DARING, OH, DARING

Pendidikan28 Dilihat

DARING, OH, DARING

Oleh Mujiatun, S.Pd.

(SMPN 2 Banjit, Way Kanan, Lampung, NPA 0810100104)

(Tantangan Menulis Hari Ke-19: Jumat, 19 Februari 2021)

Buku “Daring, Oh, Daring” dan Bantal Sertifikat

 

Layaknya minum air lautan, semakin diminum semakin terasa hausnya. Demikian halnya yang saya alami saat ini. Semakin banyak belajar tentang ilmu menulis,  semakin banyak pula terasa kekurangan saya. Dan semakin menyadari bahwa kemampuan menulis saya masih sangat jauh tertinggal dan belum ada apa-apanya di dunia menulis.

Oleh sebeb itu, saya berusaha terus mengasah kemampuan menulis untuk mengejar ketertinggalan itu. Dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan baik daring maupun luring.

Selain itu, saya pun mengikuti event-event lomba menulis dan ikut menulis bersama penulis-penulis dari seluruh Indonesia. Baik berupa buku antologi cerpen, puisi, atau pun artikel.

Salah satu event menulis bareng yang saya ikuti yaitu menulis buku antologi cerpen berjudul “Daring, Oh, Daring”. Buku ini merupakan karya saya bersama 38 penulis dari berbagai daerah di Indonesia. Sesuai dengan judulnya, buku tersebut berisi 15 cerpen tentang pengalaman para guru dan dosen dalam melaksanakan pembelajaran secara daring selama pandemi Covid-19.

Buku yang dikurasi oleh Mbak Anna Ihwana ini memiliki kesan tersendiri bagi saya. Selain proses kreatif menulisnya membuatku terharu isinya pun mengangkat kisah nyata dari para penulisnya. Yakni ungkapan beragam suka duka yang dialami oleh para penulis dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dikemas apik dalam sebuah cerpen.

Cerpen karya saya di buku itu diilhami oleh pengalaman pembelajaran yang benar-benar saya alami selama pandemi Covid-19. Yang saya ramu dengan bahasa sederhana dan mengalir alurnya agar ceritanya mudah dipahami oleh para pembaca.

Hal lain yang menarik dari buku itu adalah proses menulis dan kurasinya dibimbing oleh Mbak Nana dan Mbak Duta yang sangat sabar. Sehingga saya yang sudah senja usia ini dapat dengan mudah memahami arahan mereka. Alhasil, dalam waktu seminggu bimbingan, naskah cerpen saya sudah layak untuk dipublish.

Setelah seluruh naskah selesai dikurasi maka dikirim ke penerbit oleh Mbak Nana. Proses penerbitan memerlukan waktu selama 1 bulan karena masih harus mengantre dalam pengusulan ISBN.

Dalam waktu 3 minggu, ternyata buku ber-ISBN dengan judul “Daring, Oh, Daring” itu pun terbit. Bahagia rasanya, koleksi buku karyaku bersama penulis-penulis Indonesia bertambah satu lagi.

Buku “Daring, Oh, Daring” Karyaku Bersama 38 Penulis Indonesia

Selain memperoleh buku, saya dan kawan-kawan pun memperoleh sertifikat menulis dari penerbit. Dan yang lebih membahagiakan hati saya adalah, tanpa diduga saya memperoleh sertifikat penghargaan sebagai penulis terbaik II.

Sertifikat Sebagai Penulis Terbaik II

Sungguh itu di luar dugaan saya. Sebab, saya hanya seorang penulis pemula, yang baru merangkak di dunia menulis dan baru dua kali ikut menulis buku. Tentu bahagia tak terkira memperoleh penghargaan yang luar biasa.

Melalui prestasi itu, Mbak Nana sebagai PJ (panitia) menulis buku tersebut memberikan sebuah hadiah berupa bantal cantik dan sangat antik buat saya. Bantal itu merupakan bantal terindah yang pernah saya miliki. Berbeda dengan bantal-bantal yang ada selama ini.

Bantal itu berwarna biru laut kesukaan saya. Terbuat dari bahan woll lembut seperti boneka. Dan yang paling antik adalah di bagian muka tercetak sertifikat penghargaan sebagai PENULIS TERBAIK 2. Masya Allah, saya benar-benar gemas melihatnya.

Bagi saya, bantal itu sangat istimewa. Bukan karena warna dan bahannya yang indah tetapi lebih dari itu. Bantal itu tidak sekadar bantal tetapi simbol dari usaha saya dalam merangkai kata menjadi sebuah cerita yang indah dan menarik pembaca. Selain itu, juga merupakan bukti suatu proses kreatif dalam menulis mewujudkan sebuah karya yang bernilai seni dan sastra.

Terlepas dari itu semua, inti dari kegiatan menulis yang saya lakukan adalah berbagi sesuatu yang positif melalui tulisan. Sehingga rangkaian cerita dalam buku tersebut dapat memotivasi dan menginspirasi para pembaca. Yakni melalui amanat atau pesan yang terkandung dalam cerpen tersebut.

Demikian tulisan yang dapat saya sampaikan pada tantangan ke-19 di blog YPTD. Semoga tetap menginspirasi bagi para pembaca untuk tetap semangat berkarya meski di tengah pandemi Covid-19. Terlebih para guru dan peserta didik. Jangan pernah menyerah untuk kreatif dan inovatif di tengah pandemi ini. Pandemi jangan dijadikan penghalang bagi kita untuk tetap berkarya.

 

Salam Literasi,

Way Kanan, Lampung, 19 Februari 2021

 

 

 

Tinggalkan Balasan

2 komentar