Indahnya Perbedaan dalam Kebersamaan Satu Keluarga

Gambar diolah dari Canva – dokpri

Oleh: Katedrarajawen

Keragaman, tetapi Tetap Satu 

Indonesia adalah negeri besar yang tercatat  dalam sejarah. Banyak kerajaan besar berdiri dan mencapai kejayaan pada zamannya. Tarumanegara, Sriwijaya, Singasari, Pajajaran adalah di antaranya.

Yang paling cemerlang tentu saja  Kerajaan  Majapahit oleh Mahapatih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk dapat mempersatukan dalam wilayah yang luas bernama Nusantara.

Sejak dahulu semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” telah lahir. Makna berbeda-beda, tetapi tetap  satu adalah perekat kehidupan rakyat Nusantara yang memang berbeda dari berbagai suku dan bahasa.

Kemudian bekas jajahan  Nusantara inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. NKRI adalah sebuah harga mati dan tekad para pejuang dan pendirinya. Bersatu kita teguh, bercerai kita berberaian. Runtuh.

Seperti kita mengetahui, negeri kita terdiri dari puluhan ribu pulau besar dan kecil, ratusan suku, bahasa, dan seni budaya. Kemudian beberapa agama yang berbeda. Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, Tao, Islam, Kristen, dan juga berbagai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Semua ini menghadirkan satu modal dan kekuatan yang luar bisa bagi kebersamaan dan keindahan sebagai sebuah bangsa.

Sejarah telah membuktikan, bahwa dalam keberagaman ini rakyat bisa hidup rukun dan damai oleh semangat kebersamaan. Semua rakyat bisa bekerja sama dalam segala bidang. Khususnya dalam kerja sama dan toleransi  beragama yang semuanya berlangsung begitu damai.

Seharusnya semangat kebersamaan dan tekad untuk selalu bersatu dalam keberagaman menjadi harga mati juga bagi kita sebagai anak negeri yang ingin hidup dalam kedamaian.

Karena itu sesungguhnya adalah semangat dan teladan yang diwariskan oleh nenek moyang, para leluhur, dan pendiri bangsa kita.

Kekacauan yang  Akan  Meruntuhkan

Pada masa kini, mungkin sebagian besar dari kita yang menginginkan hidup dalam keindahan dan kedamaian yang telah diwariskan nenek moyang dan kebudayaan leluhur kita sepanjang sejarah, merasakan sebuah kesedihan. Perih. Peristiwa merusak dan membakar rumah-rumah ibadah dan pertikaian masalah agama yang harus mengorbankan nyawa.

Saling menghujat dan merasa yang paling benar terus merebak yang membuat toleransi beragama yang telah terjalin sepanjang sejarah mulai terganggu. Kemudian ada pihak-pihak tertentu yang  memanfaatkan keadaan demi kepentingannya yang tersembunyi.

Pertanyaan adalah mengapa harus ada pertikaian dan darah yang mengalir di antara sesama anak bangsa dan saudara sendiri?

Ambon dan Poso sudah cukup menjadi pelajaran. Jangan mudah kita untuk dijadikan bidak permainan, tetapi  justru harus semakin merapatkan barisan dan menjaga persatuan dan kesatuan.

Kita harus percaya bahwa persatuan dan kesatuan bangsa kita selama ini  yang bisa menciptakan kekuatan bagi berdirinya negara kita.

Tatkala kita hidup dalam kekacauan dan kerusuhan yang sengaja hendak diciptakan, sesungguhnya itu adalah jalan menuju kepada kehancuran atau keruntuhan sebuah negara. Ujung-ujungnya adalah melahirkan kekacauan dan penderitaan. Semua ini tentu tidak kita kehendaki.

Indahnya  Pelangi  di  Ujung Senja

Photo by Brett Sayles from Pexels

Pernahkah kita melihat pelangi? Sangat indah bukan?

Tentu kita juga tahu keindahan pelangi ada karena perpaduan beberapa warna yang menyatu lalu melengkung menghiasi langit. Merah, jingga, kuning, hijau, merah, ungu, dan nila adalah warna-warna pembentuk keindahan yang kita namakan pelangi.

Beberapa tahun terakhir ini, saya sudah sangat jarang melihat pelangi yang begitu indah. Berbeda ketika saat masih kecil, begitu seringnya bisa melihat pelangi menghiasi langit, sehingga menghadirkan keindahan yang tak bosan untuk saya pandangi. Keindahan yang membuat saya berdecak kagum atas maha karya alam semesta ini.

Namun setelah menyaksikan berbagai kekacauan yang terjadi akhir-akhir ini yang mengancam keberagaman dan toleransi beragama di negeri kita, saat saya bersama seorang teman dalam perjalanan ke sebuah desa di Sumedang yang bernama Cibugel, saya sempat melihat indahnya pelangi saat menjelang senja. Bukan hanya satu lengkungan, tetapi ada dua, seakan menyambut kehadiran kami di desa tersebut.

Dari peristiwa itulah kemudian mengilhami saya untuk menulis tulisan ini tentang indahnya perbedaan yang diilustrasikan oleh pelangi.

Pelangi tampak indah karena perpaduan berbagai warna yang menyatukan diri. Kesatuan yang menciptakan sebuah harmoni yang begitu memesona setiap mata yang memandang kehadirannya.

