Peranan Manusia dalam Perubahan Iklim Global

Humaniora, Sosbud0 Dilihat

Sumber gambar: tirto.id

Peranan manusia di alam semesta cukup menentukan, karena manusialah satu-satunya makhluk yang paling sempurna dan dikarunia Tuhan akal pikiran.

Dengan akal pikirannya manusia dapat menciptakan alat-alat teknologi yang dapat memudahkannya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penggunaan alat-alat teknologi serta mesin-mesin produksi selain bernilai manfaat terhadap kehidupan manusia, adakalanya juga berdampak negatif terhadap keseimbangan lingkungan bahkan dapat menyebabkan perubahan iklim secara global.

Iklim adalah rata-rata cuaca pada suatu daerah tertentu di waktu tertentu. Iklim dapat berubah secara terus menerus karena interaksi antara komponen-komponen ekosistem dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti perubahan pengunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil.

Aktivitas manusia ditengarai menjadi pemicu dasar perubahan iklim global saat ini. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) mendefinisikan Perubahan iklim sebagai gejala yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia.

Para ilmuwan sepakat bahwa sebagian besar kerusakan lingkungan (seperti hutan gundul, kekeringan, air laut naik , dan gunung es mencair)  merupakan akibat ulah manusia. Aktivitas manusia sehari-hari seperti: mengendarai kendaraan bermotor, pembuangan sampah, penggunaan CFC pada lemari es dapat menjadi pemicu meningkatnya pemanasan global.

Pemanasan global yang merupakan penyebab utama perubahan iklim dapat dihambat melalui sebuah “gerakan bersama” yang dilakukan oleh seluruh umat manusia pada setiap lini kehidupan. Untuk memulai sebuah perubahan besar ini, harus digerakkan oleh sebuah organisasi yang efektif yang memiliki kelengkapan-kelengkapan alat dan sarana. Organisasi yang paling efektif dan memiliki segala kelengkapan itu bernama negara. Negara harus menjadi fasilitator gerakan “hijaukan bumi” dengan seperangkat peraturan dan kelengkapan infra struktur dan supra strukturnya.

Sebuah “gerakan bersama” tidak cukup kalau hanya bersifat top down, namun harus didukung oleh semua elemen. Keluarga -sebagai komponen masyarakat terkecil- merupakan awal penanaman nilai-nilai kecintaan terhadap lingkungan, kemudian diperkuat oleh tata nilai yang diajarkan di sekolah, dan lingkungan masyarakat dapat menjadi contoh sekaligus penerapan dari nilai-nilai dan norma yang di dapat di keluarga dan sekolah.

Sekolah dapat mengambil peran dalam mengurangi dampak terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Hal ini bisa dimulai dari penetapan visi dan misi sekolah yang “berwawasan lingkungan“.

Indikatornya adalah sekolah tersebut harus mampu mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, sehat, dan nyaman serta mampu menumbuhkan inisiatif warga sekolah terhadap penghijauan sekolah.

Semua warga sekolah harus terbiasa dengan pola hidup bersih dengan tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan merawat tanaman yang ada di lingkungan sekolah.

Penghijauan lingkungan adalah hal yang paling efektif untuk menciptakan lingkungan yang sejuk, karena dengan banyaknya tumbuhan maka karbon dioksida di udara akan diserap oleh daun-daun tumbuhan dan tumbuhan tersebut akan mengeluarkan oksigen yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Dalam skala yang lebih besar harus ada reward atau kompensasi terhadap negara-negara yang mampu merawat dan menjaga hutannya dan punishment atau sanksi terhadap negara-negara yang telah melakukan deforestasi atau pengrusakan hutan.

Selain faktor ulah tangan manusia, perubahan iklim juga bisa disebabkan oleh faktor alam sendiri yang melakukan proses kosmologi secara alami.

Setelah sekian milyar tahun alam terbentuk, tentunya energi yang dikeluarkan alam semesta telah mengalami penurunan, sehingga sangat memungkinkan mengalami perubahan, baik intensitas maupun kapasitasnya, sehingga pada akhirnya menimbulkan perubahan yang sistemik pada seluruh komponen alam semesta, termasuk di bumi. Secara alamiah perubahan  tersebut pasti terjadi, baik cepat atau lambat.

Bila kita perhatikan saat ini, banyak fenomena alam yang terjadi di luar kendali dan ulah tangan manusia secara langsung. Misalnya, gunung meletus, gempa bumi, frekuensi hujan meteor yang cukup banyak, dan mendekatnya asteroid berukuran besar ke orbit bumi.

Belum lagi fenomena perputaran waktu yang seolah-olah berjalan dengan cepat, lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya. Ini semua merupakan perubahan alam yang bersifat kosmologi alami, menuju sebuah akhir daripada “perjalanan waktu” seluruh komponen di alam semesta.

Peran dan fungsi kita sebagai manusia dan kholifah di muka bumi adalah menjaga alam semesta ini agar senantiasa seperti “surga” dengan beragam keindahannya.

Langit yang bersih, udara yang segar, pohon-pohon yang tumbuh subur dengan beragam buah-buahannya, dan air sungai yang mengalir jernih merupakan gambaran “surga” yang harus kita ciptakan di muka bumi.

Walaupun pada akhirnya nanti, bumi dan alam semesta ini akan binasa -sebagai sebuah sunatullah/hukum alam-, namun paling tidak bukan kitalah penyebab kebinasaan dan kehancuran tersebut.***

Tinggalkan Balasan

2 komentar

  1. Salah satu Program YPTD menerbitkan buku yang di posting disini. Ketika telah mencapai 40 Arikel akan diterbitkan buku tanpa biaya. Lanjutkan Posting mas Ropiyadi
    Nomor Hp saya 08159932527 Tolong Nomor Hp agar bisa masuk ke WAF YPTD
    Terima kasih Salam YPTD