Mengembangkan sikap yang tidak semena-mena
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kita temukan masyarakat yang mudah marah dan semena-mena kepada orang lain. Mereka merasa dirinya paling benar, dan secara sepihak menyatakan orang lain salah.
Dan banyak sekali kita temukan ujaran kebencian. Anak-anak bisa saling membenci teman sekolahnya. Para pekerja saling membenci atasannya. Pendukung paslon bisa saling membenci paslon yang lain. Ujaran kebencian begitu masif terjadi hampir di semua lini masyarakat. Sadarkah jika ujaran kebencian ini merupakan bibit dari intoleransi?
Maka dari itu kita semua pun perlu sekali saling menjaga omongan dan saling mengoreksi apa yang kita ucapkan benar atau tidaknya agar orang yang mendengar omongan kita dapat menerima dengan lapang dada.
contohnya seperti saat kita sedang meeting sedang rapat atau merembukan masalah kita harus bersedia menerima pendapat orang lain dengan lapang dada karena kita tidak bisa hanya sepihak untuk mendapatkan pendapat orang lain agar kita tidak selalu mengutarakan apa yang kita mau.
Dan jangan pernah untuk selalu menghakimi seseorang karena diri sendiri pun perlu menempatkan diri di posisi mereka. Banyak orang yang sering menghakimi orang lain, namun membenci kalau orang menilai dirinya.
Kamu perlu ingat bahwa kata-kata dan tindakan dapat merusak setiap hubungan dalam hitungan menit. Dan kamu mungkin tidak akan pernah mendapatkan kepercayaannya kembali bahkan sulit untuk menjalin hubungan lagi. Jadi, pikirkan matang-matang tentang hal ini sebelum menilai orang lain dengan semena mena.
Ketika kamu menilai orang lain, kamu tidak menegaskan mereka, tapi diri kamu sendiri. dan itu akan memunculkan citra yang buruk tentang diri sendiri.
maka dari itu kamu perlu meminta penilaian dari keluarga atau teman tentang apa yang mereka pikirkan tentang kamu, dan jika mereka mengatakan bahwa kamu tipe orang yang sering menghakimi orang lain, maka sudah saatnya bagi kamu untuk intropeksi diri.