Sosial Kulonprogo

“Allohumma mobil. Allohumma rumah. Allohumma istri. Yang penting yakin dengan kekuasaan Allah yang tanpa batas, insya Allah dikabulkan permintaannya oleh Allah Swt.”, itulah penggalan isi ceramah yang dibawakan oleh Kyai Sobikhan Ahmad pada saat malam acara proyek sosial teman-teman LPDP Santri di satu desa di wilayah Kulonprogo, Yogyakarta diikuti oleh masyarakat sekitar.

Siang hari setelah menunaikan shalat jum’at, acara penutupan rangkaian Persiapan Keberangkatan (PK) dimulai. Pembawa acara Mas Mukhlis memulainya. Memberikan waktunya kepada PIC PK, Bapak Shabahul Arafi. Pak Rafi mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh peserta PK yang rela hadir dari wilayah Aceh hingga Sulawesi, dari wilayah yang berbeda-beda, rela meninggalkan keluarga dan aktifitasnya untuk mengikuti serangkaian acara PK ini.

Beliau juga mengingatkan untuk senantiasa berterimakasih kepada siapa saja yang membantu kita selama ini sampai bisa mendapatkan rezeki mendapatkan beasiswa LPDP. Mulai dari ayah, ibu, guru, ustadz, hingga Kyai dan guru ngaji sejak kecil. Setiap dari mereka sangat berperan untuk keberhasilan kita sekarang ini. Jadi, senantiasalah mengucapkan terimakasih dan bersyukur atas kenikmatan yang diberikan Tuhan.

Selanjutnya adalah sambutan dari perwakilan angkatan yang disampaikan oleh Mas Gilang Anugerah Munggaran. Mas Gilang juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman semuanya, juga permohonan maaf jika selama ini dalam melaksanakan amanat yang sudah diberikan oleh PIC LPDP dirasa banyak kekurangan dan kesalahan. Harapannya, setelah acara PK, shilaturahim tetap tersambung. Walaupun, setelah PK, setiap dari teman-teman akan berpisah untuk kuliyah di kampus masing-masing yang tersebar di seluruh dunia, pertemanan akan senantiasa terjaga.

Acara dilanjut dengan pembacaan istighosyah, tahlil dan doa khotmil qur’an, dengan harapan acara PK mulai dari senin hingga jum’at ini bisa mendapatkan manfaat dan keberkahan dari ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh. Dalam acara ini dipimpin oleh Ustadz Shobari, yang akan melanjutkan S3 di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan dulu S1 merupakan kakak kelas saya di Universitas Al-Azhar, Mesir di jurusan Tafsir Al-Qur’an. Teman-teman berdoa dengan khusyuk. Doa khotmil qur’an ini merupakan doa penutup dari beberapa khataman yang sudah kami lakukan pada saat sebelum acara PK dimulai, yang pembagiannya dilakukan di dalam group WA PK  Santri.

Pemberian penghargaan menjadi rangkaian acara selanjutnya. Peserta paling ‘alim disematkan kepada Ustadz Shobari. Peserta paling aktif diberikan kepada Mas Rizki yang akan melanjutkan S2 di Universitas Jember. Peserta paling inspiratif diberikan kepada Mbak Monasari dari Palembang yang melanjutkan S3 di Universitas Gajahmada. Saat S2, beliau juga mendapatkan beasiswa dari LPDP jalur regular. Saat ini lewat jalur santri. Peserta paling lucu dijatuhkan kepada Pak Nidham yang akan melanjutkan S3 di Universitas Brawijaya, Malang. Sementara kelompok paling kompak jatuh pada Sultan Agung, dimana saya berada di dalamnya.

Teman-teman yang menjadi peserta terbaik mendapatkan bingkisan kaos spesial dari LPDP dan tas jinjing bertuliskan LPDP. Acara ditutup dengan pemotongan tumpeng sebagai symbol berakhirnya rangkaian acara PK yang dimulai dari hari senin. Selanjutnya setiap dari kami bersalaman diiringi lagu “Sampai Jumpa” milik Endang Soekamti. Sebagai renungan, lagu “Man ana man ana” juga diputar untuk selalu mengenang orang-orang yang berjasa dalam keberhasilan kami sampai saat ini.

