Seminggu berlalu kita hanya berkomunikasi via chat, dari pesan-pesan yang dirimu kirim tampak bahwa dirimu semakin membaik.
Dikarenakan kesibukan di sekolah anak-anak ujian dan dilanjutkan mengolah nilai dan rapor. Membuat kita jarang ketemu, ketemunya hanya via watsap. Namun do’aku selalu terkirim untukmu yang masih terbaring disana.
Tiga minggu berlalu… Diriku semakin sibuk dengan tugas-tugas kuliah dibarengi persiapan ujian akhir. Bertambah lama kita tidak bersua.
Hingga pada suatu hari suamimu mengabari kalau dirimu telah pulang. Ada satu kebahagiaan yang dirasa saat mendengar khabar itu. Terima kasih ya rabb…
Dua hari setelah kepulangan dirimu, suamimu mengabari kalau dirimu kembali di rawat karena tiba-tiba tidak sadarkan diri. Bergetar hebat dadaku disaat mendengar khabar itu.
Sorenya langsung diriku ke RS, melihat kondisi dirimu memang tidak bisa ku bendung lagi air mataku. Karena aku pakai masker maka tidak tampak air mataku jatuh.
Akhirnya dirimu sadar dan minta minum, berusaha kupanggil-panggil namamu antara sadar dan tidak dirimu terus mengigau tidak jelas. Karena jam besuk terbatas akhirnya aku pulang dengan perasaan yang tidak menentu.
Keesokan harinya aku dan beberapa orang teman pergi lagi ke Rumah Sakit membezuk dirimu. Sadar sebentar akhirnya dirimu mengigau tidak jelas lagi.
Kami menangis di luar ruangan tempatmu tidur. Akhirnya pak Satpam mengingatkan kalau jam bezuk sudah habis.
Kamipun pulang dengan perasaan yang tidak menentu. Hanya do’a terbaik yang bisa kami berikan. Semoga Allah beri kesembuhan untuk dirimu duhai orang baik yang telah ku anggap seperti adik kandung ku sendiri.
Bersambung…