Bayangkan, apabila warna pelangi hanya semacam saja. Tentu keindahannya tidak begitu tampak dan mungkin tidak akan menjadi daya tarik sama sekali. Tentu juga  tidak akan tercipta lagu-lagu untuk melukiskan tentang ajaibnya keindahan pelangi.

Tidak akan ada lukisan-lukisan yang begitu banyak tentang keindahan pelangi yang menggantung di langit.

Begitu juga andaikan kita sebagai umat yang beragama bisa belajar dari apa yang ada pada pelangi. Bahwa perbedaan yang ada pada diri kita akan menghadirkan keindahan bagi kehidupan ini, bila kita bisa menyatukan diri. Menyatukan diri dalam kesatuan tanpa harus melebur diri dalam kesatuan untuk menghadirkan warna yang baru. Namun masing-masing warna masih berdiri sendiri.

Agamaku adalah agamaku dan agamamu adalah agamamu. Itulah adalah jodoh kehidupan kita masing-masing. Kita memang berbeda warna dan agama yang ada, tetapi  itu bukan alasan bagi kita untuk membedakan diri lalu kita merasa sebagai warna yang paling baik dan benar.

Namun rasakanlah, bahwa kita semua walaupun memeluk agama berbeda, tetapi kita memiliki derajat yang sama, sehingga tak sungkan-sungkan untuk bersatu untuk membentuk sebuah pelangi.

Keadaan saat ini, di mana-mana mulai merebak lagi beberapa kejadian yang mengganggu stabilitas keberagamaan  kita dalam hal toleransi. Tanpa kita sadar di mana banyak pihak yang mulai pesimis tentang perdamaian akan ada di negeri kita. Ada yang sampai  menganalisa akan terjadinya perpecahan dengan terbentuknya beberapa negara. Semua itu saya ibarat sebagai keadaan yang suram. Ibarat hari, sedang menjelang senja.

Akan tetapi seperti peristiwa yang saya alami di mana saat menjelang senja, saya melihat munculnya pelangi yang begitu indah. Hal ini yang membuat saya memunculkan sebuah harapan yang begitu indah akan negeri tercinta kita ini.

Memang harus diakui toleransi beragama di negeri ini sedang dalam masa suram, tetapi kita harus optimis akan segera muncul pelangi yang akan memberikan pemandangan indah bagi kita. Hidup damai dalam kebersamaan walaupun berbeda-beda.

Kita harus akui kalau kita memang berbeda dalam hal suku, golongan, ras, dan agama, tetapi kita juga harus menyadari dan jujur mengakui kalau kita adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.

Jadi, sebenarnya kita adalah saudara. Sebagai umat yang beragama tentunya kita juga perlu menyadari, bahwa adalah tanggung jawab kita bersama untuk bisa menciptakan kerukunan hidup di antara kita.

Kita juga mempunyai tanggung jawab moral untuk menghadirkan perdamaian di atas bumi ini. Memberikan keindahan hidup bagi sesama. Sebagai umat beragama kita seharusnya memiliki misi yang sama, yaitu menciptakan perdamaian di dunia ini. Memiliki hati yang semakin mengasihi sesama  manusia sebagaimana yang dikehendaki oleh Tuhan dan para nabi junjungan kita.

Menjadi renungan bagi kita yang mengaku sebagai umat yang beragama, apakah kita sudah benar-benar menjadi umat yang beragama atau hanya sekadar sebagai pemeluk agama saja selama ini?

Apakah dengan beragama sudah membuat kita semakin mengasihi sesama sebagai umat ciptaan Tuhan?

Yang perlu kita ingat adalah bahwa inti semua agama adalah mengajarkan untuk saling mengasihi dan tidak ada sedikitpun mengajarkan untuk saling membenci.

Apabila kita bisa memahami satu hal ini saja, maka kerukunan hidup beragama di negeri tercinta kita ini akan menemukan masa kejayaannya kembali. Kita akan bisa menciptakan pelangi yang indah di atas bumi pertiwi ini dan bisa menyenangkan Tuhan yang kita sembah.

Sebagai penutup, sejenak kita simak sebuah puisi yang semoga  dapat menjadi pengingat bahwa kita adalah satu keluarga besar di dunia ini.

Cinta Kita Sama, Kita Satu Keluarga

Hai, engkau yang di sana. Mengapa menjauh takingin bersama?

Kemari, aku ingin menyapa dan bicara. Jangan ragu dan mendekatlah, kita adalah saudara.

Hai, engkau yang di sana. Mengapa selalu merasa berbeda?

Mengapa merasa lebih mulia atau hina?

Kemari, aku ingin menyalami dan memelukmu penuh rasa cinta. Ingatlah, kita adalah satu keluarga.

Hai, engkau yang di sana. Mengapa masih takpercaya kita adalah saudara satu keluarga?

Lihatlah menembus raga, di mana ada atma. Sungguh tak ada beda, dan cinta kita adalah sama.

Mengapa engkau lupa?

Hai, engkau yang yang di sana. Lepaskan keakuanmu yang memenjara. Biarlah raga kita manunggal  satu rasa dan cinta dalam sukacita.

@refleksihati

Tinggalkan Balasan