MENULIS MENJAGA BUDAYA LELUHUR

Terbaru13 Dilihat

MENULIS MENJAGA BUDAYA LELUHUR

OLEH: EKALAYA IRPAN PAMUJI,S.Sos

Terbesitkah dalam angan-angan, bahwa warisan leluhur itu selalu wajib dijaga dan dihormati. Sesuai kata bijak “kalau bukan kita lalu siapa lagi “ .  dengan adanya budaya masyrakat bisa berkembang dinamis, sesuai dengan peradabannya. jika kita merujuk pada beberapa ahli mengenai  istilah-istilah kebudayaan.

Ki Hajar Dewantara: “Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat”

Koentjaraningrat, guru besar Antropologi di Universitas Indonesia: “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”. Dikutip dari https://coretanandrea.wordpress.com/2013/11/03

Jika berbicara budaya tentu tak habis-habisnya mengenai kebudayaan. Misalnya budaya gotong royong, adalah budaya nenek moyang masyrakat Indonesia ditanamkan sejak dahulu kala.  Sedangkan Masyarakat Lampung banyak ragam budaya yang diciptakan, Hahiwang, Sasikiun, Butetha, nyambai, kekiceran, buharhak, Sakura,.

Tema kali ini adalah menceritakan tentang Hahiwang. Hahiwang adalah sastra lisan pada masyarakat Kabupaten Pesisir Barat. Sastra ini berisi kisah penderitaan hidup dan kegagalan percintaan. Hahiwang dibagi menjadi Hahiwang agama dan Hahiwang adat. Wikipedia

https://kruiartikel.blogspot.com/2021/02/menulis-menjaga-budaya-leluhur.html

 

Dalam budaya Lampung, contoh Hawiwang penderitaan adalah  menceritakan kesedihan yang dialami sanak khurha (anak kedua laki-laki). Berdasarkan titah dan garis kerutunan masyarakat Lampung menganut Sistem Kekerabatan patrinial artinya menganut garis keturunan Bapak. Sehingga Masyarakat Lampung menuakan anak laki-laki (Udo).

Dengan sistem  keturunan Bapak, secara otomatis kepemilikan harta lebih didominasi oleh anak tertua laki-laki (Udo).  Dengan adanya sistem tersebut. hahiwang dijadikan sebagai media curhat, luapan emosi melalaui syair-syair yang merdu diiringi gitar tunggal sebagai ciri khas kesenian Masyarakat Lampung. Sehingga sanak ghurha atau batang galah (Anak laki kedua) merasa diduakan.

Adat istiadat tidak bisa kita lihat sebelah mata, dari sudut pandang mana kita melihat dan menilai. Berbagai kelebihan dan kekurangan budaya itu adalah bagian sisi kehidupan berbudaya. Bagaimana menurut sobat sekalian ? tentu memiliki berbagai macam argumen atau alasan yang logis dan bijaksana.

Tinggalkan Balasan