Sore hingga maghrib, kami berkemas untuk meninggalkan hotel dan bersiap untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya di Yogyakarta. Jauh hari sebelum acara PK di Jakarta dimulai, teman-teman sudah bersepakat untuk melaksanakan acara sosial project. Waktu itu pilihannya adalah di Bogor, Madura atau Yogyakarta. Berhubung dari jumlah penerima beasiswa LPDP Santri, sebagian besarnya melanjutkan studi di Jogja, maka diputuskanlah proyek sosial diadakan di Jogja dengan pilihannya berada di wilayah Kulonprogo.

“Ayo mas langsung ke arah luar hotel, busnya sudah datang”, Mas Rizki memberikan kode ke saya yang sedang asyik ngobrol dengan Fadlan dan Pak Rafi di lobi hotel. Kami sempat menyelesaikan makan malam terakhir di hotel mewah Accacia yang berada di Jakarta Pusat ini. Saya mengobrol ringan banyak hal dengan Pak Rafi dan Fadlan, cerita pengalaman selama ini. Baru kali ini saya bisa ngobrol santai dengan Pak Rafi setelah sekian hari ini sangat formal karena beliau menjadi PIC PK LDPD dan bertindak tegas selama acara.

Lumayan lama saya ngobrol, hingga sekitar jam 9, suara Mas Rizki kami dengarkan. Pak Rafi mohon pamit, beliau membawa mobil expander miliknya. Hendak melanjutkan tugas untuk mengisi acara PK selanjutnya yang sedianya akan dilaksanakan di Jogja, karena hampir semua pesertanya nanti akan melanjutkan kuliyah di Jogja. Saya memohon pamit sekalian kepada Fadlan. Bus yang sudah disediakan oleh teman-teman PA (Perwakilan Angkatan) ada dua yang akan mengantarkan kami ke Kulonprogo, Yogyakarta.

Setelah mengikuti kegiatan PK beberapa hari ini, perjalanan dari Jakarta menuju Yogyakarta lebih banyak saya gunakan untuk langsung beristirahat. Saya tidur selama perjalanan. Bangun hanya saat bus berhenti di rest area saja untuk memberikan kesempatan kepada teman-teman yang hendak menyelesaikan hasrat buang air kecil. Sampai di Kulonprogo menjelang pagi hari. Hari masih terasa gelap, saya lihat jam menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Kami berjalan dalam gelap menyusuri jalan yang mengarahkan ke penginapan. Bangunan berbentuk khas jawa yang berupa aula menjadi tempat kami menginap bersama.

Paginya, saya baru tau, kalau di sini merupakan tempat yang sering digunakan untuk camping menginap banyak acara. Ada banyak bangunan gaya joglo yang tersedia. Bahkan, saat sekarang kami datang, ada acara pramuka yang juga sedang dilaksanakan. Semua urusan administrasi sudah diselesaikan oleh perwakilan angkatan, Mas Gilang dan kawan-kawan. Setelah sarapan. Kami rapat, membagi tugas dengan beberapa kelompok di aula yang sudah disediakan.

Saya masuk dalam group Mother Emperowment. Teman-teman ada yang bagian divisi mengajarkan ngaji di musholla. Ada yang bagian kesehatan, mengisi kajian dan beberapa kelompok lain. Setelah konsolidasi anggota masing-masing kelompok dirasa cukup, kami semua langsung menuju tempat yang akan menjadi tempat prakteknya. Untuk kelompok  mother emperowment ditempatkan di salah satu rumah warga. Saat menuju mushola, teman-teman sedang mempersiapkan untuk menata kursi dan pentas yang ada di depan musholla untuk acara pembukaan dan pengajian umum nanti malam yang sedianya diisi oleh Kyai Shobihan Ahmad, salah satu penerima beasiswa LPDP Santri yang akan melanjutkan S2 di Jogja.

