MENULIS di blog memang sebuah keinginan saya. Saya benar-benar ingin seperti teman-teman yang tidak hanya memiliki blog pribadi tapi terbukti tulisan-tulisan mereka selalu ada dan selalu dapat dibaca. Dapat dibaca di blog mereka. Tentu saja itu memantik keinginan siapapun yang menyukai litersi untuk juga menulis. Juga memiliki blog pribadsi. Saya adalah salah seorang yang termotivasi untuk menulis di blog.
Era digital dan menulis di dunia maya adalah satu keniscayaan di tahun-tahun saya mengenal blog. Antara tahun 2006-2010 itu. Dan pada tahun-tahun itu saya mulai tahu tentang blog. Terlambat, tentu saja berbanding awal para blogger mulai menyibukkan diri dengan blog jauh sebelum tahun itu. Tapi saya harus mengakui, berpindah tugasnya saya dari Moro yang relative tertinggal berbanding Tanjungbalai Karimun tempat bertugas baru saya di tahun 2002 adalah awal terbukanya wawasan saya tentang IT. Di Ibu Kota Kabupaten Karimun pula saya mulai mengetahui seluk-beluk teknologi informasi ini. Karena pula keinginan menulis di blog itu baru ada ketika saya berada di Pulau Karimun.
Salah satu hal yang menjadi syarat untuk mengelola dan menulis di blog adalah cara menyikapi kreatifitas menulis itu sendiri. Sikap yang biasa-biasa saja tidak menyebabkan seseorang menajdi suka menulis.Tapi sikap yang luar biasa dengan menganggap menulis sebagai sebuah kebutuhan itulah kunci yang akan membuat seseorang ingin menulis. Tidak sekadar ingin menulis, tapi juga rela dan berusaha untuk menyiapkan tempat menulis. Itulah blog.
Lalu bagaimana sebenarnya sikap-sikap orang terhadap menulis sebagai sebuah kegiatan? Tentu saja tidak akan sama oleh setiap orang. Sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Secara sederhana ada beberapa kemungkinan sikap kita dalam memandang menulis, misalnya boleh jadi kita suka, tidak suka, butuh, ikut-ikutan atau mungkin terpaksa.
Tentang Suka; Ingin saya jelaskan sebagai berikut. Jika landasan utama menulis disebabkan oleh perasaan suka, sesungguhnya satu modal penting sudah ada pada diri kita. Penting untuk dipastikan bahwa perasaan suka secara umum akan ikut mempengaruhi usaha untuk melakukan sesuatu. Apapun yang ingin dilakukan. Termsuk dalam kreatifitas menulis. Ketika sekolah, seorang siswa boleh jadi menyukai menulis atau sebaliknya tidak menyukainya. Ini sikap yang tidak mustahil dimiliki seseorang.
Tentang Butuh; Apakah menulis dianggap sebagai sesuatu yang dibutuhkan? Ini penting diketahui. Maksudnya bagi penulis, jika kegiatan menulis itu memang disikapi sebagai sebuah kebutuhan maka tentu saja dia akan dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Kegiatan yang dianggap diperlukan pasti akan dilakukan sebagai usaha memenuhi kebutuhan itu sendiri. Sebaliknya, jika tidak disikapi sebagai sebuah kebtuhan otomatis akan dilakukan secara ala kadarnya saja.
Tentang Ikut-ikutan; Boleh jadi masih ada yang menulis hanya karena ikut-ikutan saja. Hal itu bisa tersebab teman atau siapa saja yang menjadi penyebab dia ikut-ikutan. Jika demikian maka sikap ini sudah apsti tidak akan membantu usaha untuk menjadikan diri kita menjadi seorang penulis. Intinya jika landasannya adalah ikut-ikutan berarti kekuatan landasan itu sudah pasti kurang atau tidak memadai. Bahwa peribahasa berbunyi ‘Kecil teranja-anja, besar terbawa-bawa, dan sudah besar terubah tiada,’ yang berarti dari ikuta-ikutan bisa menajdi kebiasaan dan seterusnya, tidak harus dinapikan. Mungkin ini bisa dipakai sebagai pembenar bahwa sikap ikut-ikutan bisa bermanfaat, boleh jadi. Tapi konotasi ikut-ikutan selalu berarti jelek karena cenderung dianggap tidak atas kemauan sendiri. Dan itu tiak baik.
Tentang Terpaksa; Sikap lain yang mungkin dimiliki oleh seseorang dalam kreatifitas menulisnya adalah karena terpaksa. Boleh jadi. Dan keterpaksaan tidak jarang dalam satu pekerjaan. Tapi itu tidaklah satu sikap yang baik dalam usaha mengembangkan keterampilan menulis. Meskipun sikap terapksa di tahap awal bisa menjadi dasar untuk tidak terpaksa di kemudian hari, tidak ada jaminan itu akan terjadi. Tetap saja yang terbaik adalah keikhlasan atau kerelaan diri untuk melakukannya.
Boleh jadi masih ada beberapa sikap lain yang kita miliki pada saat kita berada pada posisi menulis. Tapi bahwa setiap orang akan memiliki sikap tertentu dalam keputusannya atau keikutsertaannya dalam kreatifitas menulis, tidak perlu dibantah. Satu hal yang pasti, jika menulis adalah sebuah keinginan maka faktor-faktor pendukung keinginan itulah yang diperlukan.
Setelah menulis adalah sebuah keputusan maka sesungguhnya kita berada pada posisi sikap seperti dalam tulisan kita. Apakah kita menulis bisa termasuk ke kriteria menulis kreatif atau hanya menjalankan apa yang sudah ada dan begitu-begitu saja maka itulah yang akan terjadi. Kita tahu bahwa sikap menulis yang benar itu adalah sikap menulis yang mengarahkan kita menjadi penulis kreatif hingga muncul frasa kata kreativitas menulis. Kreativitas menulis pada hakikatnya adalah keputusan yang tidak mudah namun harus dilakukan.
Boleh jadi karena sikap itu pula keinginan saya untuk terus belajar mengelola blog dan menulis di blog sejak beberapa tahun lalu itu telah mendorong saya untuk tidak boleh berhenti belajar. Keputusan bahwa menulis itu adalah sesuatu yang penting juga menjadi penyebab mengapa belajar menulis dan mengelola blog akan terus dilakukan. Kini ada banyak kesempatan untuk mengelola blog. Dari yang gratis hingga ke yang berbayar sudah ada. Dan tekad saya untuk terus belajar sepenuhnya akan terus dilakukan.***
Menulis itu sesuatu yang mengasyikkan dan menghasilkan
Benar sekali, Bu Sri (Kanjeng) Sugiastuti. Meskipun saya belum menghasilkan uang, misalnya tapi sudah menghasilkan karya (tulis) berupa buku. Salam takzim, Bu.