Ilustrasi Foto by iStockphoto.
Idul Fitri baru saja usai dengan segala kesan indah yang tidak akan terlupakan. Idul Fitri juga sebagai tanda berakhirnya Bulan Ramadan, bulan yang penuh dengan keberkahan dari Allah.
Secara harfiah kata Idul Fitri sebenarnya berarti kembali berbuka setelah sebulan penuh berpuasa di siang hari di bulan Ramadan. Maka pada 1 Syawal itu dibolehkan untuk makan dan diharamkan berpuasa.
Selain itu Idul Fitri bisa juga berarti, kembali ke sifat bawaan kita sejak lahir, yaitu bersih dan suci, setelah sebulan penuh ditempa berbagai amalan ibadah Ramadan.
Rasulullah menerangkan hakikat Idul Fitri sebagai hari puncak kemenangan kaum muslimin, sesudah sebulan penuh berpuasa pada bulan Ramadan. Puncak kemenangan dari berperang melawan diri sendiri untuk mencapai pribadi muttaqien.
Saling memaafkan baik lahir maupun batin merupakan wujud nyata dalam menyucikan jiwa dan mebersihkan hati. Selama Ramadan itu kita sudah terus menerus selalu menjaga hati kita agar tetap bersih.
Jiwa yang suci adalah fitrah awal dari diri manusia. Pada saat manusia menyadari untuk kembali menuju fitrahnya maka dia akan selalu mengingat kepada Yang Maha Pencipta.
Mengingat Allah dengan berdzikir dan bertasbih adalah upaya untuk menjaga kebersihan hati. Tempaa selama Ramadan harus tetap bisa dipertahankan dengan baik semua amalan menjaga kebersihan hati.
Keutamaan berdzikir tertuang dalam Kitabullah yang menyebutkan : “Dan sebutlah Nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang. Dan di malam hari, bersujud dan bertasbihlah kepadaNya pada sebagian besar malam (QS Al-Insan 25-26).
Berdzikir intinya adalah mengingat Allah baik dilakukan dengan cara lisan maupun dengan cara qalbu atau dzikir dalam hati. Kedua cara tersebut sama baiknya jika dilakukan dengan penuh khusyu.
Pentingnya dzikir karena membawa dampak yang positif kepada jiwa kita. Allah berfirman dalam KitabNya : “Ingatlah hanya dengan mengingat Allah lah maka hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Rad 28).
Sebuh jaminan bahwa dengan berdzikir maka hati menjadi tenang dan tenteram. Bahkan Allah jauh lebih ingat kepada hambaNya ketika hamba tersebut mengingatNya.
Simak sebuah Hadis Qudsi berikut ini yang menyebutkan bahwa bagi Allah itu maka tergantung dari persangkaan hambaNya.
“Jika dia mengingatKu dalam berdzikir maka Aku akan menyebutnya dalam diriKu. Jika dia mengingatKu dalam sebuah majlis, maka Aku akan mengingatnya dalam majlis yang lebih baik dari mereka.” (Hadis Qudsi Riwayat Bukhari dan Muslim).
Selama Ramadan kita selalu dilatih untuk selalu berdzikir sepanjang waktu. Dzikir ini adalah ibadah yang juga terkait dengan puasa kita dimana ibadah puasa memiliki kedudukan khusus di hadapan Allah.
Puasa adalah ibadah yang berurusan langsung dengan Allah. Di sinilah fungsi dzikir sangat berperan untuk kita agar selalu mampu ibadah puasa terjaga dengan sempurna.
Sebulan menjalani puasa dengan amalan dzikir baik dalam keadaan sendiri maupun dalam sebuah jemaah, diharapkan menumbuhkan karakter kuat bagi keunggulan hamba Allah yang menjadi Muttaqien.
Karena itulah muara bagi orang-orang berpuasa yaitu pribadi yang muttaqien dengan kebersihan hati yang penuh dengan RidhoNya. Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang bertaqwa. Aamiin.
Salam @hensa.