Ibu, Penyemangat dan Motivasiku
Setiap manusia hidup di dunia, dengan beragam suku, agama, ras, adat budaya serta bangsanya terlahir dari rahiim seorang perempuan yang bernama ibu. Panggilan ibu di setiap tempat berbeda-beda. Beragam panggilan kepada perempuan menikah yang telah mempunyai anak diantaranya ibu, umi, ami, mom, mama, mami, dan bunda. Berbeda dengan panggilan penulis kepada ibu, sebutannya adalah ”amak”. Yang pastinya ibu adalah perempuan menikah yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan merawat anak-anaknya hingga tutup usia.
Saat pejuang dua garis dinyatakan hamil, disaat itulah hilangnya rasa nyaman dalam diri si calon ibu, ibu mulai merasakan mual, kembung, lelah, sering buang air kecil, semakin lama kandungan semakin berat dan semakin besar semakin terasa susahnya, sehingga membuat tidur tak nyenyak itu dirasakan ibu selama mengandung kita selama 9 bulan 10 hari. Belum lagi saat proses melahirkan, terkadang ada yang normal, dan ada yang susah melahirkan normal dan terpaksa harus melahirkan dengan operasi Caesar. Kedua proses lahiran ini sama-sama merasakan sakit. Melahirkan dengan cara Caesar berdampak panjang bagi kesehatan ibu kita, yaitu tidak bisa melakukan kerja berat, bergerak terlalu cepat, sering naik turun tangga dan lain sebagainya, belum lagi, saat melahirkan si buah hati belahan jiwa, bahkan ada yang meregang nyawa.
Setelah anak dilahirkan, tugas ibu selanjutnya adalah memberi ASI dan menyapihnya hingga 2 tahun, pada masa ini, ibu masih belum bisa istirahat dengan tenang, karena masih melanjutkan tugas, tanggung jawab, dan kewajiban seorang ibu yaitu menjaga, merawat, mengayomi, memberikan pendidikan / tarbiyah dari proses merencanakan kehamilan, hamil, lahiran, hingga anak tumbuh kembang anak, remaja, dewasa hingga batas tutup usianya. Tak pernah sekalipun ibu alpa tentang harapannya melalui untaian doa kepada Allah untuk anak-anaknya agar, sang anak hidup sukses dan bahagia.
Ketika sang anak masih kecil, ibu selalu menjaga dan mengawasi dari berbagai aktivitas yang akan membahayakan kita, yang akan membuat anak cedera, jatuh, kena gigitan nyamuk, dan lain sebagainya. Ibu merawat tak kenal lelah sepanjang siang dan malam. Ibulah yang mengajarkan kita tentang banyak hal mulai dari cara makan, cara bicara, merangkak, berjalan, berlari, dan tersenyum. Saat anak sudah mulai bisa berbicara dan berjalan, ibu mulai mengenalkan tentang pencipta kita yaitu Allah Subhana Wa Ta’ala. Mengajari anaknya berdoa ketika mau makan dan sesudah makan, membimbing anak mengenal al Quran dengan memberikan permainan edukatif islam tentang pengenalan huruf hiyaiyah, sambil main, sambil belajar huruf, ibu memutar lantunan tartil / tilawah ayat Alqur’an agar meresap dan termaktub ke dalam jiwa sang anak tujuan agar kelak mereka sudah bisa hafal Alquran dan menjadi tahfidz tahfidzah dan menjadi anak-anak yang shalih-shalihah.
Bagi penulis sendiri, Ibu adalah seorang malaikat yang tanpa sayap, ibuku selalu ada dalam kondisi apapun dan suasana bagaimanapun untukku. Beliau sosok yang menerima aku dengan tulus, ikhlas, dan sabar, dengan keterbatasan yang dimiliki ibu, ibu akan selalu ada dan memberikan yang terbaik untukku, walaupun terkadang aku tahu kalau ibuku dalam kondisi yang buruk namun ibu selalu berkata ibu baik-baik saja, tak pernah sedikitpun aku mendengar keluhan, rintihan tangisan dan kesedihan dari ibu.
