“bunda, bunda tadi ada angin puting beliung loh, kenceng banget. Annora sama temen temen annora tadi berhenti dulu jalannya. Nunggu anginnya lewat.. Untung tadi ada mama nya Zyan yang nemenin. Jadi kita semua ga takut” Celoteh annora saat pulang sekolah tadi. Aku tak begitu hiraukan celoteh nya. Pikirku, yang namanya angin di tempat kami sudahlah biasa.
Ku pikir hanya sekedar lewat saja.
Annora segera ku ajak masuk dan mandi. Karena aku masih mengajar beberapa muridku siang ini.
Ku dengar, notif WA ku berbunyi. HP ku ada di teras depan, dekat anak anak yang sedang les. Ku biarkan saja dulu HP ku, karena ku kupikir, itu pasti pemberitahuan grup.
Setelah annora segar setelah mandi, aku segera mengajar kembali.
Kemudian aku ingat, bahwa tadi HP ku berbunyi. Lalu kubuka. Hmm.. Aa Zidan mengirimkan beberapa foto padaku.
Aku langsung lemas. Melihat foto itu.
“Sayang, kebun Aa kena angin. Padahal sebentar lagi panen” tulisan di bawah foto itu.
Iya, atap plastik dan beberapa bambu berserakan dan patah terkena angin puting beliung yang di ceritakan annora.
“ya Allah Aa, yang sabar yah.. Allah lagi sayang. Jangan galau yah.. Nanti setelah mengajar aku lihat kebun Aa.. Boleh?“balasku sambil memberi motivasi padanya.
Dia mengirim emoticon sedih. Aku balas memberi emoticon tersenyum dan semangat.
Tak sabar aku ingin segera melihat kebun nya. Lepas Ashar, aku segera siap siap melihat kebun Aa Zidan.
Dia kebetulan sedang istirahat, lalu kami berdua berjalan menuju kebun nya.
Aku tak bisa berkata apa apa saat melihat pemandangan yang bisa dibilang amat mengerikan itu. Atap nya yang hampir separuh roboh. Tiang kayu yang patah dan menjulang tinggi. Atap plastik yang tergulung dan robek hingga separuh. Dan bunga bunga yang tinggal menunggu beberapa hari ini akan di panen sudah tak berbentuk.
Aku menghela nafas dalam. Aa Zidan merasakan kegelisahan ku. Dia memegang jemariku dengan lembut.
“InsyaAllah besok di perbaiki kok sayang, bunga bunga nya juga insyaallah besok sudah aman. Asalkan, sayang jangan nangis. Nanti kalau sayang nangis, bunga bunga nya malah ga bisa di selamatkan. Karena pasti rusak kena hujan. Kan atap nya rusak…jangan nangis yah sayang” Ucap nya lembut padaku, sambil meyakinkan aku.. Bahwa semua akan baik baik saja.
Aku tersenyum..harusnya aku yang memotivasi dia. Cita cita dia, dia ingin segera panen, setelah itu dia ingin segera menghalalkan ku. Untuk menjadi pendampingnya.
“Aa jangan galau yah, dibalik musibah kan ada banyak hikmah” Ujarku pelan. Dia tersenyum.. “ngga lah, Aa ga galau kok, kan ada sayang yang selalu buat Aa semangat” Lanjutnya. Aku tersenyum manja padanya.
Di tempat kami, memang rawan angin kencang. Sekali datang, bila besar sekali angin nya, jangan kan kebun bunga.. Apapun yang ada di hadapan nya bisa hancur.
Yang paling ditakutkan para petani bunga adalah angin. Hal ini bisa menyebabkan, gagal panen. Bukan hanya gagal panen, tapi efek hancurnya kebun yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit saat renovasi.
Selain angin, hal kecil para petani bunga adalah pencurian lampu di kebun. Karena pada saat usia penanaman bibit, lampu akan dinyalakan terang benderang selama beberapa waktu.
Ada saja pencuri usil yang mengambil lampu para petani, tanpa memikirkan resiko kematian akibat kesetrum saat mengambilnya.
Ku pandangi langit diatas kebun Aa Zidan. Aku memohon pada Allah, agar cukup ini saja ujian dia untuk niat baiknya padaku.
Aa Zidan memanggilku, memberi isyarat untuk segera pulang. Karena senja sudah hampir hilang.
“tenang sayang, besok juga udah bagus lagi kebunnya Aa, angin tadi cuma menyapa Aa, sebesar apa niat Aa untuk segera menghalalkan sayang, maju atau mundur, baru di kasih segini kok galau..hhehe” Ucap Aa Zidan sambil tersenyum padaku.
Aku tersipu malu mendengar ucapannya.
Cianjur,
10 Agustus 2022
~ raaina darwis ~