“Tantangan menghadirkan buku yang cocok dengan kebutuhan masyarakat dewasa ini memang gampang-gampang sulit” Ujar Hikmat Kurnia, Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DKI Jakarta kepada peserta Editor perwakilan dari berbagai Penerbit di Hotel Orchardz, Mangga Dua, Jakarta Pusat. Selasa (23/11/2021).
Lebih lanjut, hikmat Kurnia menegaskan IKAPI DKI Jakarta sebagai pusat (sentral) dalam pembentukan ekosistem penerbitan yang menghadirkan kualitas bahan bacaan bagi setiap orang.
Ia juga menjelaskan pentingnya konsep kolaborasi setiap penerbit dengan lingkungan Pemda yang bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia yang visioner, integritas, dan profesional dalam berkarya.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi dari narasumber pertama yakni Andi Hendradi utusan dari Kompas.com. Ia menjelaskan tentang 3 kategori penerbit yakni;
- Penerbit Media Massa (Surat Kabar Kompas, Sindonews,dll)
- Penerbit Buku Cetak (Gramedia)
- Penerbit Multimedia (Video, Audio, Web, Game, dan Kompasiana)
Mata rantai ini memiliki kedudukan yang sangat penting dalam dunia penerbitan. Karena hubungan timbal balik ini mencerminkan bagaimana kekuatan penerbit di tengah persaingan penerbitan multimedia. Lalu, ia juga menjelaskan bagaimana prose penerbitan yang terdiri dari Penulis naskah, Administrasi, Penyunting, Tim Perwajahan atau pemanis naskah buku berupa ilustrator berupa foto, desain sampul tapi harus tetap original. Tujuannya untuk menghindari hak cipta karya orang lain.
Setelah Tim Perwajahan, ada Proof Reader, Tim Pemasaran dan berakhir di pembaca.
Di akhir materinya, ia kembali menegaskan setiap pemilik penerbitan dan timnya tidak perlu khawatir akan hilangnya dunia percetakan karena munculnya dunia digitalisasi. Karena kualitas buku masih berada di atas penerbitan multimedia sesuai dengan riset yang dikeluarkan oleh salah satu lembaga di Amerika Serikat. Terangnya.
Sambutan Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta
Di sela-sela diskusi, hadir pula Kepala Dinas Parekraf DKI Jakarta. Dalam sambutannya, ia kembali menegaskan pernyataan dari Gubernur DKI Jakarta terkait slogan “Jakarta Kota Kolaborasi.”
Ia menjelasakan kehidupan era digital mengajarkan sekaligus membuka mata setiap orang untuk ikut berkolaborasi dalam hal apa pun, sejauh mendukung literasi Indonesia, khususnya DKI Jakarta.
Di akhir sambutannya, iaa juga menghimbau kepada semua pemangku kepentingan dalam dunia penerbitan untuk tidak segan-segan bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Ekonomo Kreatif DKI Jakarta dalam bidang literasi. Pintu selalu terbuka bagi setiap
Kualitas Karya Lebih Penting dari Kuantitas
Acara pun berlanjut dengan materi dari Fadjriah Nurdiarsih (Editor Liputan6.com). Hal terpenting yang ditekankan oleh Fadjriah adalah menemukan angle dari sudut yang berbeda dalam penulisan karya. Tujuannya adalah menciptakan karya yang berkualitas. Kuantitas itu penting tapi lebih penting itu kualitas karya yang diterbitkan oleh penerbit tertentu. Ujarnya.
Dari Naskah Menjadi Buku
Narasumber yang ketiga adalah Tanudi (Direktur Penerbit Agromedia Pustaka). Dua hal yang ditekankan oleh Tanudi yakni; KREATIVITAS ADALAH KUNCI dan SILATURAHMI).
Ia menegaskan bahwa ide itu bisa datang dari mana saja, tergantung kepekaan setiap penulis. Selain itu, editor harus memiliki rasa memiliki. Rasa memiliki hanya bertumbuh dalam semangat SILATURAHMI. Ujarnya.
Mendapatkan Naskah
Mendapatkan naskah itu mudah. Tapi, tingkat kesulitan yang paling terasa adalah apakah naskah itu bisa diterima oleh masyarakat (pembaca) atau tidak? Karena karya yang kita tulis itu harus menjawabi kebutuhan pembaca. Bukan tentang apa kemauan kita! Terangnya.
Ia juga memberikan perbandingan mendapatkan naskah zaman dulu dan sekarang. Di mana dulu penerbit (Editor) biasanya menunggu email masuk dan mendiskusikan naskah yang sesuai selera penerbit.
Namun, sekarang situasi sudah berubah. di mana editor yang harus tampil sebagai penjemput naskah.
Strategi lainnya adalah sebelum naskah dicetak, editor harus mengecek ulang, termasuk sumber ilustrasi berupa gambar. Tujuannya untuk menghindari plagiarisme dan reputasi penerbit di mata publik. Terakhir, melibatkan pembaca merupakan bagian dari strategi editor juga.
Promosi dan Pemasaran Buku
Narasumber terakhir adalah Budi Ahyar T (Manajer Penjualan Agromedia Group). Dalam penjelasannya ia menekankan pentingnya bahasa komunikasi pemasaran di era digital.
Pemasaran digital bisa melalui Facebook, Instagram, WhatsApp, Tik-Tok, Web, Blog, Wattpad, dll.
Sementara penjualan offline bisa dilakukan melalui komunikasi interpersonal, dari pintu ke pintu, seminar, bedah buku, poster, dll. Cara untuk melakukan penjualan yang efektif adalah melihat basis penggunaan media sosial dari penulis itu sendiri. Terangnya.
Acara ini berakhir dengan pembagian doorprize, dan foto bersama sebagai dokumentasi dari Diklat Penerbit Tingkat Dasar.
Sekian dan terima kasih kepada Pak Thamrin Dahlan yang telah memberikan kesempatan bagi saya penulis muda untuk menambah pengalaman bersama editor-editor senior dari penerbit Mayor tanah air.
Salam YPTD