Hilang

Terbaru31 Dilihat

 

Hujan tak kunjung reda, tetesan nya berebut untuk jatuh dari langit. Mereka tak merasa susah atau sedih karenanya. Mereka tampak bahagia ketika akhirnya sampai di atas tanah atau apapun yang mereka temui di sana. Tetesan itu menari dengan indah dari langit.

Aku tersadar dari lamunan ku..

Iya..

Aku tersadar ketika bulir air itu membasahi kerudungku..

Ku tatap langit masih kelabu bahkan menghitam..dan tetesan air itu kian ramai berjatuhan.

Aku berdiri di persimpangan jalan. Aku tak tau tempat apa ini. Aku menoleh ke belakang, tampak jalan lurus tak berkelok. Dan aku sekarang berdiri di ujung nya, dihadapan ku ada dua jalan. Kanan dan kiri.

Aku harus kemana setelah ini.

“Duarrrr!” Teriakan petir menggelegar di langit, mengejutkan ku. Aku segera berlari, aku mencari tempat berlindung. Aku sampai tak perduli ke arah mana aku berlari tadi.

Di sisi kanan ku tampak kebun bunga yang amat indah. Beragam warna bunga di sana. Aku hanya sekilas saja melihatnya, karena aku terus berlari..mencari tempat berlindung. Gemuruh petir kian menari diatas kepalaku.

Di sisi kiri ku ada tembok batu tinggi yang sangat kokoh, aku berlari ke arah sisi tembok itu. Meski tak ber atap, setidaknya aku merasa aman,,,,sementara.

Aku masih terus berlari..meski tak sekencang tadi. Nafas ku terengah-engah. Langkah ku mulai pelan. Aku berhenti melangkah,,,aku lelah. Aku bersandar di tembok itu.

Mataku terpaku di hamparan taman bunga  indah di depanku, yang ku lewati saja tadi. Sambil tersengal dan mengatur nafas ku, bibirku tak berhenti mengucap “Subhanallah”, betapa indah nya hamparan bunga tak berujung itu bak permadani.

Air langit tak sederas tadi dan gemuruh langit..kian mereda..nafas ku pun sudah mulai tenang. Lalu aku melangkah pelan, masih sambil bersandar di tepi tembok kokoh itu..

D hadapan ku, ada tangga..

Iya..tangga yang amat sangat tinggi menjulang ke langit. Ku tengok di sisiNya tanpa pengangga. Tangga ke mana itu..?

Harus kah aku naik ke sana, atau kah aku membalikkan badanku dan kembali ke arah yang tadi aku datang. Lama aku berdiri di depan tangga itu, sambil melihat betapa banyak anak tangga ke arah langit itu.

Lalu aku menoleh ke belakang,, sangat panjang sekali jalan yang telah ku lalui tadi, tampak lurus, berkelok dan bergelombang jalan yang ku lalui tadi.

Bismillah,, ucapku pelan..

Ku pijakkan kaki ku di anak tangga pertama, perlahan tapi pasti..terus dan terus aku melangkah naik..

Angin sesekali berhembus pelan, sesekali juga kencang.. Tapi langkah ku tak mereda atau pun terhenti.. Aku terus melangkah naik..

Tak ada rasa takut jatuh ataupun betapa tinggi nya tangga itu..karena aku yakin.. Allah selalu menjaga ku ditiap anak tangga yang telah ku lalui..

Aku terhenti sejenak..karena ku dengar suara seseorang memanggilku…

“Intan”… Lembutnya panggilan itu. Suara itu sudah lama tak ku dengar.. Ku lihat sosok itu di atas sana..

Papa.. Iya.. Papa..

Almarhum papaku yang telah dijemput sangat indah oleh Rabb ku 4 tahun lalu..

Air mataku berderai kencang.. Lelaki hebat yang amat kucintai dan kurindukan..

“Papa” Ucapku pelan.. Segera aku percepat langkah ku menaiki tangga.. Aku tak perduli jatuh atau terhempas ke tanah.. Aku hanya ingin segera memeluk papa.. Aku merindukannya..

Papa hanya tersenyum menatapku dari atas..

Kabut putih menyelimuti tubuhnya yang memakai baju koko berwarna hijau muda dan berpeci putih..

“Rabb, ku mohon, jangan biarkan kabut itu membawa papaku, aku mohon”,, teriakku dalam hati masih sambil berurai air mata..

 

“Bunda” Bisik lembut di telingaku. Aku terbangun,, hhhh… Aku bermimpi… Iya.. Aku bermimpi. Aku menoleh, Annora, bidadari mungilku membangunkan tidurku..

“Iya sayang” Jawabku. “Bunda, sudah setengah dua, bunda ga tahajjud ?” Ujar annora.. Aku usap wajahku.. Dan tersenyum.. “Iya sayang, ayo annora wudhu dulu, nanti bunda menyusul” Kata ku lembut. Annora mengangguk, lalu beranjak.

Sekilas aku masih teringat senyum itu..senyum papa ku..

Tak kan pernah hilang..

Dan aku..mungkin akan segera menghilang..

 

Kapan aku hilang.. Tak lama lagi..

Tinggalkan Balasan