Melintasi waktu yang telah berlalu
Hingga sampai di titik itu
Saat menempuh liku perjalanan
Lima belas kilometer yang penuh deg-degan
Bayangan yang menari di angan
Menjelma jadi kenyataan
Pintalan benang-benang harapan
Merajut hati dengan kebahagiaan
Langkah kaki berjalan menuju ruangan
Di mana dirimu tepekur dengan bacaan
Menahan hati tetap menapak perlahan
Meski ingin rasanya memeluk dan tak lagi lepaskan
Senyummu telah menyambut hadirku
Yang membeku terpaku di depan pintu
Aduhai, kenapa dag dig dug jantungku
Salah tingkah tak karuan kala itu
Dan duduk berhadapan denganmu
Tanpa kata, tanpa suara, membisu
Hanya debar dada yang bertalu
Tidakkah kau dengar itu ?
Rasa datang tanpa permisi
Hangat jabat tanganmu mengalir hingga ke kursi
Dahaga datang disertai dehidrasi
Kulihat dirimu tak lagi konsentrasi
“Silakan minum,” kau tawarkan sebotol air mineral padaku
Aku tersenyum menolak tawaranmu
“Minumlah !” seolah kau tahu hausku
Dan seperempat isinya menyejukkan dahagaku
“Aku juga haus,” katamu mengambil botol air mineral itu
Sekejap isinya berpindah melewati bibirmu
Kita tersenyum saling menatap mata
Lewat sebotol air mineral, rindu kita berjumpa
Pare, 25042020
Written by Dewi Leyly
(Telah tayang di Secangkir Kopi Bersama dan Kompasiana)
Ah jadi rindu
SLam puisi hati mbak Dewi