Kue Cucur! Rasanya yang manis dan teksturnya yang sedikit kenyal, membuat lidah bergoyang ketika menyantapnya.
Siapa yang tidak suka kue cucur? Hampir semua orang menyukainya, apalagi jika dimakan pada situasi yang tepat, dan waktu yang tepat.
Misalnya dinikmati saat hujan turun dengan lebat seperti tadi pagi.
Hanya sayang, tidak ada sajian kopi hitam. Karena kami makan kue cucur ramai – ramai di kelas.
Ada semacam tradisi yang unik dan menarik di sekolah saya. Jika ada anak yang berulang tahun, maka anak tersebut akan membagikan permen.
Maka, ketika tadi pagi saya membagikan kue pada anak – anak, mereka memasang muka heran. Jangan – jangan Ibu sedang ulang tahun?
Mereka pun bersorak gembira saat kue cucur yang hangat sudah mendarat di tangan masing – masing.
Beberapa anak tampak biasa saja, namun sekembalinya saya ke tempat duduk, saya melihat hal yang tak biasa.
Di bagian belakang kelas, tampak Mona dan Andien menggigit kue cucur sedikit demi sedikit. Mereka sepertinya menikmati sekali.
Saya pun ingat, rupanya mereka berdua sangat jarang membeli kue atau jajanan lainnya.
Ya, di sekolah saya, tidak semua anak bisa membeli jajanan saat istirahat.
Itulah sebabnya, ketika menjelang istirahat tadi, saya berinisiatif membelikan kue cucur untuk mereka.
Apalagi dalam suasana hujan deras, pasti mereka merasa lapar.
Cermin Bagi Guru
Pernahkah Bapak/Ibu mencoba mengingat hal yang paling berkesan semasa sekolah dulu ? Atau menyebutkan nama guru yang memberikan kesan tertentu ?
Saya pernah, dan saya pun ingat. Guru itu adalah guru SD saya. Beliau mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Beliau sering memuji karangan yang saya buat.
Lalu apa dampaknya sekarang ? Saya tumbuh menjadi seorang guru yang hobi menulis.
Pernah suatu ketika, saya pulang ke kampung halaman dan tanpa sengaja bertemu dengan beliau.
Saya tidak akan pernah lupa raut mukanya, walaupun kerutan sudah tergambar di wajahnya. Rambut yang memutih juga menjadi penanda jasa beliau.
Beliau tampak berkaca – kaca, ketika saya mengatakan bahwa saya sudah menjadi guru. Terlebih saya sampaikan bahwa Anda adalah guru favorit saya.
Pengalaman ini mengajarkan saya untuk juga “memberi hadiah” kepada anak – anak saya. Bukan melulu dengan memberikan kue, namun memberikan sentuhan kepada mereka.
Kata – kata verbal sederhana seperti,”Kamu hebat, pintar, keren, luar biasa, dst” dapat dengan mudah kita sampaikan pada mereka. Atau melalui ungkapan non verbal, seperti memberi tepuk tangan, menepuk pundak, memberi acungan jempol, dst.
Hal ini nampak sepele atau biasa saja. Namun, untuk anak – anak, ini adalah hal yang sangat luar biasa.
Oleh karena itu, berusahalah untuk hadir di kelas dengan sepenuh hati. Tangkap basah momen terbaik siswa dan berikan hadiah yang layak bagi mereka. Niscaya, kita akan menjadi guru yang dirindukan oleh siswa.