Seorang Ibu, sebut saja nyonya A, umur 40 tahun dengan air mata mengalir di pipinya, mengeluh jantung berdebar dan tidak dapat tidur dalam bebrapa hari ini. Tidak pernah sebelumya, Ibu yang sudah saya kenal dengan baik ini berkonsultasi dengan saya seperti ini.
“Ada apa sebetulnya Bu?’ Tanya saya, saya percaya Ada sesuatu yang dialami Ibu ini yang menjadi beban berat baginya.”
” Suami saya masuk rumah sakit dokter, sekarang masih dirawat di ruang ICU. Menurut dokter yang merawat, suami saya mengalami serangan jantung”, jawabnya.
“Oh ya, Bu, selama ini saya lihat Bapak sehat-sehat saja, kok bisa Bu?” Tanya saya lagi.
“Ngak tahu dokter, kebetulan sebelumnya anak kami ditahan karena menggunakan narkoba”, sambung Ibu itu lagi
“Sebelum masuk rumah sakit suami saya sering marah-marah, tidak bisa tidur, kemudian tiba-tiba mengeluh sakit dada, dan sesak nafas dokter, apa itu dapat karena stress dokter? Apa stress dapat menyebabkan serangan jantung dokter?’, tanya pasien.“
“Ya, bisa saja Bu, stress memang dapat memacu serangan jantung, terutama pada mereka yang sebelumnya sudah mempunyai dasar penyakit jantung, atau mereka yang sudah mempunyai faktor risiko sakit jantung. Dan, episode stress yang berat seperti kematian orang yang dicintai, perceraian, kekecewaan yang berat, kehilangan sesuatu yang sangat berharga, bencana yang berat dapat menyebabkan kematian mendadak akibat serangan jantung, walaupun tidak ada penyakit dasar jantung sebelumnya”, saya mencoba menjelaskan..
“Saya takut juga dokter, jangan-jangan saya nanti juga mengalaminya,saya juga stress dokter”, lanjut Ibu itu. “
“Mudah-mudahan tidak Bu, tapi semua tergantung Ibu sendiri, reaksi Ibu terhadap terhadap stress itu. “Ada orang yang menghadapi masalah lebih berat dari Ibu, ada yang kehilangan suaminya, anak yang dicintainya, penyakit yang berat, kehilangan harta dan sebagainya”, sambung saya
Sekarang, stress itu adalah bagian dari kehidupan, kita tidak mungkin menolak atau menghindarinya. Kita tidak mungkin lari dari kemacetan di jalan, harga-harga yang naik, teror bom, tagihan air, listrik yang melonjak, target dan tantangan kerja yangsemakin berat, masalah rumah tangga yang semakin komplit, biaya pendidikan anak yang semakin besar, pengangguran, bahkan televisi sebagai sarana hiburan yang murah di rumah sekarang kalau tidak hati-hati menyikapinya dapat merupakan sumber stress.
Terpengaruh atau tidaknya jantung Anda akibat stress, tergantung pada jenis stress yang Anda hadapi, dan yang paling penting adalah sikap dan reaksi, respon Anda menghadapi stress itu.
Sesekali kalau jantung Anda berdebar, nafas sesak, denyut nadi meningkat cepat dalam menghadapi stress sebenarnya tidak masalah, itu adalah bagian dari mekanisme tubuh untuk mempertahankan dirinya. Bila di belakang rumah, kebetulan Anda secara tiba-tiba kepergok seekor ular cobra, Anda berteriak keras, jantung anda berdebar, nafas Anda sesak, peluh dingin Anda mengucur, kemudian Anda siap-siap mau lari atau Anda pergi mengambil balok kayu dan bertarung dengan ular itu adalah normal. Itu adalah reaksi tubuh menghadapi sesuatu yang dianngap mengancam. Sesekali Anda marah boleh saja, kadang-kadang itu perlu. Sesekali Anda takut, normal juga. Tapi, stress kronis, berkepanjangan yang Anda hadapi secara negatif dapat menjadi malapetaka bagi jantung Anda.
Stress kronis, berkelanjutan akan menyebabkan peningkatan hormon, apa yang dinamakan hormon stress, epinefrin, nor epinefrin dan kortisol dalam darah Anda. Peningkatan hormon-hormon ini akan merangsang aktifasi syaraf simpatik, yang membuat jantung Anda berdetak cepat, sesak nafas, berkeringat banyak, mual, sakit kepala dan lain-lain.
Stress kronis, dan bagaimana reaksi,respon Anda menghadapinya, dapat secara langsung mempengaruhi pembuluh darah Anda. Bahkan stress normal yang Anda hadapi dalam kehidupan sehari-hari, melalui perubahan hormonal dan peningkatan hormon stress dalam aliran darah Anda dapat memperburuk fungsi pembulah darah Anda, seperti peradangan, injuri yang memacu terjadinya aterosklerosis pada pembuluh darah koroner jantung Anda. Disamping itu, stress juga dapat memperburuk faktor risiko jantung lain, seperti obesitas, hipertensi, merokok, konsumsi alkohol, peningkatan kolesterol, sedentary life, pengumpalan darah, dan bahkan memacu “sudden cardiac death”- kematian mendadak karena jantung.
Tapi, stress sebenarnya adalah bagian dari kehidupan itu, Anda tidak mungkin meghindari atau lari darinya. Buruk, atau tidaknya pengaruh stress terhadap jantung Anda, tergantung reaksi, respon Anda menyikapinya. Bila Anda dapat mengelolanya dengan cara yang positif, InsyaAllah Anda akan terhindar dari salah satu faktor risiko penyakit jantung mematikan yang dapat membunuh Anda.
Waspadalah jangan mudah marah, mudah tersinggung. itulah gejala stress. Ya Dokter Irsyal
salam literasi
YPTD