuk menghindari kesenjangan antar keduanya serta agar masyarakat berempati terhadap keberadaan perkebunan di daerah tersebut.

Pada bagian akhir, kembali hadir pihak manajemen PTPN III untuk memberi refleksi dan menutup kegiatan SIA. Beliau menekankan bahwa hasil diskusi hari ini akan dimapping untuk program 3 tahun ke depan, realisasi direkomendasikan pada tahun 2022. Untuk menjalin kemitraan dengan masyarakat, tidaklah memandang apakah Perkebunan lebih dahulu hadir di daerah ini atau masyarakatnya yang lebih dahulu bermukim. Selama jelang 2 tahun manajemen melakukan refocusing, karena dana CSR dialihkan untuk penanganan pandemic covid-19. Pihak manajemen berharap, semoga keinginan dan harapan kedua belah pihak, masyarakat dan perkebunan dapat terwujud, demi kelancaran pembangunan dan tercapainya kesejahteraan sosial.

Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat, babontuk elok.

Tinggalkan Balasan