SELAMAT JALAN UDA DIAN

Terbaru22 Dilihat

Awal tahun di rumah saja tanpa pergi ke mana-mana. Sore hari, merenung refleksi diri apa yang telah dicapai serta apa yang belum tercapai tahun lalu. Mengawali refleksi, mengenang peristiwa yang baru-baru ini terjadi. Di akhir tahun harus kehilangan beberapa orang dekat. Ada sahabat dan dan tetangga dekat yang harus berpulang menghadap-Nya. Sangat mengagetkan karena tak terdengar keluhan sakitnya. Beberapa hari sebelum berpulang sempat ke rumah dan mengobrol cukup lama. Diantar ke rumah sakit terkait keluhan sakitnya, belum sampai satu jam telah memenuhi panggilan-Nya.

Sepekan kemudian ada saudara dekat juga menghadap-Nya. Bulik yang tinggal di Jakarta Timur tempat jujugan keluarga (jika ada acara di Jakarta) sebelum anak-anak punya tempat tinggal. Beliau sakit juga tak lama. Lima hari dirawat di rumah sakit untuk kemudian memenuhi panggilan-Nya. Sebenarnya sudah menjadi ketentuan-Nya: kapan kita datang dan kapan kita berpulang. Namun, rasa kehilangan yang besar atas kepergiannya, merenung, memikirkan kepergian yang begitu tiba-tiba. Tak ada tanda-tanda bahwa beliau akan cepat meninggalkan kita.

Sore ini, ya sore ini atau baru saja ada pula berita cukup mengagetkan. Salah satu penulis yang banyak membantu penulis lain di YPTD juga berpulang. Nama aslinya, Nadzif Hasjmi yang juga dikenal dengan nama pena “Dian Kelana”. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Semoga almarhum husnul khatimah, diampuni segala khilaf, diterima amal baiknya serta mendapat jannah terindah-Nya.

Baru kutahu pukul 16.11. Langsung kukirim ucapan bela sungkawa di grup. Jari ini segera membaca chat satu per satu hingga scroll ke atas. Ternyata beliau wafat pada pukul 09.00. Semua chat di grup menulis tentang kebaikannya. Insyaallah ini pertanda baik bahwa beliau memang orang baik. Banyak yang merasa terbantu. Diriku pun merasa terbantu mendapat ilmu dari tulisan-tulisannya di terbitkanbukugratis.

Menurut Pak Thamrin, almarhum adalah sosok pencari muka. Sempat terkaget juga membaca tulisan Pak Thamrin ini. Sebab pencari muka bisa berkonotasi kurang baik. Bisa dimaknai “berbuat sesuatu dengan maksud supaya mendapat pujian atau sanjungan (dari atasan atau orang lain). Padahal, menurutku alamrhum orang yang sangat baik. Banyak membantu tanpa pamrih. Setelah meneruskan membaca tulisan Pak Thamrin baru ngeh, ternyata mencari muka yang dimaksud adalah fotografer atau mencari muka untuk dijepret. Masih menurut Bapak Thamrin, almarhum adalah penulis gigih dan otodidak. Kisah perjalanan hidup dari panti asuhan sampai ibukota diabadikan di buku yang diterbitkan Peniti Media dan YPTD.

Selamat jalan Pak Dian “sang penulis senior dan fotografer profesional.” Semoga Allah menerima amal baik almarhum dan membalasnya dengan kebaikan berlipat, mengampuni segala khilaf dan salah serta memberikan tempat berupa “jannah” terindah. Insyaallah beliau husnul khatimah. Aamiin3

Tinggalkan Balasan