Mulai Candulah Membaca Buku!

Terbaru33 Dilihat

Pernah memiliki impian yang kata orang tidak mungkin saya bisa mencapainya. Impian layaknya anak-anak dimasa kecil kepengen jadi apa dan mau buat apa. Banyak hal yang mempengaruhi seorang anak memiliki impian dan kemauan. Yang pertama bisa jadi dikarenakan tekanan dan yang kedua dikarenakan melihat sesuatu yang membuatnya kagum.

Dulu waktu kecil di rumahku tidak ada buku selain buku tulis aku dan saudara-saudaraku. Kalau mau membaca, ya bacaannya buku yang dipinjamkan oleh sekolah. Buku cetak setiap mata pelajaran dan itupun tidak semua buku dibawa pulang.

Pernah aku di kasih jajan seratus rupiah, 50 rupiah aku simpan dan 50 rupiah lagi aku gunakan untuk menyewa buku. Yaaa… 50 rupiah aku hanya bisa pinjam buku petruk. Puluhan buku petruk aku baca, setiap pulang sekolah aku sempatkan sebentar ke rumah tetanggaku hanya untuk meminjam buku petruk.

Hanya buku petruk yang paling murah sewanya. Buku-buku yang lain mulai dari 75 rupiah hingga lebih dari 100 rupiah. Dengan belanja hanya 100 rupiah diberikan oleh orangtua rasanya tidak mungkin aku habiskan hanya untuk meminjam buku. Karena aku ingim juga jajan seperti teman-temanku yang lainnya.

Karena setiap hari membaca buku petruk sampai-sampai aku hafal karakter-karakter yang ada dalam buku itu. Kalau diingat-ingat aku hanya bisa senyum-senyum sendiri. Betapa masa kecilku ada kejadian yang unik yaitu menyewa buku untuk dibaca.

Akhirnya disaat liburan ke Pekan Baru, aku melihat rak buku besar di rumah pamanku. Setiap selesai aku membantu pekerjaan rumah dan lainnya aku pasti duduk di meja dekat rak buku raksasa itu.

Aku mengenal majalah tempo, koran riau pos dan novel-novel berbahasa Inggris. Walaupun kadang tidak paham dengan apa yang aku baca, bagiku saat itu bahagia bisa memegang buku.

Disaat mau pulang ke kampung, majalah-majalah tempo yang edisinya telah berlalu aku minta kepada pamanku. Akhirnya beliau suruh para pembantunya memasukkan ke dalam karung besar dan akhirnya dibawa ke kampung sebagai oleh-oleh. Alangkah bahagianya aku.

Disitulah aku mengenal nama-nama mentri. Yang masih aku ingat adalah mentri agama bapak Tarmizi Taher, mentri pariwisata Jop Ave dan lain-lainnya. Sudah puluhan tahun yang lalu jadi tidak semua yang aku ingat.

Disaat melihat ada lemari buku di rumah orang. Maka saat itulah aku memiliki impian terbesar yaitu ingin memiliki pustaka pribadi yang isinya buku-buku mulai dari buku anak-anak, remaja dan dewasa. Disaat ada masalah jawabannya ada di pustaka pribadiku. Nah… itulah impianku puluhan tahun yang lalu.

Menjalani setiap kisah dalam hidupku. Perjalananku selalu ditemani oleh buku. Walaupun uang jajanku sedikit selalu aku sisihkan sedikit demi sedikit untuk membeli buku. Walau kadang cemohooahan kerap kali hadir. Namun semua sangat cepat ku tepis dengan cara tidak memperdulikan apa kata orang.

Semenjak tamat sekolah dasar aku sudah merantau. Di kamar kos ku selalu ada pustaka mini yang selalu aku rapikan dan aku hias seindah dan sesuka aku. Jadi disaat aku tidak bisa beli buku, aku sering mengulang-ulang membaca buku yang telah ku baca sebelumnya.

Saat ini walaupun aku belum memiliki pustaka pribadi yang ditempatkan di ruangan khusus. Namun di rak bukuku saat ini sudah bisa menampung hampir 1000 buku. Aku tidak akan biarkan buku-buku itu tersusun double. Jika sudah tidak ada tempat lagi berarti ada yang harus say goodbye ke buku-buku yang lain. Dan itu sudah lama sekali aku lakukan. Jika ada yang suka dengan buku dan mau membacanya aku akan senang hati memberikan buku-bukuku. Silahkan dipilih yang penting dibaca.

Tidak ada sedikutpun kekwatiran dalam hati disaat ratusan buku harus pergi dari raknya. Karena akan selalu ada buku lain yang menggantikan posisi buku itu. Semakin sering memberi maka rak buku itu akan selalu penuh. Padahal buku-bukunya sudah berkurang. Tetapi tetap saja full.

Itulah keajaiban dalam memberi. Disaat ikhlas dan membuat orang lain bahagia. Maka Allah sendiri yang akan berikan kebahagiaan dan kepuasan yang tak semua orang bisa merasakannya.

Jadi jangan takut memiliki impian. Karena impian terdengar seperti orang bermimpi. Tapi yakinlah Allah yang akan membuat mimpi itu menjadi kenyataan.

Impianku selanjutnya adalah ingin sekali anak-anakku keluargaku dan keluarga besarku, orang-orang yang pernah kenal denganku, anak-anak muridku beserta keluarga besar mereka semuanya hobbi membaca dan belajar. Alasannya bukan karena ingin mereka cerdas saja, tetapi lebih dari itu yaitu peradaban ini, kejayaan Islam akan benar-benar terwujud bila dimulai dari hal kecil dulu yaitu membaca buku.

Semoga impian terhebat itu dikabulkan-Nya. Walau nafas tak di badan lagi, namun semangat ini masih terpatri di hati para generasi penerus bangsa, negara dan agama kelak. Aamiin ya rabbal’alamiin.

 

 

Tinggalkan Balasan