Apa itu Literasi ?
Bagi kalangan penulis buku dan para guru istilah literasi sudah tak asing lagi, namun tidak demikian halnya dengan masyarakat umum, anak-anak , dan orang awam yang belum memahaminya. Kata Literasi kedengarannya menjadi hal yang kurang menarik, terlebih jika seseorang kurang menyenangi dunia menulis dan membaca.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , literasi merupakan kemampuan menulis dan membaca, kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan kecakapan hidup. Menurut Kamus Merriam Webster, literasi yaitu suatu kemampuan atau kualitas melek aksara di dalam diri seseorang dimana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara visual.
Sedangkan Menurut UNESCO literasi adalah seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana keterampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya.
Dalam perkembangannya, definisi literasi berevolusi seiring perkembangan jaman, istilah literasi mulai digunakan dalam arti yang lebih luas yang berkaitan dengan praktik kultural.
Literasi masih kurang menarik ?
Ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap literasi masih sangat kurang. Hasil studi yang dipublikasikan bernama “The World’s Most Literate Nations”, dan riset World’s Most Literate Ranked Tahun 2016 menunjuk Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 Negara, dan menurut survei Pragramme for International Student Assessment (PISA) Tahun 2018 bahwa Indonesia mendapat peringkat 72 dari 79 negara yang disurvei.
UNESCO mengatakan dari sekitar 1000 penduduk di Negara Indonesia ternyata hanya satu orang yeng menjadikan kegiatan literasi sebagai kebiasaan atau hobi padahal banyak manfaat yang didapat dari berliterasi diantaranya menambah wawasan, bijaksana dalam bersikap mengatasi masalah , menjadikan kita cerdas , membentuk karakter dan kepribadian yang baik serta meningkatkan kualitas guru.
Salah satu faktor penyebab kurangnya minat masyarakat adalah rasa malas. Kebanyakan orang menilai bahwa membaca adalah hal yang sangat menjenuhkan dan memikirkan ide untuk menulis juga memenatkan kepala, sehingga memilih untuk tidak melakukannya sama sekali. Oleh karena itu dibutuhkan Gerakan Literasi
Gerakan Literasi Nasional (GLN)
GLN merupakan salah satu gerakan yang diharapkan dapat membawa masyarakat Indonesia ke masa peradaban yang lebih baik. Berdasarkan Kesepakatan World Ekocomic Forum, Sedikitnya ada enam kategori dasar yang harus dikuasai masyarakat maju antara lain :
- Literasi Baca Tulis
- Literasi Digital
- Literasi Financial
- Literasi Numerik dan Berhitung
- Literasi Pengetahuan
- Literasi Kewarganegaraan.
Pada masa pandemi sekarang ini aktivitas literasi beralih menjadi literasi digital. Berbagai penyelenggaraan event literasi ditiadakan atau digantikan secara daring. Pelaksanaan berbagai lomba literasi juga dibatasi karena minimnya anggaran. Selain itu, acara seperti bedah buku juga harus dilakukan via daring.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Gerakan Literasi Sekolah digaungkan terus menerus khususnya di sekolah- sekolah. Berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti , GLS dikembangkan sebagai upaya untuk menbumbuhkan budi pekerti siswa melalui kegiatan membaca selama 15 menit sebelum belajar dimulai di sekolah. Kemendikbud juga mengembangkan enam literasi dasar meliputi yaitu baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan kewarganegaraan (karakter).
Upaya menumbuhkan budaya literasi di Sekolah tidaklah mudah, banyak tantangan yang dihadapi guru diantaraya Siswa melakukan kegiatan literasi membaca dengan terpaksa bukan karena atas kesadaran dirinya sendiri akibatnya tidak menjadi budaya Kemampuan siswa untuk membuat kesimpulan dan memaknai isi buku yang dibaca nya masih rendah.
Guru harus sabar dan peduli, yang penting menjadi contoh atau teladan bagi siswa untuk berliterasi. Dimulai dari diri pribadi guru iitu sendiri. Menumbuhkan budaya literasi tentunya dibutuhkan dukungan motivasi dan perhatian semua pihak termasuk orang tua di rumah agar muncul kesadaran siswa membaca dan menulis
Cara Membudayakan Literasi Masa Pandemi
Budaya berliterasi harus dibiasakan oleh masyarakat terutama para guru dan siswa, karena berliterasi sangat dibutuhkan.Untuk membangun budaya literasi, harus ada kolaborasi antara pemerintah, pegiat literasi, akademisi, pelaku usaha, komunitas, aktivis, dan organisasi masyarakat. Budaya literasi harus dibangun sejak usia dini. Generasi milenial yang akrab dengan gawai, perlu dikenalkan dan diarahkan oleh orang tua, guru dan kita semua agar terbentuk budaya literasi.
