Lomba Menulis PGRI “Menulis Di Blog Jadi Buku”
Goresan Tinta Ke – 21 Ku
Oleh : Herni Sunarya Banah, S.Pd.
NPA : 12100200134
Assalamuallaikum Wr Wb
Hari minggu pagi ceria diikuti semilir angin menghembus dengan segar. Sesegar hati ini yang ingin menuangkan perasaannya pada goresan tinta hari ini. Saya awali aktivitas pagi ini dengan beres – beres rumah. Kegiatan rutin di hari minggu berbagi tugas dalam beres – beres rumah mulai dari sikecil sampai dengan anak saya yang paling besar. Sikecil memunguti sampah kering yang ada dilantai, dan sicantik saya menyapu dan mengepel lantai. Sedangkan saya mencuci piring, mencuci pakaian dan memasak dan suami saya merawat tanaman di depan rumah.
Setelah semua sudah selesai kami pun kumpul di ruang keluarga sikecil bermain dengan mainan mobilnya dengan remot kontrol dan sicantik saya sibuk dengan kuliah onlinenya. Saya dan suami ngobrol sambil memperhatikan kedua anak – anak kami. Sekarang kami tinggal berempat dirumah karena anak no 2 kami sudah berangkat belajar di pondok.
Ketika saya memperhatikan sikecil bermain, saya jadi berpikiran kenapa anak – anak sekarang mainanya tidak seperti dulu?. Sekarang serba digital, serba modern dan praktis tapi kebanyakan permainan sekarang kurang mendidik anak – anak.
Seperti salah satu contoh mainan mobil – mobilan pada gambar disebelah sistem mainan sudah menggunakan tenaga baterai untuk menggerakan mobil memang disini anak – anak sudah dikenalkan dengan penggunaan tenaga baterai untuk menggerakan mesin. Namun di satu sisi mainan ini terlalu praktis dengan membeli langsung bisa dimiliki. Selain itu juga mahal dan cepat pecah kalau anak nya tidak hati – hati. Selain mainan mobil – mobilan masih banyak lagi contoh mainan jaman now. Mereka juga kadang beraganggapnya mainan mudah dibeli dan diganti yang baru.
Muncul lagi sekarang ada kegemaran anak – anak yaitu menggunakan hp untuk bermain ( game fee fire), dan masih banyak permainan lainnya. Sebagai sarana untuk bermain permainan digital. Tambah tersingkirlah bagi mainan yang sudah lapuk bagaimana cara melestarikan mainan bagi anak – anak supaya bisa mengenal, menghargai dan bisa melindungi mainannya sendiri. Supaya ini terjadi mari! kita ajak anak – anak untuk mengenal permainan lama yang terlupakan. Berikut “Forgotten Old Toys in Memorian”.
Saya akan mengajak anak – anak Indonesia supaya mengenal tentang mainan lama yang hampir usang atau punah. Masa dulu begitu banyak mainan dan permainan tradisional yang mendidik. Baik mendidik prilaku, ide, pola pikir dan ketangkasan berikut sekilas tentang mainan dan permainan yang terlupakan :
Mungkin sebagian besar dari kita mengenal mainan yang ada dalam gambar. Ini adalah hasil kreatifitas anak bangsa dengan tanpa modal. Bahan pembuatannya dari bekas kulit jeruk bali dan bambu untuk menghubungkan mainan pada bagian – bagiannya.
Mulai dari penutup mobil, roda dan penyangga atap. Mainan mobil – mobilan dari kulit jeruk bali tidak harus menggunakan lem. Mainan ini sangat mudah dan murah untuk dibuat dan dimiliki. Apabila anak kita membuat sendiri ini sudah belajar mengasah otak untuk menciftakan karya inovatif.
Nah bagaimana dengan ini masih adakah yang ingat dengan permainan ini?. Saya rasa sebagian besar dari kita mengenal dan mengetahui permainan apa ini?.
Permainan ini termasuk permainan tradisional dari Indonesia. Permainan ini menggunakan lapangan berbentuk segi empat berpetak. Permainan ini dimainkan oleh dua kelompak. Kelompok penjaga dan kelompok kedua adalah kelompok yang mau masuk.
Pada setiap petak akan dijaga oleh pihak penjaga Setiap kelompok yang mau masuk harus melewati garis petak, tapi apa bila menyentuh penjaga maka permainanpun berhenti dan digantikan oleh kelompok penjaga. Tujuannya dibuat permainan gobak sodor yaitu menciftakan kerjasama tim, melatih ketangkasan dan kecerdasan.
Nah kalau permainan ini terbuat dari kayu atau bambu. Teknik memainkannya menggunakan benang yang sudah dipintal. Langkah pertama gasing dililit dengan benang sehabisnya. Setelah itu gasing dilempatkan ke tanah dan langsung berputar.
Apabila salah satu gasing mengenai milik temannya dan gasing itu tidak berputar lagi maka gasing tersebut dikatakan kalah.
Kalau yang satu ini namanya permainan egrang. Yaitu sebuah permainan dengan menggunakan dua bilah bambu dimana dimasing – masing bambu ada bagian untuk berpijak kedua kaki.
Cara memainkannya gampang seseorang menaiki egrang dengan memegang bagian atas bambu dan kaki berpijak pada bambu bagian bawah tempat berpijak. Setelah mendapatkan keseimbangan tinggal berjalan. Tujuan dari permainan egrang selain sebagai permainan yang menyenangkan juga memiliki tujuan untuk meningkatkan ketangkasan pada tubuh.
Itulah sebagian besar mainan dan permainan tradisional Indonesia yang hampir punah dan terlupakan. Maka dari itu kenalkan mainan dan permainan kepada anak – anak kita yang merupakan generasi penerus yang bisa menjaga kelestarian adat dan budaya Bangsa Indonesia supaya tetap utuh, asli dan kokoh tertanam pada diri Bangsa Indonesia.
Itulah goresan tinta ke – 21 tetaplah melestarikan adat dan budaya Bangsa Indonesia agar kelak menciftakan generasi mudah yang kuat, semangat dan beradat budaya. I Love Indonesai.
Seuntai Kalimat Indah :“Lestarikan Adat dan Budaya Bangsa Sebagai Bekal Anak Bangsa Kelak”
Budaya adalah buah usaha budinya rakyat, melestarikannya adalah tanggungjawab kita bersama.
Artikel yang berisi dan bermanfaat Bu Herni…lanjut berkarya. Salam Literasi
Matursuwun Pak salam literasi dan tetap semangat
Jd teringat ms anak2 dulu. Wajib dilestarikan, misalnya dengan mengikuti acara 17 agustusan. Menginspirasi sekali. Good job, lanjutkan!
Masya Allah Bunda Herni, saya jd pengen main gobak sodor di bawah purnama bersama kawan2 di halaman. Itu 40 th lalu, sekarang tak ada lagi anak2 bermain di halaman.
betul ayo kita kenalkan paling tidak ke anak – anak kita dan matursuwun komentarnya