Sumber gambar www.radarmetro.net
“…Ayah. Dalam hening sepi kurindu.
Untuk menuai padi milik kita…”
Begitu suara koor sekumpulan anak-anak muda berdendang membawakan lagu lawas Ebiet G. Ade. Salah seorang di antara mereka memainkan gitar akustiknya mengiringi lagu yang dinyanyikan. Saya tidak dapat memainkan gitar tetapi seperti banyak orang, telinga saya masih memiliki sedikit kemampuan mengidentifikasi permainan gitar yang baik. Terdengar jelas bahwa si pemetik gitar telah menghasilkan ritme petikan yang cukup apik untuk sekedar penghibur saat nongkrong di ruang terbuka.
Beberapa lagu melankolis bernada pop dari yang lawas sampai baru terus dinyanyikan kumpulan anak-anak muda itu. Tanpa sadar saya ikut manggut-manggut mengimbangi irama lagu yang mereka mainkan. Situasi itu membawa saya terkenang ke masa muda yang gundah tanpa alasan.
Satu dua kendaraan lalu lalang di jalanan kota pertanda kehidupan malam masih berlangsung. Sebuah odong-odong melaju meluncur di bahu jalan yang mulai lengang. Terdengar dentuman bass dari sound system menghentak menyebarkan suara tidak memikat.
Dari dalam kendaraan hasil modifikasi itu berhamburan suara bocah-bocah tergelak girang bersama laju kendaraan dalam penjagaan ibunya. Entah apa yang membuat mereka girang, mungkin lampu warna-warni atau hentakan musik yang mengiringi lagu yang melengkapi laju odong-odong. Seorang tukang parkir terlihat duduk menghela asap rokok. Sesekali dia berdiri untuk melakukan pengaturan satu dua kendaraan yang datang dan pergi.
Angin yang cenderung dingin tidak bergerak. Kondisi cuaca membuat pepohonan di sekitarnya juga bergeming. Suasana malam cukup benderang dalam sapuan lampu jalan dan lampu taman yang dipasang pada berbagai sudut.
Itulah suasana malam taman kota Selong, Lombok Timur. Dirundung rasa lapar usai mengantar Ayah berobat ke sebuah rumah sakit saya mampir di sebuah lapak makanan yang terdapat di area taman.
Taman kota Selong terletak pada titik yang cukup strategis. Taman itu dapat disebut pembatas kota Pancor di sebelah barat dan Kota Selong di sebelah timur.
Kota Pancor dikenal sebagai kota santri dan kota bisnis. Sebagai kota santri Pancor merupakan kota pendidikan yang identik dengan madrasah atau sekolah keagamaan. Sebagian besar madrasah tersebut berada di bawah organisasi Nahdlatul Wathan. Organisasi terbesar di NTB, yang didirikan oleh seorang ulama, TGH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, itu juga memiliki perguruan tinggi Universitas Hamzanwadi yang juga merupakan perguruan tinggi swasta terbesar di NTB.
Sebagai kota bisnis Pancor merupakan pusat perbelanjaan masyarakat Lombok Timur khususnya. Tumbuhnya Pancor sebagai kota bisnis salah satunya disebabkan oleh denyut aktivitas pendidikan di tempat itu.
Berbeda dengan Pancor, Selong sendiri identik dengan kota pemerintahan. Di kota ini ditempatkan sebagian besar kantor di bawah Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Sejumlah besar kantor dinas yang melayani kepentingan publik berada di kota ini.
Di sebelah barat taman membentang jalan Prof. Soepomo. Di seberang jalan secara berurutan berderet dari selatan ke utara Kantor Kejaksaan Negeri Selong, Kantor urusan Agama Kecamatan Selong, dan Taman Makam Pahlawan Rinjani.
Di sebelah selatan, berdiri kantor Bupati Lombok Timur dan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Selong. Antara taman dan Kantor pemimpin tertinggi Kabupaten Lombok Timur dibatasi jalan Prof. Moh. Yamin.