Pada saat pandemi, Data yang di dapat dari survei Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud pada April 2020 sebanyak 50 % anak-anak yang melaksanakan Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) selama 2 jam memicu learning loss, termasuk penurunan dalam kemampuan membaca, bahkan seringnya anak melihat monitor pada layar handphone, laptop dan komputer akan membuat mata anak menjadi minus. bahwa selama PJJ, membaca buku penting untuk diupayakan. Orang tua memberi contoh untuk rutin membaca buku dan menjelaskan isi buku tersebut. Jika ibu sibuk dengan gawai, anak pun akan menirunya.
Pada masa pandemi Covid 19 saat ini , banyak hal yang bisa dilakukan orang tua diantaranya bagaimana menumbuhkan budaya literasi pada anak. di sela-sela itu orang tua juga punya peran penting dalam mewujudkan budaya literasi. Kerbersamaan anak dan orang tua di rumah menjadi momen penting untuk memotivasi dan memberikan stimulus agar anak-anak mempunyai kemauan dan kemampuan dalam mengolah informasi melalui literasi yang akan bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan informasi, berfikir kritis dalam memecahkan masalah, memiliki kemampuan komunikasi efektif, menghitung, dan mengembangkan potensi dalam dirinya hingga berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Peran orang tua dalam menstimulus dan mendorong anak agar meningkatkan minat baca sangat besar.
Berikut tips menumbuhkan Literasi
- Membelikan Buku atau menyiapkan buku untuk anak
Orang tua bisa membeli dan menyiapkan buku-buku kesukaan anak. Usahakan buku yang full colour jika usianya masih kecil, dan buku novel jika anak sudah beranjak dewasa. Jika buku-buku tema yang ringan habis dibacanya, rang tua bisa membelikan sedikit buku yang berbobot. Setelah selesai membaca, orang tua memberi kesempatan agar anak bisa menyampaikan isi buku tersebut di depan keluarga. Berikan apresiasi atas usahanya itu atau berikan hadiah buku yang terbaru setiap selesai buku yang dibacanya.
- Membacakan buku cerita
Orang tua bisa membacakan buku dongeng atau kisah lainnya ke anak di waktu senggang atau menjelang tidur. Bagi generasi milenial, bisa diperkenalkan buku-buku novel untuk memancing agar mereka mau membacanya. Cara ini juga ampuh menumbuhkan minat baca pada anak sehingga mereka akan menyukai buku dan terkenang kisah itu hingga dewasa kelak.
- Membuat Perpustakaan sederhana di Rumah
Ajak anak ke toko buku atau perpustakaan namun karena masa pandemi tentunya menjadi hambatan untuk bisa pergi ke toko buku atau perpustakaan maka Tips selanjutnya adalah orang tua membuat perpustakaan sederhana di rumah, desain ruangan sebagus mungkin dan menarik agar anak tertarik untuk ke ruangan tersebut untuk membaca. Anggap saja ruangan tersebut perpustakaan atau rumah baca. Jika memungkinkan buat Perpustkaan Digital , biarkan anak memilih buku yang disukainya. Anak akan terbiasa dan merasa nyaman jika sejak dini sudah diperkenalkan buku-buku, sebab hal itu akan merangsang minat baca mereka.
Menumbuh kembangkan budaya literasi dimasa pandemi adalah sebuah keniscayaan jika kita ingin melahirkan generasi unggul. Ciri dari generasi unggul salah satunya adalah memiliki budaya baca tulis yang kuat. Tanpa budaya baca tulis yang kuat, rasanya generasi mendatang akan sulit bersaing dengan bangsa lain yang memiliki keunggulan budaya literasi.Literasi menjadi salah satu cara kunci membangun sumber daya manusia dan kesejehateraan bangsa. Gerakan Membudayakan Literasi harus kita dukung semua pihak agar literasi di Indonesia semakin membaik. Salam Literasi !!
Artikel ini diikutkan Lomba Blog PGRI (tanggal 1 s.d 28 Pebruari 2021)
Nama Penulis :
ETIK NURINTO, S.Pd.SD
NPA PGRI : 12120600251
No. WA : 083134609000
Guru SDN Pabuaran
Kecamatan Bantarbolang
Kabupaten Pemalang
Terima kasih
Terima kasih juga Om Jay yang selalu memotivasi dan menginspirasi. Salam literasi
Saya setuju banget, budaya literasi memang harus dimulai dari rumah dan orang tua menjadi teladan utama dalam hal ini
Betul Bu SIti Marwanah, budaya literasi mempersiapkan generasi cerdas penerus bangsa. Terima kasih Sudah membaca artikel ini. Salam Literasi
Benar sekali pak…besar peran orang tua untuk menumbuhkan minat baca anak sejak dini dan itu di mulai dari diri sendiri sbg orang tua… terimakasih pencerahanya pak….