Jadi Ibu Sekaligus Sahabat

Delapan

Jadi Ibu Sekaligus Sahabat

Dua puluh tiga tahun sudah saya mengarungi bahtera rumah tangga. Hampir memasuki masa pernikahan perak. Alhamdulillah saya sudah mendapatkan keturunan tiga. Dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Anak pertama saya bernama Cahya Embun Saka Wulan. Namanya memiliki makna yang luar biasa bagus. Cahya Embun Saka Wulan memiliki maksu yaitu sebuah butiran embun yang terkena cahaya rembulan hingga memancarkan cahaya terang.

Anak pertama saya lahir pada tanggal yang cantik sesuai dengan parasnya yang cantik, tepatnya tanggal 22-2-2000. Caca(nama panggilannya) meskipun perempuan akan tetapi sedikit tomboy. Dia suka memanjat pohon saat di TK dan bermain kelereng. Sebagian besar teman bermainnya adalah laki-laki.

Caca terkadang kalau sudah punya teman satu, kemanapun temannya pergi mesti ikut pergi. Caca memiliki sifat sedikit egois dan judes oleh sebab itu dia memiliki banyak teman. Caca mengenyak sekolah dasar di SD Negeri 2 Wangon. Setelah lulus SD Caca langsung mengikuti pembelajaran di Pondok Al-Azhary Ajibarang Banyumas.

Caca melaksanakan pembelajaran di Pondok selama tiga tahun. Setelah menyelesaian pembelejaran di Pondok Caca melanjutkan di SMA Negeri Wangon. Sebenarnya saya ingin Caca melanjutkan SMP nya di Wangon. Akan tetapi karena kesehatan akhirnya Caca melanjutkannya di SMA Negeri Wangon.

Sedikit saya akan cerita back ground kesehatan Caca. Selama di Pondok Caca makannya tidak teratur, Selain mendapatkan makanan dengan lauk pauk seadanya, dia sering mengkonsumsi mie instant tanpa dimasak. Dan akhirnya Caca terkena kelenjar getah bening (benjolan pada leher). Saat itu dokter mengharuskan Caca untuk dioperasi. Akan tetapi kami tidak menginginkan untuk dioperasi. Masalahnya posisi kelenjar berada dileher.

Akhirnya kami berdua memutuskan mengobati Caca dengan cara terapi pengobatan herbal. Alhamdulillah setelah enam bulan benjolan di leher Caca menghilang. Itulah mengapa kami menyekolahkan Caca di SMA Negeri Wangon. Selain karena kesehatan juga biar lebih konsentrasinya kami dalam mengurus kesehatan Caca.

Anak Kedua saya bernama Muhammad Sun Daeng Bahrudin, Sama seperti Caca nama Daeng (nama panggilan) memiliki makna keturunan nabi Muhammad SAW, suku sunda (Sunarya) dan suku sulawesi (Daeng). Sedangkan Bahrudin memiliki makna sebagai cucu keturunan Bahrudin. Daeng memiliki kegemaran dalam bidang olah raga yaitu bola volley.

Untuk pendidikan sama dengan Caca setelah SD Daeng memutuskan untuk mondok di Pondok Pesantren Modern Zam-zam. Keinginan masuk pondok adalah cita-citanya sejak di sekolah dasar. Alhamdulillah sekarang sudah kelas X. Sempet hatinya goyah ketika dia ditarik untuk bergabung dengan tim volley Jakarta. Akan tetapi saya sendiri yang tidak tega membiarkan anak tinggal jauh pada usia 13 tahun.

Akhirnya bakat untuk mengembangkan volleynya tertunda. Namun hal itu tidak menjadikan penghenti hobinya terhadap volley. Dipondokpun masih bisa mengembangkannya meski hanya sekedar pengisi kekosongan waktu. Alhamdulillah di pondok masih bisa meraih juara 1 tingkat sekolahan.

Anak ketiga Bernama  Muhammad Dipa Citra Wijawa. Nama ini terbentuk karena ada kolaborasi antara dua eyang buyut kami. Yaitu eyang buyut citra dari keluarga suami dan eyang buyut wijaya dari keluarga saya sendiri. Anak ketiga saya memiliki nama panggilan Dipa. Sekarang berusia tujuh tahun dan baru menginjak SD kelas satu.

Waktu cepat berlalu kini anak-anak kami mulai beranjak remaja. Saat inilah seorang ibu harus memiliki peran tidak hanya sebagai seorang ibu akan tetapi harus menjadi sahabat bagi mereka. Anak-anak kita ketika sudah memasuki masa remaja banyak sekali pembelajaran yang harus mereka terima. Terutama pada usia remaja mereka akan mulai mengenal rasa tertarik terhadap lain jenis kelamin.

Masa-masa pubernya yang harus kita dampingi hingga mereka benar-benar memahaminya. Sebagai contoh anak saya yang nomer dua sudah mulai ada ketertarikan pada anak perumpuan. Dia memiliki teman dekat seorang perempuan. Ketika lihat what app dia tersenyum simpu. Lalu saya tanya kamu lagi naksir seseorang yaa? Dia menjawab sambil merasa malu. “Ah, bunda apa sih? sok tahu.”

Kemudian anak perempuan saya yang pertama juga sama sedang ada pada masa ketertarikan dengan seseorang. Ketika ada lelaki yang mau mengajaknya kencan. Langsung bilang sama lelaki tersebut “kalau suka sama saya ke rumah saja dan ketemu dengan kedua orang tua saya.” Saya tertawa dalam batin kok tegas banget anak saya.

Anak saya yang pertama ini selalu terbuka masalah lelaki yang menyukainya, kegiatan sehari-harinya bahkan apa yang akan dikerjakannya. Sedangkan anak yang kedua agak sedikit pemalu kalau untuk terbuka terhadap ibunya.  Namun saya selalu memancingnya dengan canda gurau.

Hingga tidak berkesan keras jika kita melarangnya untuk tidak berpacaran dulu. Dan pada akhirnya dia bisa memahami dan membedakan mana yang baik juga mana yang tidak. Jadi peran ibu tidak cukup sebagai pendidik dan koki saja akan tetapi kita juga harus bisa menjadi sahabat bagi mereka.

 

 

Tinggalkan Balasan