Kacamata itu Kini Kembali, Alhamdulillah

Terbaru31 Dilihat

HARI Senin (05/12/2022) lalu itu saya menulis catatan pengalaman saya berjudul  ‘Kehilangan Kacamata’ yang mengisahkan cobaan yang didatangkan oleh Tuhan atas raibnya kacamata saya. Saya kehilangan kacamata yang membuat saya kesulitan membaca. Inti catatan itu adalah tentang hilangnya kacamata saya tanpa saya sadari tercecernya. Kehilangan iItu saya sadari pada sore harinya. Padahal kacamata itu sangat penting bagi saya. Meskipun mata saya masih bisa melihat tulisan, namun jika tulisan itu kecil seperti di halaman koran atau majalah, atau juga seperti di halaman android, mata saya perlu bantuan kacamata agar tulisannya terang.

Dengan tidak diketahuinya keberadaan kacamata itu saya bingung. Saya berpikir  seharian Senin itu apa saja dan dimana saja saya bepergian. Karena lumayan banyak aktifitas pada hari itu, maka lumayan banyak pula tempat-tempat yang saya sambangi. Berpikir, kalau-kalau kacamata itu tertinggal di tempat-tempat saya ‘parkir’ atau ‘stop’ itu. Tapi dari beberapa tempat yang saya napaktilasi tidak satupun membuahkan hasil. Orang-orang yang ada di situ saat saya berada di situ juga mengatakan tidak melihat kacamata yang tertinggal. Lalu dimana? Pertanyaan yang tidak aka nada yang menjawabnya.

Besok Selasanya saya terus berpikir di mana gerangan kacamata itu tercecer atau tertinggal. Tapi saya tetap tidak atau belum bisa menjawabnya. Di rumah, di kantor yayasan tempat saya bertugas, di ATM yang saya juga kunjungi hari Senin itu pun tidak ada kacamata itu. Saya benar-benar bingung, dimana gerangan dia berada. Karena begitu banyak tempat yang kebetulan saya lewati hari itu, sekaligus keadaan itu menambah ruwet dan berat perasaan saya untuk menduga-duga, dimana gerangan dia berada.

Saya mulai berpikir pada hari Rabunya, jangan-jangan kacamata itu terlempar keluar mobil pada saat saya naik mobil. Saya memang sering meletakkan kacamata itu di bagian depan mobil pada saat saya menyetir mobil. Terkadang kacamata (atau apapun yang ada di bagian depan itu) bergerak ke kiri atau ke kanan pada saat mobil berbelok ke kanan atau ke kiri. Jangan-jangan memang sudah terlempar keluar mobil lewat jendela (kaca) yang biasa pula saya buka. Saya pun mulai membuat beberapa kemungkinan jika kacamata itu benar-benar hilang. Artinya saya tidak boleh berharap lagi kepada kacamata itu setelah hari ketiga belum juga bertemu.

Lalu kesimpulan saya? Pertama, jika dalam tiga hari ini tidak juga ketemu maka saya menyimpulkan kalau kacamata itu memang sudah harus saya ganti. Artinya dia sudah hilang dan tidak akan kembali lagi. Bagaimana mungkin akan kembali kalau setelah tiga hari saya berpikir tentang kemungkinan tertinggal dimana, tapi tidak ada jawabannya. Artinya, itu sudah hilang, kan?

Kedua, saya akan membeli yang lain sebagai gantinya. Benda kecil itu memang kecil tapi ukurannya berperan besar dalam keseharian saya. Membaca atau melihat sesuatu yang berukuran kecil tidak mampu lagi mata saya saat ini. Ini wajar, dalam usia saya saat ini sudah 65 tahun, tentu saja kemampuan melihatnya sudah sangat berkurang. Kalau tidak ada lagi, berarti harus membeli. Namun demikian, saya tetap berdoa dan berharap kacamata itu akan kembali.

Satu hari, dua hari ternyata sudah masuk hari ke lima pada hari Jumat (09/02/2023) itu. Dalam sudah musnahnya harapan akan kembalinya kacamata, di luar dugaan saya kacamata ‘bertuah’ itu menampakkan wajahnya. Saya menemukannya. Kronologi bertemunya pun di luar dugaan. Tidak pernah saya bayangkan bertemu dengan cara begitu.

Pagi itu, saat saya sudah melaksanakan beberapa pekerjaan harian di yayasan, saya istirahat sejenak dan memakan sebuah kue. Kebetulan isteri saya membelikan kue untuk dibawa ke kantor hari berkah ini. Setelah satu buah kue saya makan dan akan membuang kulitnya ke dalam tong sampah yang berada di sudut ruang sebelah kiri kursi saya, saya melihat kacamata itu ada di situ. Ada di dalam tong sampah plastic itu. Tentu saja saya kaget. Mengapa dia ada di situ?

Saya langsung memungutnya. Alhamdulillah, kata saya spontan. Ini benar-benar doa yang diijabah, gumam saya di hati. Saya bersyukur dan menyatakan rasa bangga gembira serta berulang-ulang mengucapkan alhamdulillah. Akhirnya dia kembali. Meskipun menyisakan tanya, mengapa kacamata saya berada di situ? Apakah selama lima hari ini dia memang sudah di situ? Tapi bagaimana dia termasuk ke situ?

Pertanyaan lain yang bergelut di otak saya, apakah selama hilang itu sudah pernah kacamata itu terlihat oleh CS yang bertugas membersihkan kamar kerja saya karena biasanya dia akan membuang sampah jika tong sampah itu ada sampahnya. Apakah dia sudah melihatnya? Lalu mengapa dia tidak memberi tahu saya, sampai akhirnya saya tidak sengaja melihatnya? Ah, ada beberapa pertanyaan misteri yang berkecamuk di perasaan saya.

Untuk kenyataan itu dan untuk tercatat dalam memori digital akun saya, saya menulis status baru di akun FB saya begini, “Beberapa hari entah kemana. Di Jum’ah berkah dia ada. Buncahan galau dan sabar telah menimbulkan banyak persepsi beberapa hari ini. Allah menjawab doa dengan menunjukkan di mana dia berada. Pagi ini, tanpa diduga kembali dia ada. Kacamata, alhamdulilah.” Tidak ada tujuan lain kecuali untuk berbagi rasa gembira atas kembalinya kacamata saya. Sekali lagi, terima kasih, ya Allah.***

Tinggalkan Balasan

2 komentar