INILAH pengalaman berharga. Pengalaman satu keluarga di era corona yang kian meraja lela. Kisahnya, ayah ‘berpulang’ dinyatakan positif covid dua pekan yang lalu. Seluruh keluarga merasa terhimpit heboh covid. Disebabkan ayahnya meninggal di rumah sakit dan dinyatakan terkonfirmasi positif covid-19 maka seluruh keluarga yang kontak erat dengan ayah wajib mengikuti swab. Itulah SOP kami. Begitu pernyataan pegawai Rumah Sakit yang menangani ayah waktu itu. Dia tahu kami sekeluarga menolak ‘cap covid’ kepada orang tua kami. Dan lebih kami tolak ketika kami yang sama sekali tidak sakit tapi seolah dituduh terkena covid juga dengan kewajiban mengikuti PCR.
Pada 27 Mei 2021, itu Pak Amiruddin Maliki, mertua saya yang kami sekeluarga memanggilnya dengan sebutan Atok (tapi saya memanggilnya ayah karena ayah dari isteri saya) pergi ke RSBT (Rumah Sakit Bakti Timah). Sebuah rumah sakit swasta milik perusahaan timah. Ayah sebenarnya mau berobat biasa saja pada hari itu. Sebagai orang yang sudah lanjut usia, ayah memang mengidap banyak penyakit tua seperti gula darah, tekanan darah, jantung juga. Tapi itu sudah biasa. Dia kelihatan sehat-sehat saja di usia senjanya selama ini. Aktifitas sebagai orang di usia senja ya biasa-biasa saja.
Yang saya tahu, dia di rumah saja selain hanya chek kesehatan ke tempat praktik dokter dan atau ke RSBT selama ini. Dua tahun terakhir, dalam usianya yang sudah menginjak 77 tahun, sesungguhnya ayah termasuk orang tua sehat. Bisa tetap beraktifitas sebagaimana seharusnya. Namun tetap selalu memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit. Sampailah pada tanggal itu dia drop. Benar, dua bulan terakhir kesehatannya menurun. Dan pada hari Kamis itu akhirnya dia bersedia dibawa ke rumah sakit setelah sebelumnya tidak mau kecuali pada jadwal chek saja. Dan karena dia kian kritis, dia pun diswab dan dinyatakan reaktip covid. Lalu dirujukkan ke RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Muhammad Sani untuk perawatan lebih lanjut. Alasan RSBT karena rumah sakit ini tidak melayani covid. Padahal hanya reaktif, bukan benar-benar virus covid.
Di RSUD ayah kembali dinyatakan positf. Sedihnya keluarga sudah tidak bisa mendekat lagi. Dia diisolasi di IGD RSUD dengan alasan covid. Sambil menunggu proses akan ke kamar rawatan (di lantai 6 RSUD) kami di rembang magrib itu hanya melihat ayah di ruang isolasi IGD. Malang nasibnya, ajalnya tiba dan ayah berpulang di ruangan itu. Serta-merta pihak rumah sakit menyatakan bahwa ayah meninggal karena covid. Kamipun tidak bisa membawa jasadnya ke rumah karena harus mengikuti protokoler kesehata.
Keluarga semua berusaha sabar dan patuh saja pada ketentuan orang-orang di RSUD. Besoknya baru bisa dikebumikan. Itupun dengan protokoler kesehatan karena menjelang sore oleh pihak rumah sakit tetap dinyatakan covid setelah –konon– hasil PCR-nya mengatakan begitu. Maka diswab/ di-PCR-lah semua keluarga.
Untuk tidak terlalu membebani pikiran dan perasaan, saya sempat meminta semua keluarga merasa positif covid saja walaupun semua kami dalam keadaan sehat-sehat saja. Tiga hari setelah ayah dikebumikan kami semua juga tidak merasa ada gejala covid seperti batuk, dll. Tapi pihak rumah sakit (Dinas Kesehatan atau Tim Gugus Covid) meminta di-PCR di Puskesmas Meral. Maka keluarga pun patuh saja.
Setelah sepuluh hari sejak di-PCR atau setelah 12 hari sejak ayah meninggal semua keluarga juga tidak ada keluhan sakit. Semuanya baik-baik saja. Tapi mereka sedang menunggu hasil PCR. Dan karena kami mendesak hasilnya bagaimana, pada hari itu juga oleh Puskesmas dikatakan kalau tiga orang dinyatakan terkonfirmasi covid. Keluarga tentu kaget. Tidak ada yang sakit tidak ada yang mengeluh, tapi dinyatakan positf dan akan dijemput untuk diisolasi ke tempat lain. Anehnya juga, salah satu dari tiga orang yang dinyatakan covid itu adalah cucu Atok yang sebenarnya tidak kontak erat dengan almarhum semasa hidup. Tapi apa mau dikata, pihak yang berkuasa berkata begitu.
