Ini yang akan saya buat judul untuk buku saya. Kebetulan saya pendidikan saya seni rupa, tapi saya tidak berani sombong sebagai orang seni rupa sebab karyanya yang besar bisa dihitung dengan jari itu ibaratnya. Kenyataannya pikiran dan perhatian saat ini lebih pada aktifitas menulis. Menulis sebagai passion dan melukis karena saya adalah guru seni lukis atau lebih luasnya lagi guru seni budaya.
Bingung Memilih Menulis atau Melukis
Kalau boleh memilih apa prioritas saat ini, menulis atau melukis. Bingung menjawabnya. Kalau menulis, hampir setiap hari mendapat ide, kalau menulis butuh konsentrasi dan perhatian khusus. Semua berhubungan dengan mood. Kalau menulis mood maupun tidak mood ya tetap menulis.
Terus terang, jujur saat ini passion yang membuat bahagia adalah menulis, meskipun tidak dibayar, menulis itu bagian dari semangat hidup. Termasuk juga membuat hidup terasa lebih bermakna. Adakah yang cemburu dengan kecintaan menulis, tentu saja istri saya. Sebagai pasangan tentu saja perhatian dan cinta tidak bisa diduakan, tapi bagaimana sepertinya aktifitas menulis seperti sudah mendarah daging. Sehari tidak menulis, seperti ada yang hilang dalam derap hidup ini.
Ada yang kosong, ada yang membuat membuat hidup terasa tidak bergairah. Untungnya meskipun berat hati keluarga mendukung aktivitas menulis. Kalau tidak bisa tamat riwayat saya sebagai seorang yang katanya “penulis”. Menulis itu bagian dari aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan. Meskipun badai menerjang ibaratnya kalau bisa tetap menulis.
Saya melihat semangat besar dari para penulis bisa memberi spirit besar bisa menghadapi badai dan terus bertahan meskipun terkadang hidup itu sulit. Ada pasang surut kehidupan, tidak semua keinginan terlaksana, tidak semua kegiatan bisa menyenangkan banyak pihak. Menulis, paling tidak bagi pembacanya bisa mengurai benang khusut dan mencerahkan yang semula gelap. Ada inspirasi mengalir yang dan memberi pengalaman baru bagi para pembaca.
SUASANA HATI ANTARA MENULIS DAN MELUKIS
Bagaimana dengan melukis. Melukis itu butuh kecakapan khusus, panggilan hati dan kehalusan budi. Ditunjang kreatifitas dan tentu bisa membuat lukisan yang mampu menghidupkan suasana. Bisa jadi sebuah kritik halus, dan juga spirit di tengah rutinitas. Dengan melihat lukisan seseorang penikmat seni menjadi bergairah dan mata menjadi segar melihat goresan lukisan yang terpampang.
Menulis dan melukis adalah sebuah kegiatan seni menurut saya. Melukis adalah merepresentasikan imajinasi, sedangkan menulis memanifestasikan pikiran juga rasa dan karsa. Sebetulnya kegiatan ini bisa seiring sejalan, asal pintar membagi waktu. Aku pikir Antara menulis dan melukis bisa menjadi sebuah kegiatan menyenangkan, apalagi jika nanti merasakan bagaimana pensiun dari rutinitas kerja. Siang melukis, pagi pagi menulis, sambil menyeruput teh menikmati kudapan, mendengarkan alunan musik denggung atau gamelan. Sesekali mendengarkan musik klasik.
Sanento Yuliman seorang kritikus seni rupa mengungkapkan bahwa dalam seni lukis distorsi menjadi cara untuk menggugah dan mengungkapkan emosi. Seni lukis mampu melepaskan emosi, aku pikir sama juga dengan menulis dengan menulis bisa mengungkapkan emosi yang mengerak.
Saat melukis atau menggambar, ada spontanitas yang terbentuk karena pengalaman visual. Ia mengalir dan menjadikan sebuah karya seni rupa khas, tetapi ditunjang juga dengan latihan rutin agar tangan bergerak luwes dan tidak kaku, menulis mirip, perlu konsisten, rutin sehingga jalinan kata spontan dari kalimat per kalimat, paragraf demi paragraf enak dibaca dicerna. Bagi pembaca awam akan lebih nikmat jika pengetahuan ditulis ke bahasa pop agar mudah dimengerti, kecuali pembaca khusus yang berasal dari akademisi dan melihat tulisan sebagai detail pemikiran. Maka perlu ada analisis, ada pengumpulan data akurat, agar tulisan bukan hanya sekedar tulisan tapi sungguh bermakna dan mencerahkan serta membuat pandai pembacanya.
Nama Terinspirasi dari Pengarang
Saya berangkat menjadi penyuka tulisan bukan berasal dari tulisan ilmiah. Lebih suka bahasa opini koran yang cenderung populer dan enak dibaca. Mempunyai kecakapan menulis itu suatu kecakapan. Dulu kata orang tua saya nama saya terinspirasi dari seorang penulis juga, namanya sama.
Maka seperti dejavu kenapa akhirnya sayapun menyukai dunia tulis menulis. Sambil menyeruput kopi, padahal saya sudah jarang ngopi kecuali bila kangen berat. Rindu itu berat kata Dilan aku saja. Jangan rindu menulis, karena ada kemungkinan besar rindu itu muncul karena kurangnya intensitas ketemuan yang jarang. Kalau setiap hari menulis apakah merasakan rindu, tidak bosan. Ah jangan sampai bosan menulis.
“Ya Pak Dhe jangan sampai rindu menulis, itu berat.”
“Juga jangan sampai kangen juga pada melukis, sebab mungkin lama tidak melukis jadi ada rasa kangen.”
“Kalau begitu kalau benci menulis dan melukis bagaimana?”
“kalau benci itu benar- benar cinta bagaimana?”
“Nah itu dia yang diharapkan biar semuanya lancar.”
“Jadi awak tidak kangen istri dan anak dan hanya melukis dan menulis ?”
“Duh jangan dilawankan, semuanya perlu keseimbangan semua dicinta”
“Itu rakus namanya.”
“Biar saja.”