SAAT MENULIS DAN MEMBUKUKAN MENJADI PERDEBATAN

Terbaru54 Dilihat

SAAT MENULIS DAN MEMBUKUKAN MENJADI PERDEBATAN

Oleh : Nanda Candra Kirana

Umar bin Khattab sadar betul bahwa tulisanlah satu-satunya cara terbaik untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an. Usulan ini tentu mendapat banyak pertentangan dari pada sahabat-sahabat senior yang memang tahu betul bahwa Nabi Muhammad SAW ., tidak pernah memberi instruksi ataupun isyarat untuk menuliskan Al-Qur’an dalam satu kumpulan (buku).

 

Dokumentasi lisan yang bersumber dari hafalan saat itu menjadi satu-satunya jalan menjaga kelestarian Al-Qur’an. Meski  ada tulisan-tulisan di pelepah kurma, bebatuan atau tulang belulang binatang, kondisi terpencar di banayk tanagn para sahabat. Susunan hafalannya sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW; mulai dari surah Al-Fatihah hingga surah An-Naas.

 

Pada masa Khalifah Abu Bakr Ash-Shiddiq, Peperangan Yamamah  terjadi yaitu pada tahun 12 H melibatkan sejumlah besar sahabat yang hafal Alquran. Dalam peperangan ini, 70 orang hafiz (penghafal Alquran) dari para sahabat gugur. Hal ini lah yang mendorong Umar bin Khattab menguulkan agar Al-Qur’an ditulis ulang dan dijadikan dalam satu himpunan atau buku.

Akhirnya, demi kemaslahatan umat Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit (yang dikenal sebagai juru tulis Alquran di masa Rasulullah) untuk menuliskan dan mengumpulkan kembali naskah Alquran yang masih berserakan.

Zaid melakukan tugasnya ini dengan sangat teliti dan hati-hati. Maka itu, dia tidak hanya cukup mengandalkan hafalan yang ada dalam hati para hafiz tanpa disertai catatan yang ada pada para penulis.

Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa Zaid berkata, ”Maka, aku pun mulai mencari Alquran. Kukumpulkan ia dari pelepah kurma, dari keping-kepingan batu, dan dari hafalan para penghafal, sampai akhirnya aku mendapatkan akhir surat Attaubah berada pada Abu Huzaimah Al-Anshari yang tidak kudapatkan pada orang lain.”

Perkataan itu lahir karena Zaid berpegang pada hafalan dan tulisan sehingga akhir surat Attaubah itu telah dihafal oleh banyak sahabat. Dan, mereka menyaksikan ayat tersebut dicatat. Tetapi, catatannya hanya terdapat pada Abu Huzaimah Al-Ansari.

Lembaran-lembaran yang dikumpulkan oleh Zaid tersebut kemudian disimpan di tangan Abu Bakar hingga ia wafat. Sesudah itu, lembaran-lembaran pun berpindah ke tangan Umar sewaktu ia masih hidup dan selanjutnya berada di tangan Hafsah binti Umar bin Khattab.

Baru pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, untuk pertama kali, Alquran ditulis dalam satu mushaf. Penulisan Alquran di masa Usman disesuaikan dengan tulisan aslinya yang terdapat pada Hafsah binti Umar. Usman memberikan tanggung jawab penulisan ini kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam.

 

 

Tinggalkan Balasan