Keluarga hanya meminta agar isolasi dilaksanakan di rumah saja. Isolasi mandiri saja. Dengan perjuangan yang super susah karena Tim Gugus Kecamatan berkeras mau membawa emak dan dua orang lainnya penampungan khusus. Kami sekeluarga tetap tidak bersedia. Akhirnya dua orang lain yang hasil PCR-nya belum keluar, diminta mencari rumah lain. Dan ada tempatnya, barulah ketegangan sedikit mereda.
Sesungguhnya semua keluarga, dari Ibu hingga anaknya (adik-beradik) dan cucu sama sekali tidak percaya kalau Atok terkena covid. Terpapar dari mana? Dari siapa? Karena dia hanya di rumah saja. Namun, keluarga sepakat ikut saja arahan dari rumah sakit dan Tim Gugus. Ditambah kasus covid-19 di sejumlah wilayah di Indonesia saat ini termasuk di Karimun tengah menunjukan peningkatan yang signifikan. Untuk itu, keluarga sepakat saja bahwa masing-masing sedang terkena corona. Padahal sama sekali tidak ada gejala dan tidak keluhan.
Sikap ini diambil agar semua keluarga waspada saja. Aktif saja melakukan prokes yang ditetapkan Pemerintah. Toh hanya hingga 14 hari ke depan saja. Jika nantinya memang tidak ada yang sakit atau bentuk gejala covid lainnya, maka otomatis semuanya akan dianggap sehat dan tidak ada covidnya. Dan dengan sikap itu pula pesan Tim Gugus dan Pemerintah bagaimana cara isolasi mandiri, dapat dilaksanakan keluarga.
Mempedomani protokoler kesehatan yang dijelaskan Kementerian Kesehatan dan banyak beredar di media cara melakukan isolasi mandiri di rumah sangatlah mudah, antara lain,
- Selalu memakai masker dan membuang masker bekas di tempat yang ditentukan.
- Jika sakit (ada gejala demam, flu dan batuk), maka tetap di rumah. Jangan pergi bekerja, sekolah, ke pasar atau ke ruang publik untuk mencegah penularan masyarakat.
- Manfaatkan fasilitas telemedicine atau sosial media kesehatan dan hindari transportasi publik. Beritahu dokter dan perawat tentang keluhan dan gejala, serta riwayat bekerja ke daerah terjangkit atau kontak dengan pasien COVID-19.
- Selama di rumah, bisa bekerja di rumah. Gunakan kamar terpisah dari anggota keluarga lainnya, dan jaga jarak 1 meter dari anggota keluarga
- Tentukan pengecekan suhu harian, amati batuk dan sesak nafas. Hindari pemakaian bersama peralatan makan dan mandi dan tempat tidur.
- Terapkan perilaku hidup sehat dan bersih, serta konsumsi makanan bergizi, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan lakukan etika batuk dan bersin.
- Jaga kebersihan dan kesehatan rumah dengan cairan desinfektan. Selalu berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi (±15-30 menit).
- Hubungi segera fasilitas pelayanan kesehatan jika sakit berlanjut seperti sesak nafas dan demam tinggi, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Kami sepakat saja menerapkan petunjuk itu. Dan terbukti, hingga berakhirnya masa isolasi mandiri, semua keluarga sehat-sehat saja. Ternyata, mengaku dan merasa diri terkena covid dapat mempertinggi kewaspadaan diri kami masing-masing dalam keluarga besar Amiruddin Maliki. Masing-masing rajin minum air hangat, misalnya. Rajin mengonsumsi buah-buahan dan vitamin lainnya. Rajin juga berolahraga. Alhamdulillah, pengalaman ini bagus pengaruhnya kepada kami. Dan tentu bagus juga jika pembaca lainnya menerapkan dalam menghadapi maraknya covid saat ini.***
terima kasih, sebagai penyintas covid, saya berpesan, awas virus corona menintai anda
Iya, Om Jay wajib waspada. Seolah kita sedang terkena, maka kita akan taat aturan prokes. Salam, Om Jay.