Sobatku, menemukan kretivitas dalam kondisi yang serba sulit adalah impian setiap orang (Fredy Suni).
Kreativitas itu berawal dari rasa penasaran. Ketika saya merasa gelisah tentang sesuatu hal, saya mulai bertanya. Dalam pertanyaan, saya akan melibatkan kelima panca inderaku yakni; penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap.
Salah satu penulis favorit saya dari negeri Samba, Brazil ialah Paulo Ceolho. Di mata saya, Paulo Coelho adalah sosok penulis humanisme global yang mengangkat cerita keseharian yang sangat sederhana. Namun, dampaknya sangat menginspirasi milyaran orang di jagat ini, terutama untuk mencari dan menemukan dirinya sendiri di tengah pusaran kehidupan yang kian pelik ini.
Menemukan Jati Diri
Paulo Coelho telah membawa saya pada pertanyaan yang lebih lanjut tentang arah dasar kehidupanku yakni; untuk apa saya hidup? Apakah kehidupan hanya perkara keterlemparan saya dari rahim ibuku? Oh tentu saja tidak sobatku! Mengapa? Karena kehadiran saya memiliki tujuan yang pasti. Namun, untuk menemukan tujuan tersebut, saya pun harus membutuhkan jiwa keberanian untuk melangkah.
Diskursus atau konsep ini hampir semakna dengan quotes dalam novel perdana saya “TERJEBAK” yakni; “ keberanian untuk melangkah merupakan misteri ketakberhingaan dalam diri seorang perantau.”
Sobatku, “Muda Berkelana Tua Bercerita” adalah bagian dari representasi atau perwakilan spiritual saya dalam memaknai setiap peristiwa yang saya alami setiap hari. Apakah saya hanya sekadar memaknainya saja? Tidak juga! Karena saya juga punya jiwa “REFLEKTIF.”
Mengapa Saya Harus Memiliki Spirit Reflektif?
Karena saya takjub dan belajar dari kisah perjalanan Paulo Coelho. Ketakjuban saya itu terletak pada quotes,” So, I love you because the entire universe conspired to help me find you yang berarti;’ jadi, aku mencintaimu karena seluruh alam semesta berkonspirasi untuk membantuku menemukanmu.” (Alchemist).
Elaborasi dari qoutes Paulo Coelho dan quotes saya menyatu dalam dermaga ‘KESEIMBANGAN HIDUP.’
Apa itu keseimbangan hidup? Sobatku hidup tanpa spirit reflektif bagaikan makanan tanpa pemanis! Ya, rasanya hambar.
Sesibuk apa pun perjalananku setiap hari, saya tidak pernah melupakan “waktu yang berharga untuk diri saya sendiri.” Selain itu orang-orang yang berada di sekitar lingkunganku maupun semesta.
Semesta telah memberikan segalanya bagiku. Untuk itu, saya pun harus menjadi manusia yang berguna bukan manusia sukses! Memang, kita semua butuh kesuksesan. Tapi, apalah arti sukses tanpa merasakannya?
Kesuksesan Terbesarku Adalah Kehidupan
Kehidupan telah memberikan segalanya bagiku dan bagimu juga. Setiap hari saya merasakan cinta yang mengalir deras dari ‘SANG PENGADA.’
Sebagai ungkapan terima kasihku, saya hanya bersyukur kepada ‘SANG ARSITEK.’ Senada dengan ajaran dari tokoh humanisme global lainnya yakni; Zig Ziglar yakni; “ jika engkau kecewa dan mengeluh terhadap kekurangan yang ada pada dirimu sendiri, maka datanglah kepada Sang Arsitek yang telah merancang dan menciptamu.”
Sobatku, kecenderungan kita adalah mengeluh, ketimbang bersyukur. Akan tetapi, melalui kedua tokoh humanisme global yakni; Paulo Coelho dan Zig Ziglar saya semakin tahu akan kenikmatan hidup, ketika langkah kakiku selalu berada di dekat Sang Arsitek dan semesta.
Akhirnya, melalui hal-hal kecil yang saya alami setiap hari, saya semakin belajar untuk bersyukur atas kehidupan ini. Dan itulah rasa takjub saya yang tidak akan tergantikan dengan hal apa pun.
Sobatku, bagaimana dengan rasa takjub kamu?
Jakarta, 04 September 2021