Catatan Wisata di Blog: “Mandi Bersama Cucu, Menyehatkan”

Humaniora, Literasi65 Dilihat

INILAH catatan di blog yang saya tulis tentang berwisata beberapa waktu yang lalu. Berwisata keluarga. Saya menulis tentang membawa cucu ke pantai untuk mandi. Saya ingat, kata isteri saya, waktu itu, “Mandi bersama cucu di pantai, itu perlu. Bisa membuatnya lebih sehat.” Begitu katanya kepada saya.

Saat itu, di bulan Desember 2019. Kebetulan ketiga cucu kami baru saja berangsur pulih dari sakit. Pertama, cucu pertama kami (Akiif Fatahillah) yang meriang dan panas badannya, Senin (16/12/19) pagi itu. Dia tidak bisa sekolah, pagi itu. Mungkin terlalu capei, dua hari dia ikut Atok-Nenek berlibur ke Batam. Atau karena ada penyebab lain? Wallohu a’lam.

Kedua, cucu ketiga kami (adik bungsu Akiif: Caca) ikut panas badannya pada hari ketiga Akiif demam. Akiif sendiri waktu itu belum pulih. Dan ketiga, adik keduanya (Asyura) terbawa panas badannya dalam pekan yang sama. Walaupun ibu-bapaknya yang sepenuhnya bertanggung jawab, tapi Atok-Nenek tidak bisa juga tanpa ikut serta mengurusnya. Lagi pula, kami berdekatan rumah. Jarak rumah kami dengan mereka hanya dibatasi jalan aspal.

Selasa (24/12/19) itu kami pergilah ke Pantai Pelawan. Salah satu pantai dari tiga pantai yang ada di Pulau Karimun yang dijadikan destinasi wisata. Judul kegiatannya, ya wisata keluarga. Biar hanya di daerah sendiri, kami sudah sepakat untuk mengisi hari libur untuk bersama ke sana. Ketiga cucu kami juga sudah menuju pulih. Badannya tidak lagi panas. Meskipun masih lemah tapi sedikit banyak sudah mau makan.

Kata Nenek (isteri saya) mereka harus dibawa mandi air asin. Artinya mandi ke laut. “Biasanya bisa memulihkan juga,” katanya meyakinkan saya agar membawa cucu-cucu ke pantai. Saya tak tahu, itu sugesti-motivasi belaka atau memang ada ilmiahnya. Yang saya setuju, kami memang mesti ke Pantai Pelawan, salah satu lokasi wisata di Kabupaten Karimun untuk berwisata keluarga. Kami perlu menikmati hari libur ini.

Sekitar pukul 09.00 hari itu kami berangkat dari rumah. Kurang dari setengah jam kami sudah tiba di lokasi wisata. Pengunjung lain sudah ramai. Ada yang duduk-duduk sambil menikmari aneka makanan, ada juga yang mandi di bibir pantai. Air tidak seberapa pasang. Dan airnya cukup jernih dengan kelihatan biru dari kejauhan.

Mengambil tempat di salah satu pendopo yang masih kosong, kami bentangkan tikar plastik dan satu karpet getah yang sedikit lebih lembut untuk anak-anak. Si kecil Caca langsung diletakkan dengan posisi menelungkup. Dalam usia kurang lebih 7 bulan, saat itu dia memang sudah mahir menelungkup dan belajar beringsut. Asyura pula dengan pisiknya kelihatan paling lemah, juga ikut berbaring di atas tikar. Hanya Akiif yang bersemangat ingin segera membuka baju dan celananya untuk mandi. Oomnya, Opy membantunya ke pantai.

Sejenak, Opy naik dan mengajak Asyura untuk ikut mandi. Dalam penolakannya, Asyura tetap digendong Oomnya. Dia dimandikan dengan baju tanpa dibuka dari badannya. Hanya sebentar. Asyura sepertinya tidak menikmati mandi itu. Justeru tampaknya dia menderita, kedinginan. Akhirnya, setelah seluruh tubuhnya basah oleh air laut, Asyura dibawa naik ke darat dan dimandikan dengan air tawar.

Melihat Opy dan Akiif mandi, Atok pun ikut mandi. Kali ini, saya membawa si bungsu Caca ikut ke laut. Kami mandi bertiga.Kali ini Akif bersama Caca tampak menikmati mandi bersama saya, Atoknya. Inilah pertama kali Caca ke pantai, ke air laut dan mandi bersama Atok. Jika air laut benar-benar memiliki khasiat untuk membantu kesehatan, semoga kami yang mandi, termasuk para pengunjung lainnya akan beroleh kesehatan.

Tapi yang lebih penting dari semua itu adalah menikmati hari libur untuk berwisata di satu sisi, dan memanfaatkan wisata tempatan di sisi lain. Bagaimanapun juga memanfaatkan tempat wisata di daerah sendiri tentu saja akan mempunyai beberapa keuntungan. Selain berbiaya murah, jaraknya yang tidak jauh dari dari tempat tinggal, juga akan ikut memajukan lokasi wisata sendiri. Ini penting agar tempat wisata daerah sendiri juga bisa maju.

Dari beberapa destinasi wisata tempatan yang ada, seperti Pantai Pongkar, Pantai Ketam dan beberapa pantai di luar Pulau Karimun sejatinya memang menjadi tanggung jawab orang temapatan sendiri untuk memajukannya. Jika tempat-tempat itu bisa lebih berkembang maka wisatawan dari daerah lain juga bisa datang untuk berkunjung. Semoga.***

Tinggalkan Balasan

4 komentar