Oleh Much. Khoiri (Dosen Sastra/Kajian Budaya/Creative Writing, penggerak literasi, blogger, dan penulis buku dari Unesa Surabaya)
KEAJEGAN melakukan sesuatu akan membuat seseorang menjadi terampil dan mahir. Bukan itu saja, dia akan menemukan berbagai keajaiban unik yang hanya diperoleh oleh dirinya selama menjalani proses yang ajeg itu.
Itulah pesan penting yang hendak disampaikan oleh Omjay—panggilan akrab Wijaya Kusumah, M.Pd, blogger kondang, dan kandidat doktor—dalam bukunya yang provokatif “Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi” (Indeks, 2012). Buku ini sendiri adalah bukti dari keajegan Omjay menulis setiap hari: Buku yang cetak ulang dari waktu ke waktu. Entah pembaca ke berapakah saya untuk buku ini.
Pesan penting tersebut disampaikan kepada siapa pun penulis atau calon penulis yang ingin menghasilkan karya yang nyata. Banyak orang, memang, mengaku ingin menjadi penulis tangguh, namun dalam praktiknya mereka tidak ajeg menulis. Staminanya sering habis di perjalanan menuju kesuksesan dalam berkarya. Kesibukan dikambing-hitamkan oleh mereka, padahal mereka sendiri gagal mengelola kesibukan. Nah, merekalah sasaran yang dituju oleh Omjay, agar menyadari diri untuk menulis setiap hari.
Jangankan calon penulis alias penulis pemula, penulis jadi (berpengalaman) pun tidak akan menghasilkan karya yang memadai jika tidak mau menulis secara ajeg—dalam konteks ini, menulis setiap hari. Penulis demikian merasa sudah mahir di bidangnya, padahal dia hanya “lupa” bahwa kemahiran akan luntur dengan sendiri jika tidak diasah setiap hari. Menulis ajeg, bagaimana pun, dihimbaukan untuk siapa saja yang mengaku sebagai penulis.
Karena itu, dalam buku ini Omjay hakikatnya menyeru pentingnya menulis setiap hari. Menulis tentang apa saja yang menginspirasi! Ide menulis bisa diperoleh dari berbagai pengalaman, fenomena, atau impian diri sendiri. Yang penting, dia harus rajin “membaca” (dalam arti luas) hidup dan kehidupan ini. Begitu melimpah, tinggal memilih mana yang menarik untuk ditulis.
Dengan caranya yang cerdik, Omjay mengajak kita untuk menulis apa yang kita lakukan setiap hari, dan caranya adalah menulis dengan gaya bertutur. Gaya ini salah satu free writing (menulis bebas), yang dipadu dengan reportase. Jadi, mengisahkan apa yang terjadi setiap hari pun sudah layak menjadi tulisan—tinggal bagaimana mengolahnya, dengan bumbu-bumbu dan detail yang kaya dan mengayakan.
Untuk menjaga keajegan, Omjay membuat blog-blog publik dan pribadi. Ini benar-benar langkah cerdik. Mengapa? Dengan cara demikian, ada kewajiban untuk mengisi 4-5 blog tersebut dengan tulisan, dan itu hanya bisa dipenuhi jika Omjay menulis setiap hari. Dan itu bukan omdo alias omong doang, melainkan benar-benar dibuktikan. Ini teladan yang luar biasa!
Keajaiban dari menulis setiap hari telah dirasakan oleh Omjay, tentunya. Selain jejaring yang luas, Omjay juga telah menjadi nara sumber dalam berbagai kesempatan, dan memiliki buku dengan jumlah yang banyak. Satu lagi, Omjay memiliki rumah yang dibeli dengan royalti dari buku yang telah ditulisnya. Yang lebih istimewa lagi, kemahiran Omjay dalam menulis menjadi luar biasa dan pilih tanding!
Nah, inilah buku keteladanan. Omjay mengajak kita untuk menulis setiap hari dan meminta kita untuk membuktikan apa yang akan terjadi. Ini tantangan keteladanan dari seseorang yang telah berpengalaman menjalani apa yang dia katakan. Omjay telah menulis setiap hari, dan telah membuktikan berkah dan keajaibannya. Karena itu, apakah Anda tidak tertarik mengikuti jejak Omjay yang hebat ini?
Jangan katakan jawaban Anda lewat kata-kata. Cukup buktikan dengan tulisan!
Gresik, 22/1/2021
matur suwUn sudah dibUatkan resensi bukunya.
Bagus sekali resensi Bapak