Minggu pagi kesibukan dapur simbah putri semakin terasa ramai. Pagi yang membuat kami anak cucu ingin selalu menikmati kebersamaan di kampung. Aneka masakan dibuat untuk makan selama di perjalanan ke Bekasi dan Jakarta. Makanan yang akan disiapkan berupa nasi beserta lauk pauknya beserta kudapan untuk menemani perjalanan. Untuk lauk simbah putri merelakan ayamnya di potong oleh Joko, sibontot simbah. Sibontot dibantu Diaz anak pertama saya menyembelih ayam kampung.
Cerita seru meninggalkan kesan untuk anak cucu yang jarang menyaksikan proses memotong ayam. Keponakan yang tinggal di Bekasi histeris pada saat diminta memegang kaki dan sayap ayam untuk disembelih. Awal teriakan histerisnya adalah pada saat ayam dipotong, dia terkena cipratan darah. Ayam yang dia pegang langsung dilepaskan. Padahal urat leher ayam belum sempurna terpotong.
Cucu simbah yang lain tertawa menyaksikan kakaknya ketakutan. Mau tidak mau Diaz mengambil alih, membantu omnya menyembelih ayam. Proses penyembelihan sampai dengan membersihkan bulu ayam dikerjakan secara bersama-sama. Rasa syukur kembali terucap, manakala menyaksikan seluruh saudara sepupuan tersebut bercanda ria sambil bekerja.
Tidak jarang Lintang anak dari sibontot memainkan api ditungku hingga apinya mati. Jika sudah demikian maka Tiara kakak sepupunya akan mengomel. Lintang yang diomelin kakaknya bukannya takut namun malah membuat ulah sehingga membuat seisi dapur tertawa.
Ayam sudah siap dimasak, tugas om sama semua keponakannya selesai, digantikan dengan para perempuan untuk mengolahnya. Dapur kembali sepi, semua cucu simbah dibawa omnya ke ladang. Di ladang mereka becanda dan berlarian. Padahal tujuan utama omnya untuk membantunya menebang pohon pisang tanduk. Pisang tanduk yang sebagian besar sudah dimakan codot itu terlihat tua.
Pisang yang masih hijau hasil dari kebun langsung di potong persisir. Setiap keluarga mendapat bagian satu sisir pisang tanduk. Hasil kebun yang akan dibawa balik ke perantauan sangat beragam. Beberapa diantaranya adalah kacang tanah kupas, kacang tanah yang masih ada kulit, kacang tanah yang sudah digongseng menggunakan pasir, kacang tanah basah yang siap direbus. Tenyata yang berasal dari kacang tanah saja sudah memenuhi karung.
Hasil kebun berupa singkong yang sudah diubah bentuk menjadi opakpun tidak lupus dari sasaran untuk dibungkus. Opak yang terbuat dari singkong parut berbumbu mirip kecimpring. Proses pembuatan opak menurut mbah putri untuk membunuh rasa sepi setelah ditinggal almarhum mbah kakung.
Pembaca sekalian pasti tersenyum, pulang kampung untuk mengangkut hasil bumi. Sebenarnya alasannya kami tidak tega menolak pemberian simbah putri. Jadi apapun yang mbah berikan kami terima dengan senang hati. Mbah pasti akan menyiapkan segala bentuk oleh-oleh tersebut jauh sebelum kami sampai di kampung.
Mbah putri juga menyiapkan beras ketan dan aneka bumbu untuk membuat lemper. Makanan mbah yang sangat disukai anak cucunya karena rasanya berbeda dengan lemper di daerah tinggal kami. Pengolahan segala macam hidangan untuk bekal dalam perjalanan tersebut kami lakukan sendiri, tanpa melibatkan tetangga. Kebersamaan yang jarang kami dapatkan, walaupun sama-sama merantau. Tempat tinggal yang berbeda membuat kami jarang melakukan aktivitas bersama jika sudah kembali ke rantauan.