SEJATINYA menulis, itu adalah satu kebutuhan. Bagi seorang guru bahkan bagi siapapun, menulis (membuat karya tulis) dalam bentuk dan jenis apapun sesungguhnya adalah sebuah keniscayaan. Mestinya menjadi kebutuhan.
Menulis tidak bisa dihindarkan. Tidak boleh juga menghindar. Bahkan menulis secara khusus sesuai dengan profesi sebagai seorang guru adalah sebuah kewajiban. Katakanlah menulis untuk persiapan mengajar atau mempersiapkan segala dokumen untuk mengajar. Tidak mungkin terhindarkan. Begitu juga, misalnya menulis soal (instrumen) untuk evaluasi belajar, dan lain-lain sebagainya. Mustahil hal-hal seperti itu dihindarkan seorang guru.
Mempersiapkan bahan ajar dan sejenisnya, misalnya pastilah tak bisa dihindarkan juga oleh seorang yang telah menetapkan dirinya sebagai seorang guru. Itu tidak bisa dinafikan. Kewajiban menulis ini sudah melekat dalam diri seorang guru itu sendiri. Itulah yang kita sebut, wajib menulis bagi guru itu. Itu pulalah yang mendorong saya yang adalah seorang guru mengelola dan ingin menulis di blog. Blog sebagai ruang yang maha luas dan maha mudah mengaksesnya selama masih ada signal internet tentulah satu hal yang sangat mendorong saya untuk menulis.
Sikap dan pandangan bahwa menulis itu adalah kebutuhan adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh siapa saja, terutama bagi guru. Sikap itu memang tidak seharusnya dielakkan. Namun demikian, tetap terserah kita sebagai guru atau siapa saja yang ada niat ingin menulis. Bagaimana sesungguhnya kita menyikapi tentang kebutuhan menulis itu, sepenuhnya tergantung kepada setiap orang. Bahkan seorang guru juga masih terdengar dari mulut ke mulut kalau dia tidak menyukai menulis.
Hanya ada satu untuk memastikan bahwa menulis akan dinilai sebagai satu kebutuhan yaitu kemuan untuk menulis. Kemauan adalah kunci utama untuk tugas dan kerja apa saja jika ingin selesai termasuk kerja-kerja menulis. Harus mau melakukannya. Pesan orang tua-tua melalui peribahasa, ‘Dimana Ada Kemauan di Situ Ada Jalan’ adalah pernyataan yang sudah teruji kebenarannya. Peribahasa itu tidak bisa dibantah. Dengan kemauan, apa saja bisa. Tanpa kemauan tidak akan ada satupun yang bisa. Untuk yang berkemauan selalu ada jalan. Tapi bagi yang tidak berkemauan akan selalu ada alasan. Sikap yang akan memandang menulis sebagai satu kebutuhan sesungguhnya adalah sikap yang dilandasi oleh kemauan itu sendiri.
Nah, ternyata kemauan pun harus pula ada pendorongnya. Apa saja pendorong itu, silakan dicari pendorongnya sesuai keputusan kita. Saya percaya, ada banyak yang bisa dijadikan pendorong agar timbul semangat dan kemauan. Salah satu yang perlu adalah, kita harus memiliki moto atau jargon motivasi untuk menulis itu sendiri. Moto yang saya coba susun dalam bentuk kalimat, Cintaku Literasi, Ku Menulis Setiap Hari adalah salah satu contoh moto yang saya ciptakan sebagai pendorong semangat itu. Moto ini saya harapkan menjadi kalimat pendorong saya dalam menulis. Jadi, moto yang kita ciptakan sekaligus akan menjadi penguat sikap dan pandangan bahwa menulis itu adalah sebuah kebutuhan.
Itulah yang selama ini saya tempelkan di pikiran dan ingatan saya. Apakah orang lain akan memakai moto ini juga atau akan memakai moto sendiri? Sepenuhnya ditentukan oleh kita masing-masing. Satu hal yang penting dalam mengelola blog dan keinginan untuk menulis di blog adalah karena keputusan kita untuk menyatakan bahwa menulis itu adalah sebuah kebutuhan. Ibarat kebutuhan akan makan, minum, berpakaian, hiburan, pendidikan dan apa saja, begitulah sejatinya orang memandang perlunya menulis.
Bayangkan satu kebutuhan yang memang diperlukan, dapat diyakini bahwa untuk memenuhi kebutuhan itu akan diusahakan segala usaha. Akan diikhtiarkan berbagai cara agar kebutuhan itu terpenuhi. Bayangkan, jika itu sebuah kebutuhan primer seumpama kebutuhan makan, pastilah orang akan mengusahakannya dengan berbagai usaha. Begitulah jika menulis dianggap sebagai sebuah kebutuhan.
Sikap seperti, selama ini telah menajdi sikap kuat yang ada pada diri saya. Dalam keterbatasan dan berbagai kekurangan saya terus dan terus belajar mengelola blog dalam usaha untuk terus menulis.***