Malam usai shalat isya’, warga ramai berdatangan untuk menghadiri pengajian umum yang kami adakan. Beberapa pentas seni dihadirkan, termasuk diantaranya tari saman dari Aceh yang diperagakan oleh Mbak Khaira yang asli Aceh dan kawan-kawannya dengan diiringi oleh rebana yang ditabuh oleh Mas Rizki. Masyarakat terlihat antusias sekali.

Ceramah agama dibawakan oleh Kyai Sobihan Ahmad, pengasuh pesantren di Yogyakarta yang sekaligus penerima beasiswa LPDP Santri angkatan PK 144. Beliau menjelaskan banyak hal tentang arti rasa syukur dan keyakinan, “Setiap kali berdoa, saya selalu yakin akan kekuasaan Allah yang luar biasa. Allahumma rumah, Allahumma pondok, Allohumma mobil. Alhamdulillah, Allah kabulkan”.

Esok pagi harinya, masing-masing kelompok sudah stand by di tempat yang telah dipersiapkan. Ada kelompok yang mengajarkan ngaji di musholla desa, sembari membuat dan menata taman baca dari hasil buku-buku yang disumbangkan oleh teman-teman PK 144. Saya bersama kelompok mother emperowment, bertempat di salah satu rumah warga. Rumah klasik bergaya jawa dibagi dalam dua ruangan. Satu ruangan untuk pemeriksaan kesehatan untuk ibu hamil dan orang tua dan mendapatkan obat-obatan gratis yang sudah dibawakan oleh Mas Gilang dari Jakarta.

Ruangan yang lain untuk edukasi. Ada beberapa teman yang mengisi. Seperti Mas Syihab mendapatkan bagian untuk mengedukasi ibu-ibu dalam hal bisnis dan mengatur keuangan di lingkungan kecil keluarga. Mengatur keuangan dalam keluarga sangatlah penting, begitu juga making money dari ibu rumah tangga dengan memanfaatkan media sosial lewat handphone yang saat ini rata-rata sudah smartphone. Setiap orang bisa berjualan dan berbisnis dari rumah.

Sore hari, kami mengadakan rapat bersama di aula penginapan. Masing-masing ketua kelompok melaporkan hasil dari proyek sosial kepada masyarakat selama satu hari ini. Kami juga berdiskusi banyak hal tentang Yayasan yang sudah disepakati pendiriannya. Ada banyak nama Yayasan yang diajukan, dari semua nama itu, ada satu nama dengan suara terbanyak yang memilihnya, yakni Cantrika Foundation, yang berarti Yayasan Santri, karena kami adalah penerima beasiswa LPDP afirmasi Santri angkatan pertama, harapannya dengan adanya Yayasan Cantrika Foundation, bisa bersinergi dengang Yayasan santri yang sudah ada sebelumnya dan membuat program-program baru yang bisa bermanfaat untuk para santri di Indonesia.

Berbeda pada saat kami berangkat ke Jogja dari Jakarta dengan rombongan bersama menggunakan bus, saat acara sosial proyek di Kulonprogo ini selesai, teman-teman pulang dengan caranya masing-masing. Meskipun begitu, perwakilan angkatan, Mas Gilang, Mas Rizki dan teman-teman tetap memberikan tawaran untuk melakukan rombongan dengan memanggilkan bus kecil yang bisa mengantarkan ke stasiun dan terminal terdekat di Jogja. Saya memutuskan untuk ikut rombongan dan turun di stasiun Giwangan, Jogja dan naik bus Mila untuk sampai ke Banyuwangi.

Sosial proyek di Jogja merupakan rangkaian kegiatan terakhir yang saya lalui bersama teman-teman penerima beasiswa LPDP Santri. Saya berangkat pada hari sabtu pagi lalu dari Bandara Banyuwangi dan pulang ke Banyuwangi pada hari minggu malam dari terminal Giwangan, Yogyakarta. Jadi genap 7 hari saya ikut kegiatan Persiapan Keberangkatan (PK) bersama teman-teman LPDP. Alhamdulillah ini adalah pengalaman yang luar biasa dan tidak akan terlupakan seumur hidup saya. Terimakasih LPDP. Terimakasih Indonesia.

Tinggalkan Balasan