Ilustrasi Foto by Pixabay
Dalam setiap kejadian yang menimpa kita, Tuhan tidak akan memberikan cobaan kecuali sesuai dengan kadar kemampuan kita.
BACA JUGA : Memahami Makna Sebuah Kemenangan
Keyakinan tentang hal tersebut dirasakan sangat penting terutama dalam menghadapi ujian pandemi yang sudah terjadi sejak awal tahun 2020 lalu.
Benar dan itu sudah jelas dan pasti. Kesulitannya adalah bagaimana kita menyikapi dengan baik cobaan tersebut.
Sementara setiap tahun terus berulang slogan tentang pergantian tahun hijriah yang selalu berkumandang di setiap momen.
Rangkaian diksi menjadi kalimat memikat namun hanya sekedar dikembalikan menjadi hanya sebuah slogan tanpa ada aksi nyata.
Mungkin sudah saatnya semua slogan keren itu harus dibuktikan menjadi sebuah aksi nyata bahwa hijriah adalah sebuah perubahan ke arah yang jauh lebih baik.
Kilas Balik Lahirnya Tahun Hijriah
Tahun Hijriah adalah kalender yang diakui sebagai salah satu dari empat kalender utama saat ini yang digunakan di seluruh dunia.
Keempatnya kalender tersebut adalah Miladi, Hijriah, China, dan Persia. Kalender Hijriah merupakan kalender resmi Kerajaan Arab Saudi.
Sebelum kalender Hijriah mulai digunakan, umat Islam menggunakan berbagai peristiwa penting dalam sejarah Muslim, misalnya peristiwa penyerbuan tentara Gajah menuju Ka’bah yang dikenal dan diabadikan dalam Al Quran dalam Surat Al-Fil.
Peristiwa itu adalah tahun kelahiran Nabi Muhammad dan sering disebut dengan Tahun Gajah.
Kemudian 17 tahun setelah Nabi melakukan hijrah dari Mecca ke Madinah dan pada tahun ketiga atau keempat dari suksesi Khalifa Umar ibn al-Khattab. Mulai;ah dikemukakan gagasan tentang kalender Islam.
Muculnya ide tersebut berawal dari keluhan Abu Musa al-Ash’ari, seorang pejabat di Basrah (Irak), tentang kurangnya tanggal yang konsisten pada setiap korespondensi yang dia terima.
Abu Musa al-Ash’ari mengirim surat kepada Khalifa Umar, memintanya mengembangkan cara baru untuk menghitung tanggal atau kalender dengan system Islam.
Khalifa Umar melakukan diskusi dengan para penasihat. Beberapa menyarankan bahwa tanggal kelahiran Nabi bisa digunakan untuk menandai awal kalender baru, sementara yang lain menyarankan tanggal wafat Nabi.
Namun, akhirnya mayoritas setuju bahwa kalender harus dimulai dengan tanggal ketika Nabi melakukan hijrah dari Mecca ke Madinah.
Khalifa Umar kemudian berkonsultasi dengan sahabat Nabi yang sangat dihormatinya, Utsman ibn Affan dan Ali bin Abi Thalib. Mereka menyetujui kesepakatan tersebut.
Maka segera Khalifa Umar mengumumkan bahwa tahun di mana Nabi Muhammad berhijrah akan menandai dimulainya kalender Hijriah.
Hijrah Nabi dari Mecca ke Madinah tersebut merupakan upaya menuju ke arah yang jauh lebih baik.
Kalender akan dimulai dengan bulan pertama bernama Muharram dan diakhiri dengan bulan Dzu Al Hijjah. Maka sudah resmi tahun 622 Masehi yaitu tahun dimana Nabi melakukan hijrah dari Mecca ke Madinah merupakan tahun pertama dalam penanggalan Hijiriah.
Berbeda dengan tahun Masehi yang berdasarkan pada pergerakkan Matahari maka tahun hijrah berdasarkan peredaran Bulan.
Tahun Hijriah terdiri dari 12 bulan. Seperti yang dikatakan Allah dalam Alquran di ayat (36) Surat al-Taubah:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan lawanlah kaum musyrikin itu secara total sebagaimana merekapun melawan kamu dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
Setiap bulan Hijriah dimulai pada awal siklus bulan baru. Jumlah hari dalam setiap bulan kalender Hijriah berbeda-beda sesuai dengan kemajuan bulan mengelilingi bumi.
Lamanya setiap bulan adalah 29 sampai 30 hari, kecuali bulan Dzulhijjah. Jumlah hari dalam bulan Dzulhijjah bervariasi berdasarkan siklus 30 tahun, artinya penanggalan Hijriah berfluktuasi sesuai dengan pergerakan jangka panjang bulan mengelilingi bumi.
Dengan berlakunya tahun hijrah ini maka tanggal aktivitas keagamaan tahunan yang diwajibkan oleh Allah bagi umat Islam, seperti haji dan puasa, ditandai dalam kalender Hijriah.
Makna Hijriah Ditengah Pandemi
Mari kita lupakan saja slogan yang hampa arti. Kita saat ini tengah menghadapi pandemic virus corona. Apa yang seharusnya kita lakukan menghadapi wabah ini.
Apakah makna hijriah bisa digunakan dalam menghadapi pandemic ini? Jawabannya tergantung dari masing-masing pribadi.
Namun demikian setiap orang saat ini tidak bisa menghindar dari kenyataan yang ada bahwa pandemic masih hadir ditengah-tengah kita.
Menghadapi kenyataan tersebut tidak ada cara lain kecuali dengan mengedepankan tanggung jawab baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga.
Ada fenomena baru yang harus disikapi dengan baik ketika pandemic ini harus diterima ditengah kita. Fenomena itu adalah cara hidup baru yang harus diterima dalam keseharian.
Cara hidup dengan kebiasaan baru itu adalah, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Begitu sederhana, tetapi dalam praktek di lapangan betapa sulitnya menerapkan kebiasaan baru tersebut.
Dalam setiap kejadian yang menimpa kita, Tuhan tidak akan memberikan cobaan kecuali sesuai dengan kadar kemampuan kita. Benar dan itu sudah jelas dan pasti. Kesulitannya adalah bagaimana kita menyikapi dengan baik cobaan tersebut.
Semoga semakin hari semakin membaik sikap kita menghadapi pandemic virus corona ini. Pengendalian pandemic ini harus efektif dilakukan yang dimulai dari diri kita sendiri sebagai wujud memahami makna sebuah hijrah.
Sumber Pustaka : Al Ain University (2018). How and Why did the Hijiri Calendar Begin? AAU.ac.ae (11/9/18). Abu Dabi. Uni Emirate Arab.
@hensa
Sindangpalay 24 Agustus 2021
1 komentar