Membandingkan Rektor dan Puanis
Pagi ini abang ku yang rektor telp aku, untuk menjawab pertanyaan pertanyaan ku lewat WA yg belum sempat dibalas. Ya, Abang Rektorku pasti super sibuk.
Abang mempersilahkan aku bertanya apa saja yang ingin aku ketahui
Abang teleponnya pakai telp biasa, jadi walau jarak Medan Bekasi tetap jernih, Nggak kayak aku selalu pakai kuota WA 😉
Ini pertanyaan pertanyaan yang bikin aku tambah pintar dan sengaja aku jadi bahan tulisan semoga bermanfaat dan tentu saja mengisi tulisan ku di ” Tantangan 90 Hari Menulis ” yang diadakan Sagusabu Media Guru Indonesia..
1. Abang waktu jadi rektor di UNA pas pidato di Wisuda tahun 2015 aku lihat di youtube kertas nya panjang banget , sampai menjutai ke bawah, Itu berapa halaman ?
Abang nggak cape apa bacanya sambil berdiri lagi ?
Jawab abang , itu nggak panjang itu paling sekitar 4 halaman kalau dibuat standar hanya karena hurup nya diperbesar jadinya panjang.
Loh memang nggak kebaca kan abang udah pakai kacamata.
Abang bilang penyebutan gelar dan nama serta jumlah mahasiswa kan nggak boleh salah jadi diperbesar Tidak semua di baca yg inti intinya saja
Ada DPRD dan pejabat juga kalau nggak pakai teks takut salah sebut nama dan gelar
Oh jadi sebenarnya 2 – 4 lembar hanya karena point nya diperbesar bisa jadi menjuntai kebawah seperti 20 halaman 🤭
2. Memang abang nggak bisa kalau tanpa teks ? Ya kalau sifatnya resmi seperti itu, mana mungkin bisa hafal gelar dan nama nya juga , juga jumlah wisudawan yg diwisuda dari tiap jurusan
3. Kemarin 7 Maret 2020 waktu abang membuka seminar tentang corona di siarkan di TV One , abang nggak pakai teks Saat itu abang sebagai Rektor Institut Teknologi Medan naik ke podium berbicara tanpa teks
Abang bilang iya kalau seminar nggak perlu pakai teks kan hanya membuka acara
Sampai sini aku langsung membandingkan cara kerja aku yg pianis dan abang ku yg rektor
Kalau di Orkestra atau Resital aku tetap harus membaca partitur karena mana mungkin menghafal tajwid pinjam istilah mengaji. Kapan sebuah lagu harus cresendo kapan decresendo, fermata, Forte atau Piano
Sama yang abang bilang mana mungkin menghafal gelar dan nama undangan dan jumlah mahasiswa
Kalau aku main di Cafe atau acara biasa aku main tanpa partitur sama seperti abang yang membuka seminar tanpa naskah teks
Aaah
Madame Heddy
Membandingkan nya kelewatan
REKTOR dibandingkan dengan PIANIS 🤭
Untung saja yg dibandingkan abang nya sendiri
Terakhir yg bikin aku terbang kelangit ke tujuh sebagai penulis baru di sagusabu dan baru ikutan kelas editor
Abang bilang katanya kalau bisa jangan abang yg jadi rektor , Abang kepengen ngajar dan menulis saja dan aku berkata aku yg jadi sekretarisnya yaaa abang , Dijawab Oh kamu mau .
Masya Allah …mauuuuu abang
Senangnya punya abang yang rektor bisa menjadi guru dan motivator untuk adiknya tanpa kenal batas waktu.
Semoga Allah SWT selalu menjaga abang ku Ir Ramlan Tambunan Msc Diberikan kesehatan dan panjang umur, sampai aku bisa menunjukkan sesuatu yang bisa membuat abang ku bangga .Aamiin