Hari itu adalah Sabtu yang cukup cerah. Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB saat aku dan suamiku memulai perjalanan menuju salah satu desa kecil di kecamatan Cadasari kabupaten Pandeglang. Suasana jalan cukup ramai, hati cemas dan gelisah sepanjang perjalanan. Pertanyaan demi pertanyaan silih berganti di kepalaku. “Apakah dia akan menerimaku?”,“Bagaimana kalau dia tidak suka padaku?” “Apa yang harus aku katakan saat bertemu dengannya?” Kegelisahanku rupanya mendapat perhatian suamiku Doni. “Kenapa de?” “Ade sakit yaa?” Aku pun menjawab, “Gak mas” Aku grogi aja. Ini pertama kalinya aku ketemu dengan dia. Bagaimana kalau dia tidak suka denganku mas? Suamiku mengerutkan dahinya dan berkata,”udah tenang saja, anaknya baik kok”
Dia adalah Faisal, anak dari suamiku dari istrinya yang dulu. Ibu anak itu meninggal setahun yang lalu. Selama setahun, dia tinggal dengan neneknya di Cadasari. Setelah aku dan suamiku menikah, kami berniat mengambil Faisal dan mengajaknya tinggal dengan kami di Cilegon. Sekarang statusku sudah bukan hanya sebagai istri tapi juga sekaligus sebagai ibu. Yaa, Faisal adalah anakku tapi dia bukan putera yang aku lahirkan. Kegelisahanku akhirnya bisa sedikit berkurang saat aku melihat keluar jendela mobil. Pemandangan yang sangat indah terpampang di depan mataku.
Pepohonan rindang sepanjang jalan. Terlebih lagi terdapat deretan pohon durian favoritku yang sedang banyak buahnya. Akupun teriak ke suami, “mas durian mas, banyak banget”. Suamiku hanya tersenyum. Jalan menuju kampong anakku cukup bagus, membuat mobil bergoyang terus sepanjang jalan. Hehehe….jalan kampong itu penuh dengan lubang. Saat aku terpana melihat banyaknya durian diatas pohon, tiba-tiba terdengar suara keras, “duukk” “aduuuhhhh” akupun teriak. Karena suami tidak melihat adanya lubang di jalan, membuatku terantuk pintu mobil. Hati-hati mas bawa mobilnya…sakit nie. Hehehe iya maaf sengaja ehh gak sengaja kok. Pohon pisang, perkebunan buah naga pun ada. Wahh surge dunia.
Suasana yang sangat asri membuatku jatuh cinta. Akhirnya suami mematikan ac mobil dan mulai menurunkan kaca mobil sambil berkata,” de disini mah dingin, biar merasakan dingin alami yaa”. Dan nyeeessss rasanya saat kaca mobil dibuka, “dingin banget mas, seger rasanya”.
Tak terasa kamipun sampai di tujuan. Suasana rumah itu begitu sepi dari luar. “Assalamualaikum” beberapa kali kami mengucap salam tapi tidak ada sahutan dari dalam. Tak lama kemudian….”Pak, udah lama yaa?” Seorang anak usia kurang lebih 11 tahun menghampiri kami. Hatiku berdegup kencang, inikah dia? Dia menghampiriku dan mengucap salam serta mencium tanganku. Aku membalas salamnya sambil bertanya, “Apakah baju dan perlengkapan lain sudah siap?” “Sudah”, itu jawabannya.
Setelah berpamitan, kamipun langsung pulang ke Cilegon. Selama perjalanan ke Cilegon, kami berusaha membuat percakapan dengan Faisal. Dan diapun menanggapi dengan antusias dan mulai cerita tentang teman-temannya saat perpisahan sehari sebelumnya. Karena mulai hari ini, Faisal tinggal Bersama kami.
Faisal masih memanggilku dengan sebutan tante. Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Dia mau tinggal bersama kamipun, aku sudah senang. Perjalananku sebagai ibu sambung dimulai. Aku selalu mengingat pesan ibuku agar jangan membedakan anak kandung dengan anak tiri. Aku harus bisa memperlakukan Faisal seperti anak kandung. Bismillah aku pasti bisa….
BY KUSRINAWATI