Yuk! Mengenal Angkringan

Edukasi, Gaya Hidup25 Dilihat

Suasana malam ini begitu cerah ceria secerah hati ini yang ingin mencurahkan sedikit ide-idenya. Terkadang keinginan untuk membuat suatu tulisan di tempat ini muncul rasa malu karena masih pemula dan masih harus berlajar tentang penggunaan kata yang benar sesuai dengan EYD.

Namun saya hempas perasaan itu demi keinginan untuk membuat suatu tulisan. Kalau tidak sekarang untuk mencoba sesuatu kapan lagi. Janganlah buang kesempatan dengan sia-sia. Akhirnya saya lanjutkan untuk membuat sebuah tulisan. Yang terpikirkan dibenak saya saat ini yaitu tentang gambar dibawah ini.

Pedagang Legowo Pegawai Setwan Dilarang Nongkrong di Angkringan - Halaman 2Mungkin kita bisa melihat  foto disamping  dan juga sudah tidak asing bagi kita terutama di negeri ini. Ini adalah sebuah potret kehidupan nyata Rakyat Indonesia. Pada saat ini di masa pandemik  kita sebagai warga negara Indonesia merasakan dampak covid 19 terhadap kehidupan nyata Rakyat Indonesia.

Salah satunya banyak sekali  pabrik atau perusahaan secara tiba-tiba dihentikan sementara dengan tujuan mengurangi penyebaran covid 19. Kegiatan Eksport dan Import pun dihentikan. Hal ini berimbas pada kehidupan karyawan dimana sebagian dari mereka telah di PHK atau dirumahkan dan entah kapan akan kembali bekerja.

Banyaknya karyawan yang dirumahkan mengakibatkan mereka harus berpikir kritis bagaimana cara mengidupi kehidupannya di era pandemik ini. Sebagian besar dari mereka mencoba membuat atau menciftakan  UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) salah satunya membuka usaha kecil-kecilan yaitu angkringan.

Potret kehidupan diatas merupakan unit usaha kecil yang kita kenal dengan angkringan.  Hanya dengan bermodalkan gerobak makanan kecil seperti mendoan atau kita kenal dengan tempe goreng, wedang jahe, sate usus dan rempela ati, lontong. Bahkan menyediakan kopi dan rokok. Makanannya  yang sehat dengan biaya yang terjangkau. Cukup mengeluarkan dana sebesar 5000 rupiah kita bisa menikmati nasi uduk dan lauk sederhana berupa tongkol bumbu merah.

Yang berburu angkringan banyak sekali mulai dari ekonomi menengah sampai kalangan atas. Mereka tak memikirkan apa dan siapa namun yang penting makanan masih khas Indoneaia, terjangkau dan sehat.  Namun lagi-lagi kena imbas dari covid 19 beberapa hari atau bulan yang lalu beberapa daerah melaksanakan pembatasan sosial mulai dari PSBB (Pembatasan Sosial Bersakala besar). PKM (Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Ditambah sekarang yang namanya pembatasan tingkat RW.

Dalam sekejap angkringan hampir tenggelam. Kenapa demikian? jawabannya karena kegiatan mereka dibatasi. Para pedagang angkringan harus tutup pada pukul 19.00. Coba kita bayangkan mereka mulai mencari nafkah pukul 17.00 dan harus tutup pukul 19.00. Mereka hanya bisa menjajakan jualannya hanya dalam waktu 2 jam. Bisa kita lihat berapa rupiah yang bisa mereka kumpulkan dalam kurun waktu 2 jam. Yang ada hanya omset mereka menjadi menurun.

Mereka harus berputar pikiran mencari jalan keluar. Namun sebagian besar dari mereka memilih untuk menghentikan angkringannya. Melihat kondisi seperti itu akhirnya Pemerintah Daerah menghentikan PKM. Dan ini membuat para pedagang angkringan tersenyum kembali.

 

Seutai Kalimat Indah :“Tingkatkan Semangat Kreativitas Untuk Mempertahankan Hidup”

 

Tinggalkan Balasan

6 komentar

  1. Alhamdulillah kalau pedagang angkringan bisa berjualan kembali. Di Malioboro ya banyak angkringan. Tapi, di Cimahi Bandung saya pernah diajak makan ke angkringan, wahhh sate babatnya enaaaak sekali. Itulah babat terenak yang pernah saya makan hingga kini. Nice post, Bu.

    1. Matursuwun komentarnya Mba Dita memang angkringan selain harga terjangkau juga makanannya enak dan sehat. Saya masih harus banyak belajar tentang menulis Mba mohon bimbingannya.