Purnama…
Aku memandang dirimu malam ini
Lagi…
Untuk kesekian kalinya
Menikmati pesona cahayamu
Di antara samudera angkasa
Sinarmu membias
Menerobos kegelapan malam
Kendatipun pantulanmu berubah rupa
Perasaan ini tetaplah sama
Seperti saat sinarmu memandu
Di sepanjang jalan yang ditempuh
“Moon Strightly”
Aku di sini…
Dan kau di sana…
Bercengkerama dengan purnama yang sama…
Menceritakan indahnya tanpa kata…
Tanpa suara…
Menyampaikan rindu yang terhadang dinding
Jeda menyapa kala
Lembut…
Mengalir di lekuknya
Mengurai di liuknya
Aku masih di sini…
Dan kau semakin jauh di sana…
Purnama masih mengitari orbitnya
Tiada berhenti…
Meski sinarnya tak mampu sentuh dinginnya malam
Yang membungkam diam
Bagimu,
Purnama tak lagi istimewa
Cerita yang tersimpan di sinarnya tak lagi penting
Bahkan,
Rindu yang dititipkan di pendarnya,
Hanya masa lalu…
Berlalu…
Seiring waktu…
Begitu saja
Aku masih memandang dirimu
Malam ini…
Lagi…
Untuk kesekian kalinya…
Dengan gemas…
Mencela diriku sendiri…
Dan pilihanku…
Yang tetap bertahan…
Untuk selalu memandang dirimu…
Lagi…
Untuk kesekian kalinya…
Purnama… oh… purnama
Pare, 08072017
Written by Dewi Leyly
(Puisi ini telah ditayangkan di Kompasiana)