KMAB 19
Perjalanan Hidup
Perjalanan Cinta Tami
Oleh Lusia Wijiatun
sumber: bipa.kemendikbud.go.id
Seiring berjalannya waktu, usia Tami semakin bertambah, ia belum juga menemukan pendamping hidup. Sementara itu teman-teman sekelasnya, sudah banyak yang mempunyai momongan.
Terkadang Tami merasa bahwa Tuhan tidak adil, kenapa perjalanan cintanya tidak semulus teman – temanya. Gagal dan gagal lagi.Atau memang belum sampai waktunya. Bilakah akan indah pada waktunya?
Sejak Tami mengalami kegagalan cinta itu, Tami tidak mudah untuk percaya pada laki-laki. Meskipun sebenarnya ada seseorang yang mau menjalin cinta dengannya.
Apakah Tami terlalu seleksi? Mungkin ya mungkin tidak.Tami memang bertekat untuk menemukan pendamping hidup yang seiman.Apakah ini yang membuatnya sulit menemukan pendamping hidupnya.
Pernah seseorang mengisi hatinya. Apakah benar-benar mengisi hatinya atau hanya untuk menghilangkan kesedihannya? Yang jelas seseorang tersebut tidak seiman dengannya.
Tami tetap berusaha dan beriktiar, namun belum ada orang yang seagama menaruh hati padanya.Mungkin benar apa yg disampaikan mantannya dulu.Orang hanya mencibir dan menganggap kecil dengan gaji sebagai guru negeri saat itu.
Tapi tidak apa-apa, Tami mencoba lebih tegar dan menghilangkan perasaan itu.Tami merasa bangga dengan profesi yang dijalaninya, bangga menjadi guru. Tami yakin akan kuasa Tuhan, akan kebesaran Tuhan.
Hingga suatu hari, seorang teman dari luar kota datang ke sekolah Tami. Ia bermaksud memperkenalkan Tami pada seseorang. Katakanlah mbak Ani panggilannya, Mbak Ani datang ke kota ini untuk mengurus surat keputusan mutasinya.
Ia menyempatkan diri mampir ke sekolah Tami, untuk mengatakan maksudnya. Saat itu Tami hanya tersenyum dingin. Ah..paling hanya mau coba –coba pikr Tami.
Mbak Ani meyakinkan Tami, bahwa orang tersebut bersungguh-sungguh. Tami kembali tersenyum menanggapi apa yang disampaikan Ani. Setelah ngobrol beberapa waktu, mbak Ani pulang ke pondokannya.
Sebelum pulang ke kotanya, Mbak Ani kembali menemui Tami di sekolahnya. Ia mengatakan hal yang sama untuk kedua kalinya, sepertinya agak memaksa.
Tami merasa tersudut dan pada akhirnya Tami menjawab ya, walau masih dalam tanda tanya. Apa benar ya semua itu, mungkin ini yang disediakan Tuhan untuknya. Ya Tuhan telah menyediakan melalui mbak Ani temannya itu.
Berkali-kali mbak Ani berusaha meyakinkan Tami, dan akhirnya Tami menyambut tawaran itu dengan sebuah tantangan. Katanya,” Kalau memang laki-laki itu sungguh-sungguh suruhlah orang itu datang menemuiku.” “ Baiklah akan kusampaikan padanya,” jawab mbak Ani.
Selain untuk mengurus surat mutasi tugasnya, mbak Ani juga bermaksud memberikan undangan kepada Tami dan keluarganya, bahwa adiknya akan menikah. Oleh karena itu tantangan disampaikan dengan alasan supaya laki-laki itu datang menjemput.
Apakah Tami sungguh-sungguh dengan ucapannya? Sebenarnyan tidak, Tami hanya menggertak dan mencobai apakah orang itu menpunyai niat yang serius . Kalau memang serius atau sungguh-sungguh, Tami juga siap. Siapun dia, mungkin ini memang pemberian Tuhan terhadap dirinya.
Menjelang hari pernikahan adik mbak Ani, Tami dan kakaknya bersiap-siap akan berangkat memenuhi undangannya. Tiket mini bus sudah dipesan oleh kakak Tami. Mereka berangkat siang hari.
Menjelang malam, sekitar pukul sepuluh malam, tibalah bus yang ditumpanginTami dan keluarga kakaknya di rurmah mbak Ani.
Mendengar suara mobil di depan rumahnya, mbak Ani keluar. Betapa terkejutnya mbakkmAnimmelihat kedatangan Tami dan kelurga kakaknya itu. Lebih terkejut dan heran, kenapa Tami datangbtanpa teman yang ditantangnya untu menjemput.
“ Lho, mana pak Iman?” Tanya mbak Ani.” Pak Iman siapa?” jawab Tami. “ Ia pergi menjemputmu, sesuai dengan tantangan yang kamu berikan kemarin?”Kata mbak Ani lagi. Tami merasa heran, dan tidak menduga sama sekali bahkan ia aan datang.” Ya sudah,kita tunggu besok pagi, ia pasti pulang.” Kata mbak Ani sambil mengantar Tami dan keluarga kakaknya ke kamar.
Ternyata pemuda itu benar-benar menjemput Tami.Malam itu hati Tami bertanya-tanya, siapa orang itu, nekat juga. Mungkin ia memang bersungguh-sungguh. Apakah Tami menerima perkenalan tersebut, bagaimana selanjutnya?