Ibuku selalu menjadi tempat ternyaman untukku bersandar dari segala keterpurukanku, berada didekat ibu, membuat sesak didada akibat dari persoalan yang menghimpitku lama-lama akan semakin berkurang dan bahkan hilang, karena ibu selalu mendengarkan keluh kesah dari curhatan yang keluar dari mulutku dan memberiku nasehat, motivasi agar aku bangkit dari keputus asaanku dan kepercayaan diri menghadapi persoalan hidup kelak. Terkadang aku sadar bahwa perbuatanku itu belum benar dan menambah kesusahan ibu, karena terkadang ibu juga mempunyai banyak persoalan hidup yang lebih rumit dari kisahku, namun ibu selalu memberi waktunya buatku, mendengar curhatan dari masalahku perasaan sedih hilang walaupun sebenarnya kutahu itu tindakan yang belum pantas.
Saat pencarian jati diri di masa muda menuju dewasa yang masih labil, momen dimana aku merasa paling keren, paling kuat, dan paling hebat pokoknya paling wah dari yang lain. Banyak sudah kesalahan dan khilafku terhadap ibu, kadang aku lebih banyak mengabaikan nasehatnya, sering melanggar perintahnya, sering marah, sering nongkrong bareng teman yang tidak jelas arah dan tujuannya, bahkan pergi tanpa kabar, kadang ibu merasa khawatir tentangku, menelponku ingin tahu keberadaanku, tetapi selalu ku abaikan, tidak pernah ku angkat video callnya, bahkan ku reject. Jika ku ingat dan berpikir kembali ke masa-masa itu dan betapaku menyesali perbuatan tersebut, jadi pendosa sangat terhadap ibuku. Sering kubilang ibu masih kuno, tidak gaul, dan masih banyak kata-kata dan perbuatanku yang sangat menyakiti perasaan dan hati ibu. Namun tak ada satupun perasaan marah, dendam, dan benci terhadapku. Ibu selalu merangkulku dalam doa dan kasih sayangnya. “Astaghfirullah, Hamba mohon ampun kepada Engkau Ya Allah atas salah dan dosaku yang terlalu banyak kepada Ibu”.
“Ibu, Aku menyayangimu hingga akhir hidupku, maafkan atas salah dan khilaf anakmu ibu, maafkan aku belum bisa membahagiakanmu. Aku berharap bisa membalas jasa-jasamu walau kutahu sungguh itu takkan terbalas. Aku hanya bisa merangkai kata dan melantunkan dalam doa tentang harapan dan keinginanku, “Tuhan, Panjangkanlah usia orangtuaku agar aku bisa sukses dan bisa membahagiakan ibu dan ayah, memberi kehidupan yang layak, mengabulkan cita-cita dan harapannya terhadapku”.
Dari penjelasan di atas, betapa berat dan mulianya tugas seorang ibu dan ayah, sudah sepatutnya kita sebagai anak berbakti kepada kedua orangtua kita. Berbakti dalam islam dikenal dengan istilah birulwalidain. Berbakti kepada kedua orangtua dalam islam hukumnya fardhu ain artinya wajib berbakti kepada orangtua , apabila tidak melaksanakan maka akan berdosa. Berbakti adalah mentaati kedua orangtua kita serta mentaati segala apa yang diperintahnya dan apa yang dilarangnya selama perintah itu tidak untuk maksiat kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.
Keutamaan berbakti kepada kedua orangtua adalah perbuatan yang paling dicintai Allah, setara dengan jihad, Ridha Allah bergantung dari ridho orangtua, Jika kita berbakti akan dimudahkan segala urusan, diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur, serta dijauhkan dari marabahaya hingga memperoleh imbalan surga.
Lalu, bagaimana cara kita berbakti kepada kedua orangtua yang masih berada ditengah-tengah kita ?
Diantaranya adalah
- Lemah lembut dan santun dalam berbicara,
- Membantu menyelesaikan pekerjaan rumah,
- Patuh dan taat terhadap perintah orangtua,
- Selalu bersikap sopan,
- Selalu sabar,
- Memberikan makanan atau minuman kesukaannya,
- Selalu mendoakan,
- Memprioritaskan orangtua terlebih dahulu,
- Membuat bangga orangtua,
- Merawat orangtua,
- Menghormati pilihan orangtua,
- Rajin memberi kabar kalau sekiranya jauh dari orangtua, dan
- Masih banyak lagi keutamaan lainnya yang dilakukan oleh seorang anak kepada ibu bapak.
Bagi orangtua yang telah meninggal kita tetap berbakti juga dengan cara
- Selalu mendoakan orangtua serta memohonkan ampun atas dosa dan kesalahan mereka,
- Menjalin silaturrahiim dengan kerabat orangtua,
- Sedekah atas nama orangtua,
- Melunasi utang atau janji atau amanat orangtua semasa hidup,
- Meneladani dan melakukan sifat baik orangtua.