Jalan MT Haryono di sebelah timur memisahkan taman dengan kantor BKPSDM, Kantor Camat Selong, Kantor Dinas Pelayanan Modal, dan Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Sisi utara taman berbatasan dengan jalan TGH. Zainuddin Abdul Majid. Jalan ini sekaligus menyekat taman dengan kantor BRI Cabang Selong. Di area ini juga tersedia tempat parkir yang cukup lapang.
Taman kota Selong pada dasarnya terdiri atas dua bagian yaitu, taman di sebelah utara dan hutan kota di bagian selatan. Dua bagian itu dipisahkan oleh jalan Seruni II.
Di sisi utara hutan kota terdapat gedung Dharma Wanita yang sering digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti diklat, seminar, sampai pesta pernikahan. Di sebelah timur gedung ini, pengelola taman membangun jajaran lapak permanen yang disewakan kepada para pedagang.
Masing-masing lapak memiliki gerobak. Para pelapak menyediakan berbagai jenis makanan yang siap disajikan kepada pengunjung. Makanan itu berupa bakso, soto, nasi campur, hingga nasi goreng. Lapak-lapak itu juga menawarkan aneka minuman berupa es kelapa muda, es campur, es jeruk, kopi, dan ragam minuman lainnya.
Gedung dan barisan lapak itu merupakan batas antara taman dan hutan kota. Di tempat ini juga tersedia sebuah mushola kecil bagi pengunjung yang ingin melaksanakan shalat.
Pada malam hari di sisi barat taman juga diramaikan oleh para pedagang berbagai jenis makanan. Kelompok pedagang ini biasanya melakukan aktivitas niaganya setelah maghrib.
Area taman merupakan bagian yang terbuka. Taman tidak menggunakan pagar pembatas sehingga pengunjung bisa masuk dari mana saja.
Sejumlah beringin dengan ukuran cukup besar merindangi sisi utara dan timur taman. Kehadiran pohon itu menciptakan suasana sejuk dan nyaman.
Di tengahnya, sebuah kolam berbentuk lingkaran dengan air mancur menggenapkan statusnya sebagai taman. Di tengah kolam itu sendiri berdiri sebuah tugu mirip salah satu buah catur raksasa. Di sekeliling kolam, pengunjung bisa duduk di tempat yang telah disiapkan sambil menikmati pemandangan taman.
Taman Kota Selong merupakan lokasi bersantai warga sekitar. Banyak juga warga yang datang dari luar kota untuk sebuah keperluan. Mereka biasanya singgah di tempat ini sekadar untuk melepaskan penat setelah menyelesaikan suatu urusan. Pengunjung dapat memilih tempat duduk santai di tempat yang disediakan para pelapak sambil memesan makanan atau minuman. Pengunjung juga dapat memilih tempat yang lebih terbuka di bawah rimbun pepohonan.
Sore hari taman ini biasanya ramai pengunjung. Anak-anak, remaja, dan orang tua. Menjelang malam sisi barat taman berjajar pedagang makanan yang menawarkan berbagai jenis makanan.
Taman kota Selong tidak saja berfungsi sebagai pusat rekreasi tetapi juga kerap digunakan untuk kegiatan pentas budaya lokal, car free day, dan peringatan hari-hari penting Nasional.
Satu hal yang menarik adalah kehadiran sebuah komunitas literasi Perjal (Perpustakaan Jalanan) yang menyediakan kesempatan kepada warga. Komunitas ini memanfaatkan taman sebagai sentra literasi dalam rangka membangun budaya baca masyarakat.
Adanya hutan kota di sisi selatan tidak saja menempatkan taman sebagai area bersantai dan rekreasi tetapi juga sebagai paru-paru kota. Keberadaan hutan kota memungkinkan terwujudnya kenyamanan udara dan kelestarian tanah menjadi lebih baik. Keseimbangan lingkungan kota lebih terjaga dengan kehadiran taman kota. Hanya saja pembangunan kantor Inspektorat di sebelah selatan menyebabkan berkurangnya area hutan kota sebagai bagian dari taman tersebut.