Aku melukismu
Dalam bayang-bayang sendu
Ketika sesiang ini
Kabut enggan beranjak dari lereng Kelud
Kelabunya menyelimuti
Di bawah arak mendung gelap
Merajuk merayu hujan
Yang tak kunjung jua turun
Aku melukismu
Dengan pena tak bertinta
Menggoreskan jejak
Meninggalkan luka
Namun tak kasat mata
Tinta bak sudah mengering
Di sela wadah kaca
Aku melukismu
Lewat seduh secangkir moccachino
Yang hangatnya telah menguap
Bersama hambar angin yang bertiup
Menemani dengan setia
Kala new moon bertahta
Menutup seraut wajah tanpa senyum
Aku tetap melukismu
Di sepanjang kala tersisa
Di hela nafas hidup
Meski warnanya tak seindah bianglala,
menyaputkan mejikuhibiniu yang mempesona
Meski bilah nada tak lagi berirama,
sunyi jari jemari menari di hitam putihnya
Meski julang sengon tak selebat yang dulu,
berganti jagung incaran kethek alas
Aku tetap melukismu
Di sepanjang hariku
Saat embun pagi menanti fajar terang,
bergumul dengan karya hidup
Saat terang berganti senja temaram,
berkecamuk dengan perjuangan batin
Aku masih di sini melukismu
Di dalam hatiku
Sepertinya,
aku tak bisa melupakan dirimu…
Pare, 22.12.2017
Written by #Dewi Leyly
Titip daku juga dilukiskan ya mbak Dewi. Hehe. Salam puisi hati
Dilukis pakai apa ? Sebongkah tanah untuk menyemai benih benih kehidupan…
Hehehehe
Salam sehat selalu Ari
Sedetik pun aku tak mampu tuk melupakanmu
Wow… Bahagiany yg selalu diingat dg istimewa…
Salam sehat bu Sumarjiyati…